Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Model Pembelajaran

Pengertian Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)

×

Pengertian Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)

Sebarkan artikel ini

Pengertian Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) – Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dengan demikian, guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut serta tingkat kemampuan siswa.

Model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen, yaitu: fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. La Iru dan Arihi menyebutkan fungsi model pembelajaran secara khusus terdiri dari empat macam, yaitu: model pembelajaran sebagai pedoman; pengembangan kurikulum; menetapkan bahan-bahan mengajar; dan membantu perbaikan dalam mengajar.3 Atas dasar ini model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur.

Scroll untuk melihat konten

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah :

  1. Rasional   teoritis   logis    yang   disusun   oleh    para pencipta atau pengembangnya
  2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
  3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
  4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) yaitu model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa dalam menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami, mengelola, dan mengembangkan informasi yang didapat. Model CORE termasuk model pembelajaran yang belandaskan pada teori konstruktivisme dimana siswa harus dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi diri dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Sehingga, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan serta kemampuan berpikir siswa.

Penerapan model CORE menggunakan metode diskusi dan model ini merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Siswa dalam menyelesaikan tugas kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Keberhasilan setiap siswa disini ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Jadi, dengan menerapkan model pembelajaran CORE dapat membantu kesulitan guru dalam memberikan materi pembelajaran kepada siswa. Karena, dalam pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok belajar, maka sumber belajar siswa bukan hanya guru atau buku ajar saja, melainkan juga teman sebaya dalam kelompoknya.

Model pembelajaran CORE menggabungkan empat hal penting, yaitu menghubungkan (connecting), mengorganisasikan (organizing), memikirkan kembali (reflecting) dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan memperluas pengetahuan mereka selama proses pembelajaran berlangsung (extending). Sehingga, diharapkan pembelajaran dapat berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa. Adapun penjelasan dari keempat tahapan model CORE adalah sebagai berikut :




Connecting

Menurut bahasa, connect artinya menghubungkan, menyambungkan. Pada tahap connecting, guru mengaktifkan latar belakang pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru atau menulis dari pengetahuan dan pengalaman mereka yang akan diterapkan untuk topik yang akan dipelajari. Menurut Suyatno, connecting merupakan kegiatan menghubungkan informasi lama dengan informasi baru dan antar konsep. Sebuah konsep dapat dihubungkan dengan konsep lain dalam sebuah diskusi kelas, dimana konsep yang akan diajarkan dihubungkan dengan apa yang telah diketahui siswa. Maka, agar dapat berperan dalam diskusi, siswa harus mengingat dan menggunakan konsep yang dimilikinya untuk menghubungkan dan menyusun ide- idenya.

Connecting erat kaitannya dengan pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan pembelajaran yang mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Sruktur kognitif dimaknai sebagai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Pembelajaran bermakna dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami siswa, kemudian guru menambahkan unsur-unsur pembelajaran dan kompetensi baru yang disesuaikan dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki. Dengan pembelajaran bermakna, ingatan siswa menjadi kuat dan transfer belajar mudah dicapai. Sebab, siswa akan lebih mudah mempelajari sesuatu apabila belajar itu didasari oleh apa yang telah diketahui siswa tersebut. Jadi, pada tahap menghubungkan suatu konsep yang baru, selain dipengaruhi oleh konsep lama yang telah diketahui siswa, pengalaman belajar yang lalu dari siswa itu juga akan mempengaruhi terjadinya proses belajar konsep tersebut.

Organizing

Secara bahasa, organize artinya mengatur, mengorganisasi (kan), mengorganisir, mengadakan sebuah sistem dapat bekerja dengan baik. Tahap organizing adalah kunci penting agar siswa aktif menciptakan, mengatur informasi/ ide dengan bimbingan guru. Penciptaan aktif ini semakin memperkuat metakognitif siswa dan kemampuan penalaran.

Organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan informasi- informasi yang telah diperoleh. Kegiatan ini dalam proses pembelajaran meliputi penyusunan ide-ide atau rencana setelah siswa menemukan keterkaitan dalam masalah yang diberikan, sehingga terciptanya strategi dalam menyelesaikan masalah. Setiap siswa dapat bertukar pendapat dalam diskusi kelompoknya sehingga dapat mengorganisasikan, menyusun ide/informasi yang telah diperoleh. Jadi, pada tahap organizing siswa dapat menemukan, menyusun dan mengorganisasikan ide-ide yang telah diperoleh untuk memahami materi.



Reflecting

Reflect secara bahasa berarti menggambarkan, membayangkan, mencerminkan, mewakili, memantulkan dan memikirkan. Syaiful Sagala mengungkapkan refleksi adalah cara berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dalam hal belajar di masa lalu. Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali informasi yang sudah didapat.

Kegiatan reflecting dalam proses pembelajaran dilakukan ketika siswa berada dalam satu kelompok diskusi. Dalam kegiatan ini, perwakilan dari kelompok diskusi diharapkan bisa memaparkan hasil diskusinya di depan kelas, dan yang lain memperhatikan dengan menyimpulkan materi baru tersebut, sehingga siswa bisa saling menghargai dan mengoreksi pekerjaan orang lain. Dengan demikian, diskusi dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir reflektif siswa. Jadi, pada tahap reflecting siswa dapat memikirkan, menggali dan menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari.

Extending

Secara bahasa extend berarti memperpanjang, menyampaikan, mengulurkan, memberikan dan memperluas. Tahap extending memberikan kesempatan bagi siswa untuk mensintesis pengetahuan mereka, mengaturnya dengan cara baru, dan mengubahnya untuk aplikasi baru. Extending merupakan tahap dimana siswa dapat memperluas pengetahuan mereka tentang apa yang sudah diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung. Perluasan pengetahuan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki siswa.

Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mensintesis pengetahuan mereka, mengembangkan, memperluas pengetahuan yang telah didapatkan pada pembelajaran. Selama kegiatan diskusi berlangsung, siswa diharapkan dapat memperluas pengetahuan yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari tetapi dalam situasi baru atau konteks yang berbeda yaitu secara berkelompok.

Manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan hiraukan cemoohan atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih mengetahui dari siapaun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-Nya dan Dialah juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ayat di atas menunjukkan dalam proses pembelajaran siswa dapat berargumen dengan cara yang baik melalui diskusi. Jadi, model pembelajaran CORE dengan menggunakan metode diskusi dapat menstimulasi siswa untuk mengeluarkan dan mengembangkan ide-ide mereka dengan cara membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah dan akhirnya menambah pengetahuan siswa.

Selain itu, siswa juga dapat mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi hal tersebut dapat mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.




Langkah-Langkah Model CORE

Model CORE memiliki langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:

  1. Mengawali pembelajaran dengan kegiatan yang manarik siswa.
  2. Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru oleh guru kepada siswa (Connecting [C])
  3. Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru (Organizing [O]),
  4. Pembagian kelompok secara heterogen (campuran antara yang pandai, sedang dan kurang) yang terdiri dari 4-5 orang.
  5. Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa (Reflecting [R]).
  6. Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas (Extending [E]).
Kelebihan dan Kekurangan Model CORE

Adapun kelebihan dari model CORE antara lain :

  1. Mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
  2. Mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep dalam materi pembelajaran.
  3. Mengembangkan daya berpikir kritis sekaligus mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
  4. Memberikan pengalaman belajar kepada siswa karena mereka banyak berperan aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Sedangkan kekurangan dari model CORE adalah sebagai berikut:

  1. Membutuhkan persiapan yang matang dari guru untuk menggunakan model ini.
  2. Jika siswa tidak kritis, proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar.
  3. Memerlukan banyak waktu.
  4. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model pembelajaran CORE.

Demikian pembahasan singkat tentang Pengertian Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) semoga dapat menjadi referensi bagi anda. Jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan share/bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.