Scroll untuk baca artikel
Model Pembelajaran

Pengertian Model Pembelajaran IPA Terintegrasi Mitigasi Bencana

×

Pengertian Model Pembelajaran IPA Terintegrasi Mitigasi Bencana

Sebarkan artikel ini

Pengertian Model Pembelajaran IPA Terintegrasi Mitigasi Bencana – Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences. Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika; sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, dan seterusnya) (Samatowa, 2010: 1).

IPA di Sekolah Dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus program pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

Scroll untuk melihat konten
  1. Pengertian Model Pembelajaran IPA

Model pembelajaran yang dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis. Karena memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh dari luar. Menurut Rusman (2014: 133) model pembelajaran adalah pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Joyce & Weil (Rusman, 2014: 133) “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran kelas atau yang lain.Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran IPA adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme karena diaggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Menurut pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran IPA disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata (Samatowa, 2010: 63).

  1. Mitigasi Bencana
  1. Pengertian Mitigasi Bencana

Menurut Syafiq (2012: 45) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan.

Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Sedangkan menurut Clements (Syafiq, 2012: 411) “Mitigasi merupakan suatu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak bencana”.

Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Secara detail mitigasi bencana dilakukan dalam bentuk pelaksanaan penataan ruang, tata bangunan, dan yang terpenting adalah penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik secara konvensional maupun secara modern (Syafiq, 2012: 45).

  1. Bencana Banjir

Niode (2016: 15) “Banjir dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme terjadinya dan berdasarkan posisi dari sumber banjir terhadap daerah yang digenanginya. Berdasarkan mekanisme terjadinya dapat dibedakan menjadi banjir biasa (regular) dan banjir tidak biasa (irregular). Menurut Syafiq (2012: 69) Bencana Banjir adalah suatu peristiwa yang dapat disebabkan oleh alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional (2009) dalam modul ajar pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir menjelaskan bahwa kesiapsiagaan siswa dimulai dengan langkah-langkah, yaitu: 1) memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing; 2) memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3) guru dapat memberikan latihan kesiapsiagaan bencana banjir kepada siswa; 4) memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, pada saat dan sesudah bencana. Berdasarkan observasi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sintang, daerah Sintang termasuk daerah rawan bencana banjir.

  1. Bencana Tanah Longsor

Wedyawati (2013: 31) “Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,

atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng”. Menurut Rusilowati (2010: 4) “Longsoran secara alami terjadi antara lain karena menurunnya kemantapan suatu lereng, akibat degradasi tanah atau batuan bersamaan waktu dan usianya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat peneliti simpulkan tanah longsor merupakan dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu atau tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur di atas suatu bidang luncur.

Menurut Rusilowati (2010: 5) “Secara garis besar penanggulangan tanah longsor dibedakan menjadi dua macam, yaitu penanggulangan sementara dan penanggulangan permanen”. Penanggulangan darurat adalah tindakan penanggulangan yang sifatnya sementara yang umumnya dilakukan sebelum penanggulangan permanen dilaksanakan. Menurut Wedyawati (2013: 31) secara umum faktor penyebab tanah longsor, yaitu: 1) hujan; 2) lereng terjal; 3) tanah yang kurang padat dan tebal; 4) batuan yang kurang kuat; 5) getaran; 6) adanya beban tambahan: 7) pengikisan atau erosi; 8) penggundulan hutan; 9) daerah pembuangan sampah.

  1. Model Pembelajaran IPA Terintegrasi Mitigasi Bencana

Model pembelajaran IPA merupakan suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar berdasarkan fakta yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa mudah untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terintegrasi adalah menjadi sesuatu yang utuh atau menyatukan (disesuaikan). Jadi yang dimaksud model pembelajaran IPA terintegrasi mitigasi bencana adalah suatu perencanaan yang digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar berdasarkan kehidupan sehari-hari yang dikaitkan atau disesuaikan dengan materi penanggulangan bencana alam berdasarkan pengurangan risiko bencana. Menurut Agustiana (2013: 99), mengungkapkan bahwa “Model pembelajaran mitigasi bencana adalah pembelajaran yang operasionalnya menggunakan alur: 1) persiapan sebelum bencana itu berlangsung, 2) menilai bahaya bencana, 3) penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitas dan relokasi, 4) pemberian pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berprilaku dalam mencegah, 5) pendeteksian dan ansipasi bencana secara efektif dapat ditransformasikan, dan 6) pensosialisasian”. Langkah-langkah dari model pembelajaran IPA terintegrasi mitigasi bencana adalah:

 

  1. Pembagian kelompok.

Pada tahap ini, guru membagikan siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen sebelum proses belajar mengajar dimulai.

  1. Tanya jawab.

Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran yaitu bertanya jawab dengan siswa tanpa menjelaskan secara langsung kepada siswa, artinya siswa mencari tahu sendiri terlebih dahulu jawaban dari pertanyaan yang diajukan seputar materi pembelajaran. Hal tersebut menuntun siswa supaya lebih aktif dan mandiri. Selanjutnya guru membagikan bahan ajar yaitu materi gaya dan tanah longsor, kemudian masing-masing siswa dalam kelompok membaca bahan ajar tersebut. Sehingga secara tidak langsung siswa belajar dengan mandiri mengenai materi gaya yang dikaitkan dengan bencana tanah longsor serta penanggulangannya.

  1. Siswa berdiskusi dalam kelompok.

Pada tahap ini, guru membagikan atau menjelaskan suatu yang berkaitan dengan materi kemudian siswa menghubungkan apa yang didiskusikan dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Pengalaman yang dimaksud disini adalah yang dialami siswa selama proses belajar atau kehidupan sehari-hari siswa (misalnya tentang bencana banjir atau tanah longsor). Pada tahap diskusi, guru bisa memberikan LKS, permainan dengan materi seputar bencana tanah longsor atau suatu masalah (tergantung pada guru tersebut).

  1. Membimbing individual maupun kelompok.

Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk berdiskusi dengan baik untuk mendapatkan jawaban dari apa yang sedang didiskusikan. Guru juga membimbing siswa maupun kelompok yang kurang memahami topik yang didiskusikan.

  1. Mempresentasikan hasil diskusi.

Pada tahap ini kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan, sedangkan kelompok lain menanggapi hasil dikusi dari kelompok yang mempresentasikan. Sekaligus siswa menceritakan pengalamannya seputar topik yang dibahas dalam diskusi.

  1. Kesimpulan.

Pada tahap ini guru dan siswa sama-sama menyimpulkan apa yang telah masing-masing kelompok persentasikan.

Selain itu, model pembelajaran IPA terintegrasi mitigasi bencana juga memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:

  1. Kelebihan:
  1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik dan berdasarkan kehidupan sehari-hari siswa.
  2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
  3. Selain pengetahuan tentang materi pelajaran, siswa juga mendapatkan informasi mengenai penanggulangan bencana alam dengan tanggap.
  1. Kelemahan:
  1. Membutuhkan banyak waktu.
  2. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model pembelajaran ini.

Demikian artikel singkat tentang Pengertian Model Pembelajaran IPA Terintegrasi Mitigasi Bencana semoga dapat dijadikan referensi bagi anda, dan jika artikel ini dianggap bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan artikel ini. Untuk mendukung blog ini agar selalu menampilkan artikel seputar pembelajaran dan pendidikan silahkan berdonasi dengan mengklik iklan yang ada pada blog ini. Terima kasih telah berkunjung.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.