Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
KonselingPendidikan

Mengatasi Perilaku Terisolir Siswa Menggunakan Konseling Behaviour Teknik Assertive Training

×

Mengatasi Perilaku Terisolir Siswa Menggunakan Konseling Behaviour Teknik Assertive Training

Sebarkan artikel ini

Mengatasi Perilaku Terisolir Siswa Menggunakan Konseling Behaviour Teknik Assertive Training – Menurut Gunarsa (2003:98) anak terisolasi adalah anak yang tidak mempunyai minat untuk mengikuti kegiatan kelompok sebagai proses bersosial. Anak seperti ini lebih tertarik untuk melakukan kegiatan seorang diri dan tidak pandai dalam segi pergaulannya antar teman. Senada dengan hal tersebut, Walgito (2007:50) juga menyatakan bahwa siswa terisolasi adalah siswa yang terasingkan atau ditolak oleh teman-temannya. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa terisolir adalah siswa yang terasingkan dari kelompoknya dan tidak tertarik untuk melakukan proses sosial bersama kelompoknya.

Jenis dari isolasi diri yang ditunjukkan siswa ada 2 macam, yaitu voluntary isolate dan involuntary isolate. Voluntary isolate adalah suatu perbuatan menarik diri dari kelompok karena adanya rasa kurang memiliki minat untuk menjadi

Scroll untuk melihat konten

anggota suatu kelompok. Sedangkan involuntary isolate adalah sikap atau perbuatan menolak terhadap orang lain dalam kelompoknya meskipun ia ingin menjadi anggota kelompok tersebut. Involuntary yang subyektif beranggapan bahwa dia tidak dibutuhkan oleh kelompoknya dan menjauhkan diri dari kelompok, sedangkan involuntary yang obyektif sebaliknya dia benar-benar ditolak oleh kelompoknya (Hurlock, 1997:29).

Berdasarkan dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti, pada siswa yang sama-sama terisolir dari teman sekelasnya, ternyata tergolong pada jenis yang sama, pada VB maupun RR sama-sama tergolong pada involuntary isolate berdasarkan pada kenyataan mereka berdua ingin terlibat namun keberadaannya justru ditolak oleh anggota kelompok tersebut. Perilaku yang ditunjukkan atas respon ditolaknya VB dan RR dalam pergaulan juga hampir sama. Jika VB menjadi malas bergaul dan akhirnya menjauhi dan dijauhi teman sekelasnya, pada RR selain ia dijauhi oleh siswa perempuan, kadang ia juga kerap diganggu oleh siswa laki-laki.

Ketika mereka menjauhi dan dijauhi oleh teman di kelasnya ini mereka lebih memilih diam dengan alasan menerima keadaan dan takut perlakuan yang diberikan temannya akan semakin menjadi. Agar siswa terisolir ini dapat diterima dengan baik oleh kelompoknya, maka mereka perlu belajar perilaku baru agar lebih terbuka dengan perasaannya dan mampu mengungkapkan apa yang mereka rasakan.




Konseling behavior sangat bertitik tolak pada perilaku individu. Hal ini senada dengan hakikat manusia menurut konseling behavior yang salah satunya menyatakan bahwa manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri

suatu pola tingkah laku yang baru melalui proses belajar. Adanya perilaku baru yang menggantikan perilaku adaptif dari kedua siswa diatas merupakan tujuan konseling dari konseling behavior, yaitu yang awalnya siswa terisolir karena kurangnya ketrampilan berasertif mereka dapat memunculkan perilaku asertif agar tidak lagi kesulitan mengungkapkan perasaan yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Untuk membelajarkan perilaku baru pada siswa terisolir, peneliti menggunakan teknik asertif. Menurut Gunarsa (2005:215) perilaku asertif adalah perilaku antar orang-perorangan (interpersonal) yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Diharapkan dengan dibelajarkannya assertive training pada ketiga siswa terisolir ini dapat merubah perilaku maladaptifnya dengan lebih terbuka, lebih jujur dan berani pada perasaannya sehingga siswa menjadi tidak lagi terisolir.

Mengingat salah satu tugas perkembangan siswa SD mencakup ketrampilan berkelompok yang diharapkan anak dapat belajar menyesuaikan diri dengan dengan pola perilaku, nilai dan minat anggota kelompok. Jika dalam perkembangan anak tidak berhasil menyelesaikan salah satu tugas perkembangannya, dikhawatirkan anak akan kesulitan menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya yang akan mengganggu proses pendewasaan dirinya kelak. Konseling behavior dipilih menjadi alternatif pengentasan masalah siswa terisolir, karena siswa tidak mampu menyerap norma dari lingkungan teman sebayanya yang berakibat siswa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Agar siswa mampu menyesuaikan diri, maka dibutuhkan suatu

ketrampilan baru yang lebih adaptif. Salah satunya adalah dengan teknik asertif, pada siswa terisolir yang tidak mampu menolak ataupun melawan segala perilaku yang teman sekelasnya tujukan padanya dapat dibelajarkan perilaku asertif agar ia dapat dapat secara tegas mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya dengan berani tanpa menyinggung teman sekelasnya sehingga ia dapat diterima oleh kelompoknya. Selain itu siswa tidak perlu lagi memendam segala hal yang dirasanya tidak mengenakkan, seperti perilaku yang ditujukan oleh teman sekelasnya pada dirinya.

Daftar Pustaka



Corey, Gerald. 2005. Konseling dan Psikoteraphy. Bandung: PT. Refika Aditama. Gunarsa, Singgih D. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Gunung

Mulya

Gunarsa, Singgih D. dan Yulia Singgih D. Gunarsa, . 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) Jakarta: Erlangga

Hurlock. 1997. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Komalasari, Gantika, Eka Wahyuni, dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT.Indeks.

Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukmin, Amirul. 2005. Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Keterampilan Siswa Terisolir (Studi Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial terhadap Siswa Terisolir di SMP Pasundan 3 Bandung). Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.

Nenden, Widyasari. 2008. Efektivitas Permainan Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Siswa Terisolir di SMP 11 Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Willis S, Sofyan. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta

Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Yusuf L. N. Syamsu. 2005.     Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sekian pembahasan singkat tentang Mengatasi Perilaku Terisolir Siswa Menggunakan Konseling Behaviour Teknik Assertive Training semoga dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi anda, jika artikel ini dirasa menarik bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima Kasih telah berkunjung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.