Pengertian Pendekatan Metakognitif – Berbagai pengertian tentang metakognisi dikemukan oleh pakar sangat beragam. Menurut wikipedia (2008) dalam Chairani (2016:33), metakognitif berasal dari bahasa Inggis yaitu metacognition yang berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan cognition. Meta dlam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adacent, yang berarti setelah. Sedangkan cognition berasal dari bahasa latin “cognoscere” yang berarti mengetahui.
Teori dan penelitian tentang metakognisi banyak berdasarkan pada hasil pengembangan psikologis oleh John Flavell. Salah satunya yaitu penjelasan mengenai pengertian metakognitif oleh Wilson dan Conyers (2016:8) dalam Chairani (2016:33-34) berikut ini.
“Metacognitive knowledge includes knowledge about oneself as a learner and the factors that might impact performance, knowledge about strategies, and knowledge about when and why to use strategies. Metacognitive regulation is the monitoring of one’s cognition and includes planning activities, awareness of comprehension and task performance, and evaluation of the efficacy of monitoring processes and strategies.”
Arti dari kutipan tersebut ialah mempelajari pengetahuan metakognitif membuat seseorang mengetahui tentang dirinya sendiri sebagai pelajar, faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja, pengetahuan mengenai strategi, dan pengetahuan tentang kapan dan mengapa menggunakan suatu strategi. Seseorang dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengendalikan kemampuan kognitif yang ia miliki sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat dicapai.
Metakonitif adalah kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran suatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan dan kemampuan menilai kemauan belajar sendiri.
Strategi metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran yang berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat mengawal pikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajarinya (Khoriah:2017).
Pembelajaran menggunakan pendekatan metakognitif membimbing peserta didik dalam menanamkan kesadaran tentang pengetahuan yang mereka miliki, merencanakan apa saja yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan bagaimana melakukannya. Pendekatan metakognitif pada pelaksanaannya menitikberatkan pada kreativitas belajar peserta didik.
Peran guru adalah membantu dan membimbing peserta didik apabila dalam proses pembelajaran menemui kesulitan serta membantu peserta didik untuk menemukan konsep yang tepat dalam memecahkan masalah. Keterampilan metakognitif dapat memberikan petunjuk dalam mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik sendiri sehingga peserta didik tersebut dapat mengetahui atau mengukur seberapa besar kemampuan yang ia miliki.
Pembelajaran menggunakan pendekatan metakognitif memang membutuhkan peran aktif dari guru maupun peserta didik. Guru sebagai penentu bagaimana proses pembelajaran dalam kelasnya akan berjalan memberikan arahan kepada peserta didiknya mengenai bagaimana mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Hartman (2001) dalam Nurjanah (2015), dalam pengajaran metakognitif diperlukan peran guru untuk mendiskusikan dan menjelaskan karakteristik berfikir seperti: (a) mendiskusikan pentingnya pengetahuan dan regulasi metakognitif; (b) menjelaskan keterampilan atau strategi yang dilibatkan dalam metakognitif; (c) memberikan model dan contoh pada peserta didik dalam menerapkan strategi metakognitif; (d) menjelaskan kapan, mengapa, dan bagaimana menggunakan strategi, sekaligus menekankan keleluasaan dalam memilih strategi yang sesuai; (e) membantu peserta didik mengenali proses implisit yang mereka gunakan; (f) melibatkan peserta didik dalam berbicara atau merefleksikan proses-proses implisit, dan; (g) memberikan umpan balik.
Terlepas dari peran guru, sebenarnya peserta didiklah yang memegang kendali penuh pada perkembangan metakognitif yang ia miliki. Guru hanya memberikan stimulus pada peserta didik. Nurjanah (2015) menyebutkan empat hal yang dapat dilakukan peserta didik dalam strategi metakognitif, yaitu: (a) mengidentifikasi tugas yang diberikan; (b) menentukan pendekatan awal terhadap tugas; (c) memantau informasi yang tersedia menggunakan keterampilan manajemen informasi dan teknik pemahaman; dan (d) mengevaluasi pekerjaan, efisiensi, dan efektivitas cara yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas.
“Tujuan mengajarkan peserta didik untuk menjadi metakognitif adalah untuk memandu mereka agar sadar dan meningkatkan kemandirian, dapat mengetahui kapan serta bagaimana memanfaatkan strategi kognitif yang bekerja paling baik untuk mereka dalam berbagai situasi” menurut Fitriani (2017:16).
Menurut Wilson dan Conyers (dalam Chairani, 2016:11) dalam Fitriani (2017:13) penggunaan metakognisi dan strategi kognitif melibatkan dua tingkat pemikiran. Pada tingkat pertama didalamnya melibatkan penerapan strategi kognitif untuk memecahkan suatu masalah.
Tingkat kedua melibatkan penggunaan metakognisi untuk memilih dan memantau keefektivan pendekatan yang digunakan pada tingkat pertama Dengan memanfaatkan kemampuan kognitifnya menurut Wilson dan Conyers dalam chairani (2016), peserta didik dapat: mempertahankan pandangan optimisme praktis tentang kinerja belajar mereka; menyusun tujuan belajar dan rencana untuk meraihnya; memfokuskan perhatian selektif mereka dan mengoptimalkan memori kerja; memantau kemajuan belajar mereka; dan menerapkan pengalaman belajar mereka pada mata pelajaran inti dan dalam kehidupan pribadi mereka.
Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Ada 3 tahap metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:
- Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
- Tahap merencanakan belajar, meliputiproses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar.
- Tahap monitoring dan refleksi belajar, meliputiproses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing), seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya? Bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.
Yamin (2013: 40) dapat disimpulkan, bahwa strategi metakognisi usaha memaksimalkan kemampuan berpikir bernalar, dan berwawasan yang bermakna dengan memori yang kita miliki. Mengembangkan metakognitif pada dasarnya adalah meningkatkan proses berpikir seseorang untuk mengontrol apa yang dipikirkannya, apa yang dikerjakannya, berkenaan dengan tugas yang diberikan, apakah telah memenuhi tuntutan yang diminta dari tugas tersebut atau belum.
Langkah-langkah dalam penerapan pendekatan metakognitif menurut Fitriani (2017:17) adalah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi serta mempersiapkan peserta didik baik secara fisik maupun psikis untuk mengikuti proses pembelajaran. Proses yang terlibat yaitu perencanaan (planning) pembelajaran, sebagai contoh memperkirakan waktu, alat dan bahan, dan apersepsi materi pelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, peserta didik menyelesaikan kegiatan yang disajikan di Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Proses yang terlibat dalam kegiatan inti yaitu pemantauan (monitoring), kontrol terhadap aktivitas, mengajukan pertanyaan pada diri sendiri (self question) dan menyuarakan pikiran (think aloud) dalam diskusi kelompok atau dalam presentasi.
Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Proses yang terlibat yaitu evaluasi (evaluation) peserta didik terhadap diri sendiri secara tertulis. Selanjutnya, guru menyampaikan informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
Kelebihan dan kekurangan pendekatan metakognitif menurut Fitriani (2017:17) menyatakan
- Kelebihan (a) Dapat merubah siswa pasif menjadi siswa aktif dalam proses pembelajaran, (b) Siswa lebih mudah memahami materi dan bebas mengeluarkan pendapat, (c) Menambah wawasan guru dengan menggunakan berbagai macam metodepembelajaran. (d) Adanya praktik langsung membuat siswa mudah memahami materi. (e) Merangsang siswa untuk berpikir kritis (tingkat tinggi) terhadap suatu permasalahan.
- Kekurangan (a) Guru butuh kesiapan dalam proses pembelajaran, (b) Manajemen waktu, (c) Kondisi dan situasi tempat pelaksanaan harus kondusif, (d) Tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya motivasi siswa.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Lembar Observasi, yang disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Isi dari lembar observasi berupa checklist dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”.
Demikian postingan singkat tentang Pengertian Pendekatan Metakognitif semoga dapat menjadi referensi bagi anda dan jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan share/bagikan postingan ini di media sosial anda. Terima kasih telah berkunjung.
ka boleh liat referensinya ga ka yang lebih jelas apa saja yang dikutip dari penjelasan kaka diatas