Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing – Dalam kamus bahasa Indonesia metode adalah cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat pembelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.
Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran. Pada penelitian ini metode yang akan dibahas yakni metode bermain peran. Metode bermain peran juga biasa disebut dengan Role Playing. Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Menurut Kokom Komalasari role playing adalah suatu metode penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan.
Role playing juga dapat diartikan suatu jenis simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan social dan hubungan antar insani. Simulasi berasal dari bahasa inggris simulation artinya meniru perbuatan yang bersifat pura-pura atau dalam kondisi sesungguhnya. Tujuan simulasi menanamkan pembahasan melalui pengalaman berbuat dalam proses simulasi. Sebenarnya simulasi lebih tepat untuk meningkatkan keterampilan tertentu dengan jalan “melakukan sesuatu” dalam kondisi tidak nyata. Permainan simulasi menggabungkan unsur-unsur permainan dan simulasi yaitu adanya setting, pemain, aturan, tujuan dan penyajian model situasi sebenarnya.
Konsep metode role playing ini dikategorikan sebagai metode belajar yang berumpun kepada metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan pengembangan. Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, konkret dan dapat diamati. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi, atau simbolik. Menurut Piaget, awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak. Ia menyatakan bahwa main peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya.
Metode role playing dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik dan terlibat tidak hanya dalam belajar mengenai suatu konsep tetapi juga mengintegrasikan pengetahuan terhadap perilaku melalui pengklasifikasian masalah-masalah mengeksplorasi alternatif-alternatif dan mencari solusi yang kreatif. Melalui metode tersebut siswa harus dapat melakukan perundingan untuk memecahkan bersama masalah yang dihadapi dan akhirnya mencapai keputusan bersama.
Metode ini dibuat berdasarkan tiga alasan yaitu, Pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa role playing dapat mendorong siswa mengekpresikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinankita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi: kemampuan bekerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikapsikap, nilai-nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi situasi dalam kondisi sedang terjadi konflik. Secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan bermain berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Metode role playing merupakan sebuah metode pembelajaran yang membantu masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial anak dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan kelompok sosial mereka. Dalam dimensi sosial metode ini memudahkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis keadaan sosial. Khususnya masalah antar manusia. Metode ini juga mendukung beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sesuai dengan materi yang ingin disampaikan.
Langkah-langkah Metode Role Playing
Dalam penerapan metode role playing ini ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar metode ini dapat berlangsung dengan baik, yaitu:
Pemanasan
Pemanasan bisa diartikan dengan memperkenalkan jenis cerita yang akan diperankan oleh mereka. Guru menjelaskan beberapa watak pelaku dan kondisi cerita sampai semua siswa paham cerita yang akan mereka bawakan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan sesuatu hal yang yang bagi semua orang perlu untuk menguasainya.
Memilih Pemain
Memilih pemain bisa dilakukan oleh guru, yakni menunjuk langsung peserta didik maupun dengan membentuk kelompok.
Menata Panggung
Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa di mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan yang akan diperlukan. Penataan panggung dapat dilakukan secara sederhana, seperti membahas skenario yang menggambarkan urutan permainan peran yaitu siapa dulu yang muncul, dan diikuti seterusnya.
Guru menunjuk bebrapa peserta didik sebagai pengamat
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Meski demikian, penting dicatat bahwa pengamat disini juga terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun mereka ditugaskan menjadi pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap merekan agar dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut.
Permainan role playing dimulai
Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan mungkin ada memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan peran sudah jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya.
Guru dan peserta didik mendiskusikan permainan
Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta berganti peran. Atau bahkan alur ceria akan sedikit berubah (nonhistoris). Apapun hasilnya diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah.
Pembahasan diskusi dan evaluasi
Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realita. Karena saat peran dimainkan, banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai seorang pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini menjadi bahan diskusi.
Guru dan siswa diajak berbagi pengalaman
Guru mengajak siswa berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya siswa menghadapi situasi tersebut.
Tujuan Metode Role playing
Tujuan Role playing sesuai dengan jenis belajarnya adalah, sebagai berikut:
- Belajar dengan berbuat, para peserta didik melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
- Belajar melalui meniru (imitasi), para peserta didik pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
- Belajar melalui balikan, para pengamat menanggapi perilaku para pemain yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah di dramatisasikan.
- Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam keterampilan berikutnya.
Ada banyak macam metode Role playing dimana sebagian lebih cocok ketimbang yang lainnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan yang spesifik untuk metode Role playing ini dalam pendekatan berbasis keterampilan adalah untuk memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui prilaku model dengan seperangkat kriteria, melatih sifat-sifat ini sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada, mendemonstrasikan sifat tersebut kepada orang lain biasanya dengantujuan penilaian/evaluasi. Tujuan penerapan metode ini adalah :
- Memberikan pengalaman konkret dari apa yang telah dipelajari
- Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran
- Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial
- Menyiapkan atau menyediakan dasar-dasar diskusi yang kongret
- Menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik
- Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan
Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing
Dalam pengguanaan metode pembelajaran pastilah ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Kelebihan yang dimiliki metode bermain peran ini adalah sebagai berikut:
- Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, sehingga daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
- Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para anggota lainnya dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
- Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga akan dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
- Kerja sama anggota kelompok dapat dibina dengan sebaik-baiknya.
- Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
- Bahasa lisan dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
Selain memiliki kelebihan metode bermain peran atau Role playing ini juga memiliki kekurangan, yaitu:
- Metode bermain peran memerlukan waktu yang relatif banyak.
- Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi.
- Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
- Kebanyakan siswa yang ditunjuk untuk bermain peran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu.
- Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik tetapi sekaligus tujuan pembelajaran belum tercapai.
Setiap metode pembelajaran pastinya memiliki kekurangan masing-masing, maka dari itu guru harus bisa meminimalisir hal tersebut dengan membuat perencanaan pembelajaran secara terstruktur dan tepat
Sekian dulu penjelasan singkat tentang Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal. 952
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), 52.
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal.80.
Triyo Supriyanto dkk, Strategi Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), hal.131.
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 77.
Yulia Siska, Penerapan Metode Bermain (role playing)Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jurnal ISSN.No (2)31-37.2011
Khoirul Huda, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Melalui MetodeRole Playing, (Jawa Tenggah Didaktikum: Jurnal PTK, 2015), vol. 16 no. 3
Syaiful Bahri Djamarah, Pendidik Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 238.
Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.26-28.
Oemar Hamalik, Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan sistem,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal.199
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran…, hal.101
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hal. 84