Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran Generatif – Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi (id.m.wikipedia.org). Defenisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran sebenarnya serta mempunyai tingkat prosentasi yang bersifat menyeluruh.
Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba untuk bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan inter pretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Agus Suprijono, 2009:45) Sehingga model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu.
Pembelajaran Generatif
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
Menurut Dahlan, model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan ingkungannya (Isjoni , 2013:49).
Pembelajaran menurut Gagne, an active process and sugggests that teaching incolves facilitating active mental process by student. Bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapain tujuan pengajaran (Isjoni, 2013:50).
Sedangkan model pembelajaran menurut Joice dan Weil adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedimikan rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar di kelasnya. Selain itu menurut Isjoni (2013:50) mengemukakan dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Semakin upaya yang dilakukan guru dan semakin besar pula aktivitas belajar siswa.
- Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar.
- Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
- Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada.
Menurut Eggen dan Kauchak (Agus Suprijono, 2009:46), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Terdapat dua model Pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif. Salah satu tujuan penggunaan model pembelajaran adalah untuk Meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.
Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) kearah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah kependekatan discovery learning ataui nquiry learning, dari belajari ndividual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Sugihartonodkk.,2013:24).
Pengertian Pembelajaran Generatif
Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL). Pembelajaran generatif memiliki landasan teoretik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivisme mengenai belajar dan pembelajaran (Osborne & Wittrock, 1985: 64). Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Kish (2008: 357) bahwa pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Apabila pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.
Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Grabowski (2007:2) mengungkapkan bahwa siswa bukanlah seseorang yang pasif dalam kegiatan pembelajaran, melainkan individu yang aktif dalam membangun informasi yang mereka peroleh sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna.
Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruki suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan.
Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif
Pembelajaran Generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar Konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis diantaranya adalah :
- Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.
- Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.
- Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya lansung saja diberikan tugas kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut dengan menerapkan scaffolding.
- Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, siswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru/dosen atau teman sebaya yang lebih mampu.
- Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.
- Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.
- Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua pembelajaran dapat disampaikan semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di benak mereka sendiri, menemukan dan menggunakan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.
Tahapan Pembelajaran Generatif
Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran Generatif menurut Osborne dan Cosgrove, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009:177) , terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai berikut :
Tahap-1 : Eksplorasi
Tahap eksplorasi dimulai dengan kegiatan guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun kesan dan mendapat gambaran visual mengenai topik yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman mereka sehari-hari. Guru dapat memberikan stimulus berupa aktivitas yang dapat menunjukkan data dan fakta terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari sehingga mendorong siswa agar dapat melakukan eksplorasi. Aktivitas, gejala, maupun fakta yang disampaikan sebaiknya dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Tujuannya agar siswa termotivasi mempelajari konsep tersebut.
Guru mengajak dan mendorong siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan kemudian dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis. Langkah selanjutnya, siswa diminta untuk mengungkapkan ide mereka mengenai konsep yang sedang dipelajari. Pada tahapan ini guru berusaha menampung pendapat siswa dan menciptakan suasana yang kondusif dengan tidak menilai mana pendapat yang salah dan mana yang benar agar siswa berani mengungkapkan pendapatnya tanpa rasa takut disalahkan. Dari pendapat yang dikemukakan siswa, guru mengelompokkan dugaan dan penjelasan tersebut di papan tulis.
Tahap-2 : Pemfokusan
Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam bentuk kegiatan yang lain. Tugas- tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesis dengan cara mereka sendiri. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas dua sampai dengan empat siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuwan, antara lain pada aspek kerjasama dengan teman, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya. Dalam kegiatan praktikum, siswa dapat berlatih lebih banyak tentang keterampilan laboratorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati (observasi), mengukur, mengendalikan variabel, menggolongkan, membuat grafik, menyimpulkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan.
Tahap-3 : Tantangan
Setelah data diperoleh, selanjutnya siswa mendiskusikan, menyimpulkan, dan menuliskan hasilnya kedalam lembar kerja. Setiap kelompok diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui kegiatan diskusi tersebut, akan terjadi proses tukar pengalaman antar siswa. Pada tahapan ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman, dan menghargai adanya perbedaan di antara pendapat teman.
Guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator agar jalannya diskusi dapat terarah sehingga pada akhir diskusi siswa dapat memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadi proses mental yang disebut asimilasi apabila konsep siswa sesuai dengan konsep yang benar menurut data eksperimen atau terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris.
Tahap-4 : Aplikasi Konsep
Pada tahapan ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Siswa perlu diberi banyak latihan soal karena dengan adanya latihan soal, siswa akan lebih memahami konsep secara mendalam dan bermakna sehingga pada akhirnya konsep yang dipelajari akan masuk kedalam memori jangka panjang.
Tahap-5 : Menilai Kembali
Dalam suatu diskusi, guru mengajak siswanya dalam menilai kembali kerangka kerja konsep yang telah mereka dapatkan. Dalam proses pembelajaran dengan model Generatif harus benar-benar melaksakan setiap tahap-tahapannya agar hasil dari perubahan siswa setelah belajar dengan model Generatif dapat terlihat. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru melainkan siswa berfikir aktif menemukan konsep-konsep baru sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka dan kemudian diterapkan pada permasalahan yang mereka hadapi.
Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif
Dalam melaksanakan pembelajaran Generatif, menurut Sutrisno (Purwati, 2009:36), guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan.
- Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan.
- Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.
Pembelajaran dengan model generatif guru harus kreatif dalam mendemostrasikan materi dan peka terhadap apa yang ada dalam fikiran siswa sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran.
Daftar Pustaka
Acep Yonny. (2010). Menyusun Tindakan Kelas. Yogyakarta : Familis
Agus Suprijono. (2014). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Denis Rahayu Yuna Pratama. (2013) Efektivitas Model Pembelajaran Generatif Berfasilitas Multimedia Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Ungaran. Skripsi. FMIPA UNNES
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Ella Yulaelawati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Pakar Raya.
Grabowski, B.L. 2007. Generative Learning Contributions To The Design of Instruction And Learning. Journal of Educational Psychology. 28(1): 719- 743
Hake, R. Richard. Design-Based Research in Physics Education. Diakses dari http://www.physics.indiana.edu/~hake/DBR-Physics3.pdf. pada tanggal 15 Oktober 2015 , Jam 21.00.
Irma angreiny (2012) Pengertian Implementasi Menurut Ahli. Diakses dari http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurut- para.html pada tanggal 13 Oktober 2015, Jam 23.25 WIB.
Isjoni. (2013). Coopertaive Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung : Alfabeta
Kish, M.H.Z. 2008. Generative Learning Model To Teach Adult learners digital Imagery. International Journal of Online Pedagogy and Course Design, 357-359. Tersedia di www.irma-international.org/viewtitle/16730/ [diakses 13-02-2013]
Miftahul Huda. (2015). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Miftahul Huda. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran .Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslich. (2013). Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas itu mudah
classroom action research.Jakarta: Bumi Aksara
Oemar Hamalik. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Osborne, R. & M.C. Wittrock. 1985. The Generative Learning Model and Its Implications For Science Education. Studies in Science Education, 12: 59- 87
Ridwan Panji Gunawan. (2013). Model Pembelajaran Generatif. Diakses dari http://proposalmatematika23.blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajaran- generatif.html. pada tanggal 17 Oktober 2015, Jam 21.30 WIB.
Robert E. Slavin. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik .Bandung: Nusa Media
Santrock, W. Jhon. (2008). Psychological Education Second Edition. (Alih Bahasa: Tribowo B. S). Jakarta: Prenada Media Group.
Siswoyo Dwi. DKK. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY press.
Sri Rahayu. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Tema Pencemaran Lingkungan dan Cara Mengatasinya di Kelas VII B SMP Negeri 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. FMIPA UNY.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Uzer Usman. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Yogyakarta: Bumi Aksara
Wittrock, M. C. 1992. Generative Learning Processes of The Brain. Journal of Educational Psychologist, 27(4): 531-541
Sekian dulu penjelasan singkat tentang Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran Generatif semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan share/bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung