Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Experiental Learning – David Kolb (dalam Fathurrohman 2015: 128) mendefinisikan “belajar sebagai “proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman”. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan mentrasnformasikan pengalaman. Fathurrohman (2015: 129) menyatakan bahwa “Experiential Learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik”.
Pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. Belajar dari pengalaman mencakup keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Experiential Learning sebagai metode yang membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Jika seseorang terlibat aktif dalam proses belajar maka orang tersebut akan belajar jauh lebih baik. Hal ini disebabkan dalam proses belajar tersebut pembelajaran secara aktif berpikir tentang apa yang dipelajari dan kemudian bagaimana menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi nyata. Fahturrohman (2015: 130) mengatakan “Pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif, harus menggunakan seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang dan perencanaan tindakan”.
Menurut Atherton (dalam Fathurrohman 2015: 128) mengemukakan bahwa dalam konteks belajar pembelajaran berbasis pengalaman dapat dideskripsikan sebagai proses pembelajaran yang merefleksikan pengalaman secara mendalam dan dari sini muncul pemahaman baru atau proses belajar. Fathurrohman (2015: 128) Pembelajaran berbasis pengalaman memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajaran terhadap pengalamannya untuk membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan baru, dan sikap baru atau bahkan cara berpikir baru untuk memecahkan masalah-masalah baru. Fathurrohman (2015: 129) menyatakan “Pembelajaran berbasis pengalaman berpusat pada pembelajaran dan berorientasi pada aktivitas refleksi secara personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menerapkan apa yang diperoleh dari pengalaman personal tersebut”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaraan Experiential Learning merupakan model pembelajaraan yang memperhatikan dan menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami dan dipelajari oleh peserta didik. Dengan terlibatnya langsung dalam proses belajar dan menkontruksikan sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan.
Karakteristik Experiential Learning
Kolb (dalam Fahturrohman 2015: 129) mengusulkan bahwa experiential learning mempunyai enam karakteristik utama, yaitu:
- Belajar terbaik dipahami sebagai suatu proses, tidak dalam kaitannya dengan hasil yang dicapai.
- Belajar adalah suatu proses kontinu yang didasarkan pada pengalaman.
- Belajar memerlukan resolusi konflik-konflik antara gaya-gaya yang berlawanan dengan cara dialektis.
- Belajar adalah proses yang holistik
- Belajar melibatkan hubungan antara seseorang dan lingkungan.
- Belajar adalah proses tentang menciptakan pengetahuan yang merupakan hasil dari hubungan antara pengetahuan sosial dan pengetahuan pribadi.
Fathurrohman (2015: 130) menyatakan “Experiental learning itu sendiri berisi tiga aspek, yaitu pengetahuan (konsep, fakta dan informasi), aktivitas (penerapan dalam kegiatan), dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu). Ketiganya merupakan kontribusi penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran”. Ketiganya merupakan distribusi penting dalam tercapainya tujuan pembelajaraan.
Tahap-Tahap Experiental Learning
Model Experiential Learning sebagai pembelajaran dapat dilihat sebagai sebuah siklus yang terdiri dari dua rangkaian yang berbeda, memiliki daya tangkap dalam pemahaman dan memiliki tujuan yang berkelanjutan. Bagaimanapun, kesemua itu harus diintegrasikan dengan urutan untuk mempelajari apa yang terjadi. Daya tangkap dalam memahami sesuatu sangat dipengaruhi oleh pengamatan yang dialami lewat pengalaman, sementara tujuan yang berkelanjutan berhubungan dengan perubahan dari pengalaman. Komponen-komponen tersebut harus saling berhubungan untuk memperoleh pengetahuan.
Fathurrohman (2015: 132) “Pengalaman yang dilakukan sendirian tidak cukup dijadikan pembelajaran, harus dilakukan secara terperinci dan perubahan yang dilakukan sendiri tidak dapat mewakili yang dibutuhkan pembelajaran, untuk itu diperlukan perubahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Model Experiential Learning mencoba menjelaskan mengapa pembelajaran lewat pendekatan pengalaman belajar berbeda dan mampu mencapai tujuan. Hal ini dibuktikan oleh berkembangnya kecakapan yang cukup baik yang dimiliki oleh beberapa individu setelah dibandingkan dengan individu lain”.
Fathurrohman (2015: 134) berpendapat bahwa “Pada dasarnya pembelajaran model Epxriental learning ini sangat sederhana dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (reflect), dan kemudian penerapan (apply). Jika dielaborasi lagi maka akan terdiri dari lima langkah, yaitu mulai dari proses mengalami (experience), berbagi (share), analisis pengalaman tersebut (procces), menarik kesimpulan (generalize), dan penerapan (apply)”.
Masing-masing tujuan dari rangkaian tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu Concrete experience, Reflective observation, Abstract conceptualization, dan Active experimentation..
Fathurrohman (2015: 134-135) Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
- Concrete experience (felling) : Belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik. Peka terhadap situasi.
- Reflective observation (watching) : Mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif -perspektif yang berbeda.
- Abstract conceptualitation (thinking) : Analisis logis dari gagasan-gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi.
- Active experimentation (doing) : Kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa. Termasuk pengambilan resiko. Implikasi itu yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru.
Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (taking action).
Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan, yakni :
Tabel Empat Kemampuan Menurut Teori Experiential Learning
Kemampuan | Uraian | Pengutamaan |
(1) Concrete Experience (CE) | Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman. | Feeling (perasaan) |
(2) Reflection Observation (RO) | Siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi. | Wathcing (mengamati) |
(3) Abstract Conceptuali zation (AC) | Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat. | Thinking (berpikir) |
(4) Active Experimentation (AE) | Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan. | Doing (berbuat) |
Sumber: Fathurrohman (2015: 134-135)
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Experiental Learning
Dalam menerapkan model pembelajaran experiental learning guru harus memperbaiki prosedur agar pembelajarannya berjalan dengan baik. Menurut Hamalik (dalam Fathurrohman 2015: 136-137), mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran experiental learning adalah sebagai berikut :
- Guru merumuskan secara saksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial atau memiliki seperangkap hasil-hasil tertentu.
- Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman.
- Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok- kelompok kecil atau keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
- Para siswa ditempatkan didalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah.
- Siswa aktif berpartisipasi didalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima konsekuensi berdasarkan keputusan tersebut.
- Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubung dengan mata ajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membahas bermacam- macam pengalaman tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran experiential learning disusun dan dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang dimiliki oleh peserta didik. Prinsip ini pun berkaitan dengan pengalaman di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta dalam cara-cara belajar yang biasa dilakukan oleh peserta didik.
Kelebihan dan Kekurangan Model Experietal Learning
Fathurrohman, (2015: 138) menyatakan bahwa beberapa kelebihan model Experiental Learning secara individual adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan pemecahan masalah.
- Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk.
- Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
- Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi.
Fathurrohman (2015: 138) Adapun kelebihan model dalam membangun dan meningkatkan kerja sama kelompok antara lain adalah :
- Mengembangkan dan meningkatkan rasa saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok.
- Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
- Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan kepemimpinan.
- Meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota kelompok.
Adapun kekurangan experiental learning yaitu sulit dimengerti sehingga masih sedikit yang mengaplikasikan model pembelajaran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alfan, Azizi. dkk. (2013). Penerapan Model Experiental Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Unsur Lingkaran Siswa Kelas VIII SMP Salafiyah Miftahul Huda Jenggawah Tahun Ajaran 2012/2013. (Online).Tersedia: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/kadikma/article/view/1138/pdf. (5 Feb 2015).
Arifin,Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djemari. (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Jihad, Haris. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Multi Pressindo.
Kusuma, Y.A. (2014). Penerapan ModelExperiental Learning Pada Materi Luas Dan Keliling Persegi Panjang Di Kelas VII-1 SMP Negeri 22 Surabaya. (Online). Tersedia:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/12958/pdf. (9 Agustus 2015).
Majid, A. (2013). Straregi Pembelajaraan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Majid, A. (2014). Penilaian Autentik Proses Dan Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto. (2006). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Rudini. (2014). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Macam – Macam Sumber Daya Ekonomi. Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang: Tidak diterbitkan.
Riduwan. 2007. Belajar Mudah Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana,N.(2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Sutikno, S. (2009). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Prospect Bandung
Sugiyono,A. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA
Sugiyono,B. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: ALFABETA
Sugiyono,C. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Sugiyono,D. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit ALFABETA
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
Warsito, Viky. Penerapan Model Experiental Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Palu. (Online).Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EPFT/article/view/1443/pdf. (8Juni 2015)
Yakop, P. (2016). Penerapan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Students Teams Achevement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Pokok Bahasan Kebutuhan Manusia Dan Kelangkaan Sumber Daya. Skripsi pada STKIP Persada Khatulistiwa Sintang: Tidak Diterbitkan.
Demikian artikel singkat tentang Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Experiental Learning semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi anda, dan jika artikel ini berguna dan menjadi referensi bagi anda silahkan bagikan/share artikel ini. Terima kasih telah berkunjung.
ka bisa dicantumkan daftar pustakanya ga? terima kasih.
Daftar pustaka sudah saya tambahkan di dalam postingan silahkan di cek. Semoga bermanfaat. Terima kasih telah berkunjung.
terima kasih ka 🙂