Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Citizen – Model ini pertama kali digunakan di California pada tahun 1992 dan kemudian dikembangkan menjadi satu program nasional oleh Center For Civic Educatioan (CCE) dan Konferensi Nasional Badan Pembuat Undang-Undang Negara pada tahun 1995. Menurut Budimansyah (2009 : 1) Project Citizen adalah satu intructioanal treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil (civil society).
Program tersebut mendorong para siswa untuk terlibat secara aktif denganorganisasi-organisai pemerintah dan masyarakat sipil untuk memecahkan satu persoalan di sekolah atau di masyarakat dan untuk mengasah kecerdasan sosial dan intelektual yang penting bagi kewarganegaraan demokratis yang bertanggung jawab. Jadi tujuan Project Citizen adalah memotifasi dan memberdayakan para siswa dalam menggunakan hak dan tanggung jawab kewarganegaraan yang demokratis melalui penelitian yang intensif mengenai masalah kebijakan publik di sekolah atau di masyarakat tempat mereka berinteraksi.
Bahan-bahan pelajarannya pun disusun untuk membantu para siswa belajar mengawasi dan mempengaruhi kebijakan publik, meningkatkan kecakapan yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan efektif serta memiliki rasa percaya diri dalam menggunakan hak dan tanggug jawabnya sebagai warga negara. Project Citizen memberikan kesempatan pada para siswa untuk ambil bagian dalam pemerintah dan masyarakat sipil sambil mempraktikkan berfikir kritis, dialog, debat, negosiasi, kerja sama, kesantunan, toleransi, membuat keputusan, dan aksi warga negara (civic action) yakni melaksanakan kewajibannya sebgai warga negara untuk kepentingan bersama (Budimansyah, 2009: 2)
Dasar Pemikiran dan Tujuan Project Citizen
Dasar pemikiran Project Citizen terletak pada satu kerangka yang terdiri atas lima bagian tentang gagasan pendidikan dan politik.
- Demokrasi memerlukan pemerintahan sendiri dan karenanya memerlukan keterlibatan aktif dan berpengetahuan warga negara dalam kehidupan berwarga negara (Branson,1999:2-3).
- Para siswa harus belajar bagaimana menjadi terlibat dalam kehidupan berwarga negara dengan terlibat di dalamnya, yaitu dengan menyandang kewarganegaraan yang bertanggung jawab dan efektif (Branson,1999:8-11).
- Karena para siswa tersebut menggali masalah-masalah yang ada di komunitas mereka sendiri, maka mereka banyak mendapat kesempatan untuk mempertimbangkan tentang hal-hal yang mendasar dalam inti demokrasi, seperti hal-hal yang meliputi hak individu dan kepentingan bersama, peraturan yang disepakati kelompok mayoritas dan hak kaum minoritas, dan kebebasan serta persamaan (Branson,1999:6).
- Project Citizen dimaksudkan untuk diterapkan terutama oleh para siswa sekolah menengah atau usia-usia remaja pradini (berusia sekitar 10-15 tahun), tetapi program tersebut juga digunakan oleh older adolescents (anak remaja yang menginjak dewasa) di beberapa sekolah.
- Project Citizen mengganggap kaum muda sebagai sumber kewarganegaraan, sebagai anggota yang berharga dari komunitasnya yang bernilai yang gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan pada masalah-masalah kebijakan publik (Branson:5-6).
Subtansi dan Metode
Project Zitizen bersifat generik atau umum dan mendasar yang dapat dimuati materi yang relavan di masing-masing negara. Menurut Budimansyah ( 2009 : 21) sebagai model dipilih topik generik “Public Policy” (kebijakan publik), yang memang berlaku di negara manapun. Misi dari model ini adalah mendidik para peserta didik agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik, kemudian dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warga negara muda mencoba memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah kualitas warga negara yang cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab.
Project Zitizen yang diadaptasi di Indonesia memiliki karakteristik substantif dan psiko-pedagogis berikut (Budimansyah 2009 : 22).
- Bergerak dalam konteks substantif dan sosial-kultural kebijakan publik sebagai salah satu koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warganegara dengan negara dalam melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggungjawabnya sebagai warganegara Indonesia yang cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab, yang secara kurikuler dan pedagogis merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan.
- Menerapkan model “fortopolio-based learning” atau “model pembelajaran berbasis fortopolio” dan “portofoli-assissted assessment” atau “penilaian berbasis portofolio” yang dirancang dalam desain pembelajaran yang memadukan secara sinergis model-model :
- Social problem solving (pemecahan masalah)
- Social inquiry (penelitian sosial)
- Social involvement (perlibatan sosial)
- Cooperative learning (belajar bersama)
- Simulated hearing (simulasi dengan pendapat)
- Deep-dialogue and critical thinking (dialog mendalam dan berfikir kritis)
- Value clarification (klarifikasi nilai)
- Democrating teaching (pembelajaran demokratis)”
Dengan demekian model ini potensial menghasilakan “powerfull learning” atau belajar yang berbobot dan bermakna yang secara pedagogis bercirikan prinsip : Meaningful (bermakna), Integrative (terpadu), Value-based (berbasis nilai), Challenging (menantang), Activating (meaktifkan), Joyfull (menyenangkan)
- Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah :Identifikasi masalah, Pemilihan masalah, Pengumpulan data, Pembuatan portofolio, Show case, Refleksi dan lain-lain.
Kerangka Dasar Project Citizen
Ketika kesadaran akan adanya suatu permasalahan telah muncul, masyarakat sering kali meminta pemerintah membuat kebijakan untuk menangani masalah-masalah tersebut sekaligus melaksanakan kebijakan itu. Namun demikian, keinginan masyarakat ini bisa menimbulkan masalah lain dalam situasi-situasi tertentu. Misalnya situasi dimana:
- pelaksanaan kebijakan atau peraturan tidak berjalan sesuai yang diharapkan,
- Belum dilaksanakannya kebijakan atau peraturan yang sudah ada,
- Kebijakan dan peraturan tidak dibuat sama sekali.
Menurut Budimansyah (2009: 28) sebagai warga negara Indonesia, para siswa mempunyai hak untuk mengemukakan pemikirannya tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan yang ada di daerahnya, permasalahan nasional, bahkan internasional. Para siswa juga berhak mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah dalam membuat keputusan, kebijakan, dan peraturan. Agar dapat berpartisipasi secara efekti, tiap-tiap warga negara perlu mengetahui tingkat dan lembaga pemerintahan manakah yang bertanggung jawab untuk mengubah, menyelenggarakan, atau mengembangkan kebijakan publik tertentu.
Program kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu para siswa belajar:
- bagaimana cara menggungkapkan pendapat,
- bagaimana memutuskan tingkat atau lembaga pemerintah yang paling tepat untuk menangani permasalahan yang diidentifikasi, serta
- bagaimana cara mempengaruhi pemerintah dalam membuat suatu kebijakan.
Langkah-langkah Pembelajaran project citizen
Budimansyah (2009: 33) menetapkan lima langkah pembelajaran project citizen sebagai berikut:
Mengidentifikasi Masalah
Guru dan siswa mendiskusikan tujuan dan mencari masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat. Dalam mencari masalah ini tentunya tidak boleh lepas dari tema atau pokok bahasan yang akan dikaji. Pada tahap ini guru membagi kelompok kelas kedalam kelompok kecil (4-5 orang siswa), dan setiap kelompok mengambil undian untuk menentukan pokok bahasan apa yang harus dikaji. Berikutnya kelompok mencari dan mendiskusikan masalah-masalah yang sesuai dengan pokok bahasan yang diperoleh dalam undian. Proses diskusi kelompok kecil di kelas ini harus melanjutkannya sebagai pekerjaan rumah, berupa tugas wawancara dengan orang yang dipandang memahami masalah yang sedang dikaji. Di samping itu kelompok kecil ini juga harus mencari informasi-informasi dari media cetak elektronik.
Memilih masalah sebagai bahan kajian kelas
Berdasarkan perolehan hasil wawancara dan temuan informasi tersebut, kelompok kecil supaya membuat daftar masalah, yang selanjutnya secara demokratis kelompok ini supaya menentukan masalah yang akan dikaji.
Mengumpulkan informasi
Langkah ini, masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan berdiskusi serta mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan memberikan banyak informasi sesuai dengan masalah yang akan dikaji. Setelah menentukan sumber-sumber informasi, kelompok membagi ke dalam tim-tim peneliti, yang tiap tim peneliti hendaknya mengumpulkan informasi dari salah satu sumber yang telah di identifikasi.
Mengembangkan portofolio kelas
Portofolio yang di kembangkan meliputi dua bagian, yaitu: (1) bagian penayangan, yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat show-case, dan (2) bagian dokumentasi, yaitu portofolio yang disimpan pada sebuah map (binder), yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok portofolio. Di samping itu, masing-masing kelompok juga harus dibagi menjadi empat kelompok yang lebih kecil lagi. Jika dalam kelompok itu hanya terdiri dari empat atau kurangdari empat siswa, maka bisa dibagi menjadi: (1) kelompok/orang pertama, yang bertanggung jawab untuk menjelaskan atau mengidentifikasi masalah; (2) kelompok/orang kedua, bertanggung jawab untuk mengkaji kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah; (3) kelompok orang ketiga, bertanggung jawab mengusulkan kibijakan publik yang telah disepakati untuk memecahkan masalah; (4) kelompok/orang keempat; bertanggung jawab dalam hal untuk membuat rencana tindakan.
Menyajikan portofolio (show-case)
Setelah portofolio kelas selsai, kelas dapat menyajikan dalam kegiatan show-case (gelar kasus) kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada siswa dalam hal menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar dapat memahami dan menerima gagasan tersebut.
Merefleksikan pengalaman belajar
Merefleksikan pengalaman belajar adalah bagian evalusi terhadap pengalaman belajar siswa, untuk menghindari jangan sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang sudah siswa miliki.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran project citizen
Adapun kelebihan model pembelajaran project citizen, antara lain:
- Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
- Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka telah kerjakan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
- Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
- Membantu guru mengklasifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran
Adapun kekurangan project citizen anatara lain:
- Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
- Analisis terhadap pembelajaran project citizen masih relatif baru sehingga masih banyak guru, orang tua, dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahami.
Demikianlah artikel singkat tentang Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Citizen semoga bermanfaat bagi anda. Terima kasih telah berkunjung.