Bimbingan Kelompok dalam Supervisi Pendidikan – Bimbingan kelompok merupakan bagian dari cara pelaksanaan supervisi dalam kependidikan, yaitu bagian dari upaya pembinaan oleh supervisor terhadap guru di sekolah yang dilakukan secara berkelompok atau bersama-sama.
Keterampilan utama dari seorang kepala sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada konselor untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas proses bimbingan yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut Kepala Sekolah diharapkan dapat melakukan supervisi yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan konselor (Yusuf, 2006: 17).
Glickman (1981), mendefinisikan supervisi adalah serangkaian kegiatan untuk membantu konselor mengembangkan kemampuannya mengelola proses bimbingan demi pencapaian tujuan bimbingan. Supervisi merupakan upaya membantu konselor mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan bimbingan. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja konselor dalam mengelola proses bimbingan, melainkan membantu konselor mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Prinsip-prinsip supervisi modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi di sekolah-sekolah, yaitu sebagai berikut (Sagala, 2006: 53):
- Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan konselor/konselor, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi.
- Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Apabila konselor telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses bimbingan selalu muncul dan berkembang.
- Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis, aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif konselor yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada konselor/konselor. Karena itu, program supervisi sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan konselor/konselor, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
- Program supervisi harus integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan.
- Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan sebelumnya.
- Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah untuk mencari kesalahan-kesalahan konselor/konselor, melainkan untuk mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas konselor dalam memahami dan memecahkan problem-problem yang dihadapi.
- Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional konselor/konselor.
Menurut Purwanto (2004: 120), secara garis besar cara atau tehnik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok.
Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
- Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition) Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (dalam hal ini adalah kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya adalah untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
- Mengadakan kunjungan observasi (observation visits) Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu, misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
- Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa, banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.
- Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain: (a) Menyusun program catur wulan atau program semester; (b) Menyusun atau membuat program ssatuan pelajaran; (c) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas; (d) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran; (e) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar; (f) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya;
Teknik kelompok, teknik ini merupakan teknik supervisi yang dilakukan untuk guru secara bersama-sama atau melalui kelompok-kelompok yang dibentuk. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
- Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings) Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.
- Mengadakan diskusi kelompok (group discussions) Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau diskusi guna membahas hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.
- Mengadakan penataran-penataran (inservice-training) Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Menurut Gwynn dalam Bafadal (2004 :48), teknik supervisi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru.
Daftar Pustaka
Anwar, Moch. Idochi. (2004). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Harahap, Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya.
Joni, T. Raka. (1984). Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud
Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E., (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Robbins, Stephen P., (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education International.
Robotham, David, (1996), Competences : Measuring The Immeasurable, Management Development Review, Vol. 9, No. 5, hal. 25-29.
Sofo. Francesco, (1999). Human Resource Development, Perspective, Roles and Practice Choice. Business and Professional Publishing, Warriewood, NWS
Spencer, Lyle M., Jr. & Signe M., Spencer. (1993). Competence at Work: Models for Superior Performance. John Wiley & Sons. Inc.
Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.
Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung: Angkasa
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wirawan. (2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.
Yutmini, Sri. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.
Demikian pembahasan singkat tentang Bimbingan Kelompok dalam Supervisi Pendidikan semoga dapat menjadi referensi bagi anda, dan jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.