Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Pembelajaran

Teori Tentang Berpikir Kreatif

0
×

Teori Tentang Berpikir Kreatif

Sebarkan artikel ini

Teori Tentang Berpikir Kreatif – Perspektif supranatural adalah pandangan tradisional tentang brepikir kreatif. Di dalam perspektif ini, orang yang kreatif dilahirkan dan tidak dibuat kreatif melalui pelatihan. Perspektif rasionalisme meghadirkan proses kreatif dalam hal konsekuensi-konsekuensi alami yang dihasilkan dari penerapan prinsip-prinsip universal. Pandangan  ini menyatakan bahwa semua kegiatan dari dunia kita saling melengkapi satu sama lainnya. Perspektif developmental menghadirkan sebuah pandangan yang menyeluruh tentang bagaimana berpikir kreatif berkembang saat individu tumbuh menjadi dewasa.

  1. Pengertian Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif terdiri dari dua suku kata yaitu berpikir dan kreatif, berpikir itu sendiri merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Terdapat bermacam-macam cara berpikir antara lain berpikir vertikal, lateral, kritis analitis, kreatif, dan strategis. Menurut Harriman, berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru oleh arena itu berpikir kreatif termasuk kedalam ranah kognitif.

Scroll untuk melihat konten

Halper (Oga: 2013) menjelaskan bahwa berpikir kreatif sering pula disebut berpikir divergen, artinya adalah memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Menurut Langrehr, terdapat tiga jenis informasi yang disimpan atau diingat dalam otak. Ketiga jenis informasi itu adalah : (1) Isi (content) yaitu apa yang dipikirkan tentang berbagai simbol, angka, kata, kalimat, fakta, aturan, metode, dan sebagainya; (2) Perasaan (feelings) tentang isi; (3) Pertanyaan (questions) yang digunakan untuk memproses atau untuk mempergunakan isi. Oleh karena itu seorang anak dapat memiliki tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan isi, kecerdasan emosional, dan kecerdasan memproses.

Beberapa keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan mengorganisir otak, dan keterampilan analisis. Kurikulum 2006 yang dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai anak disamping materi isi yang merupakan pemahaman konsep.

Manurut Silver 1997 (Oga, 2013: 11) menjelaskan bahwa untuk menilai berpikir kratif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (Fluency), fleksibilitas dan kebaruan (Novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah. Gagasan ketiga aspek berpikir kreatif tersebut diadaptasi oleh beberapa ahli dalam matematik.

Indikator penilaiaan kemampuan berpikir kreatif siswa (kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan) menggunakan pengajuan masalah dan pemecahan masalah. Berdasarkan indikator tersebut, penulias bermaksud untuk menghadirkan sebuah soal yang mengembangkan pemecahan masalah didalam soalnya.

Kriteria-kriteria berpikir kreatif berhubungan dengan pemecahan masalah yaitu kefasiahan, fleksibilitas dan kebaruan dimana dalam kefasihan mengacu kepada terdapat banyak ide-ide yang diberikan siswa pada satu masalah dengan maksud yang sama. Fleksibilitas mengacu pada penyelesaiaan masalah yang berbeda terkait dengan kemampuan siswa sendiri. Sedangkan kebaruan adalah kemampuan siswa untuk menghadirkan permasalahan dengan pemecahan masalah yang berbeda. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat tabel indikator yang dibuat oleh Silver pada Tabel di bawah ini.

Tabel Indikator Berpikir Kreatif

Pemecahan masalah

Komponen kreativitas

Pengajuan masalah

Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam Interpretasi solusi dan jawaban

Kefasihan

Siswa membuat banyak masalah yang dapat dipecahkan siswa berbagi masalah yang diajukan

Siswa menyelesaikan (atau menyatakan atau justifikasi) dalam satu cara, kemudian dengan cara lain siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian

Fleksibilitas

Siswa mengajukan masalah yang dapat dipecahkan dengan cara-cara yang berbeda. siswa menggunakan pendekatan “what-if-not?” Untuk mengajukan masalah.

Siswa memeriksa berbagai metode penyelesaian atau jawaban-jawaban (pernyataan-2 atau justifikasi-2) kemudian membuat metode lain yang berbeda.

Kebaruan

Siswa memeriksa beberapa masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.

Menurut model discovery strategy ini ada dua proses utama yang merupakan tahap berpikir kreatif yaitu fase generatif dan fase penjelajahan. Dalam fase generatif individu mengkonstruk representasi mental yang menunjuk pada struktur pre-inventif dan meningkatkan kemampuan temuan kreatif. Dalam fase penjelajahan kemampuan tersebut terkait dengan ide-ide kreatif yang menghasilkan fase inventif  kreatif, termasuk asosiasi sintesa analogi transfer dan reduksi materi melalui transformasi kategorisasi.

Ahli pendidikan moderen merumuskan bahwa belajar adalah suatu  bentuk pertmbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang  tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup. Dengan demikian belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada  di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita.

Semiawan (Lubard, 2005) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.

  1. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
  2.  Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
  3.  Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
  4.  Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.

Demikian ulasan singkat tentang Teori Tentang Berpikir Kreatif semoga dapat menjadi referensi bagi anda dan dapat bermanfaat bagi anda, jika berkenan mohon bagikan/share ulasan ini. Terima kasih telah berkunjung.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.