Di era globalisasi seperti sekarang ini batas-batas antar wilayah nyaris tak ada lagi. Ketiadaan batas melintasi ruang dan waktu mampu mempengaruhi segala aspek kehidupan, salah satunya dalam hal pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek. Ketidaksiapan suatu negara terhadap berbagai aspek yang mendasari pertumbuhan ekonomi dapat membuat negara tersebut tertinggal, bahkan tertindas oleh negara yang lain yang telah terlebih dahulu mengantisipasi arus perubahan yang terjadi. Salah satu aspek yang harus dimiliki oleh suatu negara adalah kesiapan SDM untuk menghadapi era yang tidak mungkin dapat dihindari ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyiapkan SDM yaitu melalui pendidikan.
Peran Pendidikan dalam Perkembangan Ekonomi
Peranan pendidikan sangat dibutuhkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi, terutama dalam mengahadapi globalisasi yang penuh dengan tantangan. Banyak ahli ekonomi yang beranggapan bahwa investasi pendidikan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan investasi modal. Jika melihat fenomena negara-negara industri maju, seperti Jepang dan Amerika Serikat yang memberikan penekanan yang kuat terhadap pentingnya pendidikan, diyakini bahwa pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan semata, tetapi mampu memberikan konstribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknisekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya, pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu, salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup.
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya, pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh investasi modal, tetapi juga tenaga kerja yang memiliki fleksibilitas dalam menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan pekerjaan baru, sejalan dengan perubahan struktur ekonomi dan lapangan kerja (The 18 World Bank, 1991). Sementara itu, Hicks (1991) dengan menggunakan data dari Bank Dunia, menyimpulkan bahwa negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat income yang lebih tinggi pula.
Hicks (1991) menjelaskan bagaimana memahami kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi, dengan cara mengetahui sebab-sebab pertumbuhan serta proses pertumbuhan itu sendiri. Menurut Hicks, para ahli ekomomi mengidentifikasikan tiga faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal. Dalam proses pertumbuhan ekonomi, lahan diasumsikan tidak mengalami perubahan. Sehingga, dua faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja dan modal.
Pendidikan Kejuruan Sebagai Penyedia Tenaga Kerja Produktif
Pemenuhan tenaga kerja yang produktif dapat dilakukan dengan pendidikan ketenagakerjaan. Pendidikan ketenagakerjaan non formal dan informal dilakukan pada Balai Latihan Kerja (BLK), Community Centre (CC), lembaga latihan kerja, kursus latihan kerja, dll. Sedangkan pendidikan ketenagakerjaan secara formal umumnya dilakukan pada jenjang pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan kejuruan, vokasi, professional dan akademik. (UUSPN no 20 Tahun 2003).
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu (UU No. 13 tahun 2003). Arti pendidikan kejuruan lebih spesifik dijelaskan dalam peraturan pemerintah (PP) No. 29 tahun 1990, yaitu pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15 diuraikan bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum, baik ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran, maupun lulusannya. Kriteria yang melekat pada sistem pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984: 12-13) antara lain (1) orientasi pendidikan dan pelatihan; (2) justifikasi untuk eksistensi dan legitimasi; (3) fokus pada isi kurikulum; (4) kriteria keberhasilan pembelajaran; (5) kepekaan terhadap perkembangan masyarakat; dan (6) hubungan kerjasama dengan masyarakat. Nolker (1983), menyatakan bahwa dalam memilih substansi pelajaran, pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu, dan lapangan kerja.
Pemerintah terus mendorong lulusan SLTP untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan harapan mereka dapat menjadi lulusan yang terampil dan siap kerja. Lulusan yang terampil dan produktif sangat dibutuhkan di dunia industri yang saat ini menguasai sektor ekonomi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keunggulan industri di suatu negara ditentukan oleh kualitas tenaga terampil yang terlibat langsung dalam proses produksi. Beberapa alasan mengapa diperlukannya tenaga terampil sebagai penopang keunggulan industri adalah: (1) tenaga terampil adalah orang yang terlibat langsung dalam proses produksi barang maupun jasa; (2) tenaga terampil sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industri di suatu negara; (3) persaingan global berkembang semakin ketat dan tajam, tenaga terampil adalah faktor keunggulan menghadapi persaingan global; (4) kemajuan teknologi adalah faktor penting dalam meningkatkan keunggulan, faktor keunggulan ini tergantung pada tenaga terampil yang menguasai dan mengaplikasikannya; (5) orang yang memiliki keterampilan memiliki peluang tinggi untuk bekerja dan produktif, semakin banyak suatu negara mempunyai tenaga terampil dan produktif maka semakin kuat pembangunan ekonomi negara yang bersangkutan; dan (6) semakin banyak negara mempunyai tenaga tidak terampil, maka semakin banyak kemungkinan pengangguran yang akan menjadi beban ekonomi negara yang bersangkutan (Djojonegoro, 1998).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yakni melalui kemampuan untuk menghasilkan SDM atau tenaga kerja yang terampil dan produktif sesuai tuntutan era globalisasi.