Pengertian Rasa Percaya Diri dan Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri – Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri – Hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Padahal rasa percaya diri merupakan modal dasar keberhasilan di segala bidang (Rahayu, 2013:61). Orang yang dikatakan memiliki kepercayaan diri ialah orang yang merasa puas dengan dirinya hal ini dikaitkan dengan pendapat Gael dalam (Saebani dan Nurjaman, 2013:231). Adapun gambaran merasa puas terhadap dirinya adalah orang yang merasa mengetahui dan mengakui terhadap keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan bersosial.
Percaya diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun yang harus dikerjakan, sampai tujuan yang di inginkan tercapai. Tekad untuk melakukan sesuatu tersebut diikuti dengan rasa keyakinan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti halnya menurut Angelis dalam (Saebani dan Nurjaman, 2013:232), kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apa pun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai.
Sedangkan menurut Hakim dalam (Saebani dan Nurjaman, 2013:232), rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistis, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Sementara itu Setiawan, (2014:12), mengatakan bahwa: Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.
Sedangkan menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling dalam (Setiawan, 2014:12) mengatakan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang member keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negativ, kurang percaya pada kemampuannya karena itu sering menutup diri.
Secara khusus, Pearce dalam (Rahayu, 2013:63) mengemukakan bahwa kepercayaan diri berasal dari tindakan, kegiatan, dan usaha untuk bertindak bukannya menghindari keadaan dan bersifat pasif. Angelis dalam (Rahayu, 2013:63) juga berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan hal yang dengannya anak mampu menyalurkan segala sesuatu yang diketahui dan dikerjakannya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan suatu keyakinan diri yang lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada dirinya, mengetahui dan menyadari bahwa dirinya memiliki bakat, keterampilan atau keahlian sehingga orang tersebut akan bertindak sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Setiap insan memiliki rasa kepercayaan diri yang berbeda. Ada yang tinggi rasa kepercayaan dirinya, ada pula yang rendah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri tidak begitu saja melekat pada anak dan juga bukan merupakan bawaan lahir. Kepercayaan diri terbentuk karena proses belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkunganya. Secara harfiah kepercayaan diri tidak hanya dipengaruhi oleh kedua orang tua, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti masyarakat, guru, media, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu kepercayaan diri yang kuat sebenarnya muncul karena adanya beberapa aspek pada kehidupan invidu tersebut di mana anak memiliki kompetensi. Anak yakin, mampu, serta percaya diri berkat pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Kepercayaan diri dalam keluarga dapat ditumbuhkan dengan cara orang tua menghargai anak dengan segala bentuk keunikannya dan berusaha mendukung anak untuk mendapat berbagai kesempatan yang bisa meningkatkan harga dirinya.
Ciri Rasa Percaya Diri yang Tinggi
Lie dalam (Rahayu, 2013:68), mengemukakan tentang ciri-ciri perilaku yang mencerminkan kepercayaan diri tinggi, yaitu yakin kepada diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri, dan tidak memiliki rasa keberanian untuk bertindak.
Serupa dari pendapat diatas, Lauster dalam (Rahayu, 2013:69) memaparkan secara terperinci bahwa ciri-ciri dari kepercayaan diri yaitu tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, tidak membutuhkan dukungan orang lain secara berlebihan, bersikap optimis, dan gembira.
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Maslow dalam (Rahayu, 2013:69), mengemukakan bahwa kepercayaan diri memiliki kemerdekaan psikologis, yang berarti kebebasan mengarahkan pikiran dan mencurahkan tenaga berdasarkan pada kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal yang bersifat produktif, menyukai pengalaman baru, suka menghadapi tantangan, pekerjaan yang efektif, dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi merupakan anak yang yakin akan dirinya (optimis), berani mengambil keputusan untuk melangkah, menyukai pengalaman atau tantangan baru, bertanggung jawab, memiliki rasa toleransi (bekerja sama) dan senantiasa gembira.
Ciri Rasa Percaya Diri yang Rendah
Selain ada anak yang memiliki kepercayaan diri tinggi, ada juga sebagian anak yang memiliki kepercayaan diri rendah. Ciri anak yang rasa percaya dirinya rendah dapat terlihat dari setiap tingkah lakunya dalam menghadapi berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi baik dalam dirinya maupun lingkungannya.
Rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri. Orang yang menganggap diri terlalu rendah dikatakan rendah diri. Orang yang rendah diri menganggap diri sendiri tidak mempunyai kemampuan yang berarti. Seperti dikatakan oleh Alder dalam (Setiawan, 2014:20) bahwa, rasa rendah diri berarti perasaan kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial maupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.
Pearce dalam (Rahayu, 2013:71), juga mengemukakan bahwa, ciri-ciri rasa percaya diri yang rendah adalah antara lain: menghindari dari tugas yang dirasakan sulit, ragu-ragu sebelum melakukan tugas yang agak sulit, sering memperoleh kegagalan, mengharap kegagalan, sering meminta tolong, berfikir secara negatif dan bersikap pesimis, menjadi pendiam dan menarik diri, berulang kali bertanya meskipun jawabannya sudah jelas, berlaku sombong dan terlalu yakin.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki rasa percaya diri yang rendah merupakan lawan dari anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi yaitu anak tidak yakin akan kemampuan dirinya (pesimis), bersikap menutup diri dari lingkungannya, pendiam, ragu-ragu untuk mengambil keputusan untuk melangkah, tidak menyukai hal-hal baru, tergantung dengan orang lain, dan menghindari segala sesuatu akibat rasa ketidakyakinan dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kelemahan yang dimiliki oleh seseorang baik berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Orang yang merasa rendah diri dapat dilihat dari tingkah lakunya.
Tingkah laku orang yang rendah diri antara lain sebagai berikut:
Penyendiri
Selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan. Orang yang menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan yang berarti biasanya tidak mau bergaul dan menarik diri dari pergaulan. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiarto, (2013:12), bahwa ketidakmauan berusaha untuk bergaul itu masih diperkuat oleh rasa malu yang dijadikan alasan untuk menjauhi orang lain.
Peragu
Selalu ragu dalam bertindak dan tidak mempunyai kemampuan yang berarti akan selalu ragu-ragu dalam bertindak, hal ini akan merugikan diri sendiri.
Lemah dalam Persaingan
Tidak mau bersaing positif, seperti persaingan kepandaian, lomba mengarang dan balap sepeda dan seseorang tersebut mudah tersinggung dan pemarah.
Bersikap Kasar
Orang yang rendah diri akan sering berbicara lantang bahkan sampai bersikap kasar. Ini berasal dari keinginan untuk membuktikan pada dirinya dan orang lain bahwa dia juga mampu untuk melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
Menyalahkan Dunia
Orang yang merasa rendah diri akan selalu menyalahkan faktor eksternal, misalnya nasib sial, perusahaannya atau lingkungannya secara umum, setiap kali dia mengalami kegagalan yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Orang tersebut tidak mampu menerima bahwa kegagalannya mungkin terjadi karena kesalahannya sendiri. Karena itulah ia menuntut bahwa seluruh dunia harus bertanggung jawab atas penderitaan dan kegagalannya.
Mencela
Salah satu ciri paling umum dari orang yang menderita rasa rendah diri ini adalah sikap yang suka mencela. Sebagai contoh, dia mungkin tidak mampu untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar, dan jika temannya bisa melakukannya dengan baik, maka dia akan mengaitkan kesuksesan temannya itu dengan faktor luar, misalnya bantuan dari orang lain, atau keberuntungan. Cara ini digunakannya sebagai jalan untuk menolak kebenaran atau fakta bahwa sebenarnya orang lain memang ahli dibanding dirinya.
Tidak Sportif
Orang yang rendah diri menolak untuk berpartisipasi dalam semua jenis kompetisi, dimana kemampuan mereka akan diuji melawan orang lain. Meski jika mereka melakukannya, sikapnya yang suka mencela akan muncul.
Sangat Sensitif
Orang yang punya rasa rendah diri sangat sensitif terhadap pujian dan kritikan. Jika dipuji dia akan mempertanyakan ketulusan dari orang
yang memuji, dan jika dikritik, dia akan segera mempertahankan diri. Dia tidak bisa merespons humor ringan dengan baik.
Memancing Pujian
Orang yang rendah diri itu sangat suka memancing pujian dari orang lain. Akan tetapi, terkadang meski ingin sekali dipuji, ia mungkin tidak mau menerimanya dan percaya bahwa orang yang memuji tersebut hanyalah karena dipancing.
Takut Membuat Kesalahan
Orang yang rendah diri juga takut untuk mencoba sesuatu yang baru, karena jauh didalam hatinya ia sangat takut membuat kesalahan sehingga akan terus menerus teringat dengan kesalahannya (Setiawan, 2014:21-24).
Bentuk-bentuk Percaya Diri
Pada prinsipnya semua orang adalah baik, semua berhak mendapatkan penghidupan yang layak penuh dengan kebahagiaan. Tentu semua harus dijalankan dengan bekerja keras dan menanamkan kepercayaan diri. Mungkin bagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan diri, tentu akan sulit untuk melangkah dan mengambil keputusan.
Ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan “percaya diri”, yaitu:
Self-concept (konsep diri)
Bagaimana anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan? Bagaimana anda melihat potret diri anda secara keseluruhan? Bagaimana anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan?”
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.Konsep diri (self-concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyana dalam (Belajarpsikologi.com/2010/15/pengertian-konsep-diri/) bahwa, “Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian, atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya.
Konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa sebagai diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Self-Esteem (Harga Diri)
Sejauh mana anda punya perasaan positif terhadap diri anda? Sejauh mana anda punya sesuatu yang anda rasakan bernilai atau berharga dari diri anda? Sejauh mana anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga didalam diri anda?”
Stuart dan Sundeen dalam (Belajar-psikologi.com/2010/28/-pengertian-harga-diri/) mengatakan bahwa harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga dan kompeten.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga dan kompeten.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri, dimana harga diri (self-esteem) merupakan penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Sedangkan harga rendah diri adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Self Efficacy (Penilaian Diri)
Sejauh mana anda punya keyakinan atas kepribadian anda kapasitas yang anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauh mana anda meyakini kapasitas dibidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.”
Bandura dalam (Saharpratama.blogspot.com/2013/02/efikasi-diri-self-efficacy) mendefinisikan bahwa efikasi diri (self-afficacy) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Efikasi diri juga sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri (self-afficacy) merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang muncul dalam hidupnya.
Self-Confidence (Kepercayaan Diri)
Sejauh mana anda punya keyakinan terhadap penilaian anda atas kemampuan anda dan sejauh mana anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self efficacy.”
Miskell dalam (Rahayu, 2013:64) mendefinisikan bahwa kepercayaan diri (self-confidence) adalah penilaian yang relatif tentang diri sendiri, mengenai kemampuan bakat, kepemimpinan dan inisiatif, serta sifat-sifat lain dan kondisi yang mewarnai perasaan manusia.
Kepercayaan diri merupakan salah satu modal utama untuk dapat menjalani kehidupan dengan penuh optimisme. Kepercayaan diri (self-confience) juga merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kesuksesan hidup seseorang, karena kepercayaan diri yang mantap akan menimbulkan motivasi dan semangat yang tinggi pada jiwa seseorang (Rahayu, 2013:67).
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa self-confidence atau kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan diri sendiri dan sebuah kondisi dimana individu merasa optimis dalam memandang dan menghadapi sesuatu dalam hidupnya.
Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.
Jadi ada beberapa hal yang akan muncul apabila seseorang tidak memiliki rasa percaya diri menurut (Setiawan, 2014:13), diantaranya adalah:
- Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh.
- Tidak memiliki keputusan melangkah yang decisive (ngambang).
- Mudah frustasi atau give-up atau menyerah ketika menghadapi masalah atau kesulitan.
- Kurang termotivasi untuk maju, selalu bermalas-malasan atau setengah-setengah dalam setiap tindakan yang dilakukan.
- Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal) karena tidak adanya keyakinan bahwa apa yang dia lakukan itu akan berhasil.
- Canggung dalam menghadapi orang.
- Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan.
- Sering memiliki harapan yang tidak realistis dan suka mengawang-awang.
Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri yang bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan yang akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Pentingnya Percaya Diri
Sikap percaya diri dapat membuat seseorang menjadi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang ia merasa bisa, dan dapat membuatnya berprestasi dalam bidang yang ditekuni nya. Namun orang sering menyalah artikan sikap percaya diri yang berlebihan dengan sikap tinggi hati atau sombong. Mungkin kita perlu membedakan antara sikap percaya diri yang benar (authentic self-esteem) dan yang palsu (pseudo self-esteem) (Setiawan, 2014:17).
Orang yang bersikap seperti ini biasanya juga akan bersikap mau menang sendiri, tinggi hati, meremehkan orang lain, dan bahkan bersikap agresif. Ironisnya, orang yang mempunyai sikap seperti ini sebetulnya adalah orang yang tidak mempunyai sikap percaya diri, karena ia selalu mencari pertahanan dan pembenaran akan kehebatan dirinya.
Sedangkan sikap percaya diri yang benar adalah sikap yang tahu akan kemampuan dan kelemahannya, sehingga ia merasa nyaman dengan keadaan dirinya. Karena ia merasa nyaman dan menghargai dirinya, ia dapat menerima kritikkan dari orang lain, bisa mengakui keberhasilan orang lain, dan tidak perlu membangga-banggakan apa yang telah dilakukan atau apa yang dimilikinya. Bukan berarti ia tidak bangga, tetapi rasa kebanggaan ini akan diekspresikan seperlunya, atau tidak berlebihan. Orang yang mempunyai percaya diri yang benar biasanya adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengerjakan tugasnya, menghormati orang lain, mempunyai motivasi tinggi, dan toleran terhadap perbedaan.
Singkatnya, sikap percaya diri yang palsu atau tinggi hati (sombong) adalah justru refleksi dari sikap orang yang tidak percaya diri. Ia sebenarnya minder sehingga ia merasa harus mempertahankan dirinya, dan cenderung menganggap orang lain sebagai ancaman bagi dirinya.
Orang lain selalu dianggap sebagai saingan, sehingga ia tidak senang kalau ada orang lain yang berhasil, sehingga cenderung orang seperti ini akan sulit memuji dan menghargai prestasi orang lain. Biasanya pula, orang yang bersikap percaya diri palsu adalah orang yang mempunyai kelemahan pada dirinya sehingga ia merasa perlu untuk menutupi kelemahannya. Persis seperti sebuah pepatah yang dikemukakan oleh (Setiawan, 2014:18) yang berbunyi:
“Tong kosong berbunyi nyaring”. Oleh karena itu, sikap percaya diri yang benar adalah seperti ilmu padi: “semakin berisi semakin merunduk ke tanah”. Artinya ia akan rendah hati dan tidak perlu membanggakan apa yang dimilikinya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri menurut Rini dalam (www.e-jurnal.com/2014/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi–10.html?m=1). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Pengendalian diri
Pengendalian diri mutlak diperlukan bagi siapa saja untuk mengenali dirinya sendiri. Segala kelebihan maupun kekurangan setidaknya diketahui untuk dapat meningkatkan perkembangan pribadi.
Umpan balik
Umpan balik adalah sarana yang efektif untuk berinteraksi dengan diri sendiri maupun lingkungannya untuk memperoleh jati diri kita yang sebenarnya agar mempermudah sikap pribadi.
Upaya pembentukan sikap
Upaya pembentukan sikap adalah upaya untuk mengembangkan sisi positif dan mengatasi yang dimiliki sehingga mampu memupuk sikap-sikap positif.
Pengembangan diri
Pengembangan diri hendaknya sejalan dengan penyesuaian terhadap lingkungan sosial yang dapat membangkitkan rasa puas karena selain ia mampu mengembangkan diri, lingkungan pun bisa menerimanya dengan baik.
Kesuksesan
Kesuksesan yang diraih seseorang akan meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kemampuan yang cukup. Akan tetapi kesuksesan yang diraih dengan tingkat kesulitan yang lebih besar akan memupuk rasa percaya diri dari pada kesuksesan yang diraih dengan usaha yang sedikit.
Penampilan Fisik
Individu yang memiliki penampilan menarik merasakan sikap sosial yang menguntungkan dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri sehingga percaya diri.
Bakat
Rasa percaya diri akan meningkat dengan mantap jika seseorang memiliki bakat/keterampilan yang membuatnya dibutuhkan orang lain. Sedangkan Afifi, (2014:19) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab tidak percaya diri, di antaranya yaitu;
Tidak mempunyai wajah yang rupawan
Sebab pertama yang membuat tidak percaya diri adalah tidak mempunyai wajah yang rupawan. Sebab orang akan beranggapan bahwa setiap orang yang dikenal akan menghindari dirinya.
Menyandang cacat fisik
Cacat fisik juga menjadi penyebab tidak adanya rasa percaya diri. baik itu sejak lahir maupun sejak mengalami kecelakaan. Cacat fisik/tubuh ini tentu terlihat oleh orang lain, apabila tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi, maka itu dapat menyebabkan tidak percaya diri.
Tidak mempunyai status sosial yang bisa dihandalkan
Status sosial ini meliputi jabatan, pangkat, golongan, dan keningratan. Karena itu, jika tidak memiliki status sosial dari salah satu status sosial tersebut, maka seseorang akan tidak percaya diri dalam berhubungan orang lain, terutama dengan orang yang memiliki status sosial.
Berasal dari keluarga yang ekonominya rendah/pas-pasan
Rasa tidak percaya diri ini biasanya biasanya dialami ketika harus berada di lingkungan yang sama dengan orang-orang yang ekonominya tinggi/menengah keatas.
Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini berarti lingkungan sekolah, lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Ketika seseorang kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan, rasa percaya diri otomatis akan muncul dalam diri, sehingga seseorang akan terlihat pendiam dan tidak komunikatif.
Mudah berputus asa
Mudah berputus asa yang dimaksudkan disini yaitu mudah menyerah dalam melakukan usaha. Salah satu langkah untuk mengatasi perasaan mudah berputus asa dalam diri adalah dengan menumbuh semangat yang tinggi dan kesabaran dalam melakukan usaha.
Manfaat yang Didapat Dalam Diri
Hal ini adalah komponen emosional dalam kepribadian, dan faktor yang paling penting dalam menentukan bagaimana berfikir, merasa, dan bertingkah laku. Kemampuan dalam melihat kedalam diri sendiri menentukan banyak hal yang akan terjadi didalam kehidupan, istilah ini dikenal dengan selfesteem.
Dalam kalimat sederhana adalah seberapa besar kita menyukai diri sendiri. Semakin kita menyukai diri sendiri, semakin baik pula tindakan dalam bidang apapun yang ditekuni, dan berdasarkan hukum timbal balik, maka akan semakin menyukai diri sendiri dan tentu saja semakin bertambah rasa percaya diri.
Kemampuan untuk dapat melihat kedalam diri sendiri atau berkaca pada diri sendiri ini merupakan “inti reactor” kepribadian, dan ini adalah sumber energi yang menentukan tingkat kepercayaan diri dan antosiasme. Semakin kita menyukai diri sendiri, ini cenderung menentukan sasaran hidup yang lebih besar. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca dirinya sendiri boleh jadi sebagai orang yang nyaris tidak terbendung dalam bidangnya.
Tingkat self-esteem akan menentukan kualitas hubungan sosial dengan orang lain. Semakin menyukai dan menghargai diri sendiri maka cenderung semakin menyukai dan menghormati orang lain sehingga mereka akan merasa lebih nyaman (Setiawan, 2014:19-20).
Upaya Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Dalam upaya menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, sebagaimana dikemukakan oleh Setiawan, (2014:61) bahwa:
Seseorang harus bisa membangun motivasi diri semaksimal mungkin dalam hal berkarya, berjuang, belajar, dan lain sebagainya. Motivasi tinggi adalah modal untuk tetap berhasil apapun rintangan yang dihadapi, karena kegagalan seringkali berawal dari sebuah keragu-raguan. Maka dari itu mulailah segala sesuatu dengan keyakinan.
Setiawan, (2014:62) juga mengatakan bahwa: Memiliki motivasi yang kuat dalam diri atau pada seseorang, merupakan salah satu pendorong agar setiap orang bisa meraih cita-cita, rencana, tujuan hidup dan kehidupan. Tanpa itu, setiap orang akan mengalami penumpukan diri sehingga tetap ada pada kondisi semula, sementara di luar dirinya telah mengalami kemajuan. Tanpa motivasi, maka akan sulit menggapai cita-cita bahkan akan tertinggal jauh dari arus kemajuan di sekitarnya.
Hakim dalam (Rahayu, 2013:74) mengemukakan bahwa, kepribadian yang kuat terbentuk melalui proses bagaimana anak yang sesuai perkembangannya dapat memahami kelebihan atau kekurangan dirinya dan yakin akan kemampuan yang dimilikinya.
Pendidikan di sekolah juga merupakan lingkungan yang sangat berperan penting dalam menumbuhkembangkan kepercayaan diri anak. Hal ini dikemukakan oleh Pestalozzi dalam (Rahayu, 2013:75) bahwa pendidikan yang baik bagi anak adalah dengan menggunakan metode perpaduan antara pendidikan praktis dan nature (membimbing anak secara perlahan dan dengan usaha anak sendiri).
Guru sebagai pendidik juga berperan dalam membentuk dan menumbuhkan kepercayaan diri anak, yakni dengan memberikan sifat yang hangat dan ramah, karena guru juga berperan sebagai model bagi anak.Lindenfield dalam (Rahayu, 2013:76), mengemukakan beberapa faktor yang membangun kepercayaan diri anak, yakni cinta, rasa aman, model, peran, hubungan, kesehatan, sumber daya, upah dan hadiah.
Dari pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, orang tua, guru, dan lingkungan berperan penting dalam menumbuhkan dan membentuk rasa percaya diri. Serta jangan berhenti melatih kemampuan untuk membangun motivasi diri secara terus-menerus. Dengan cara ini, rasa percaya diri seseorang akan tertanam dengan baik dan akan selalu tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sekian postingan singkat tentang Pengertian Rasa Percaya Diri dan Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri semoga dapat bermanfaat bagi anda dan jika postingan ini dirasa penting bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.