Pengertian Model Pembelajaran Treffinger – Model treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Menurut Shoimin, model treffinger untuk mendorong belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tahap yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir yang lebih majemuk, siswa terlibat aktif dalam kegiatan membangun keterampilan pada dua tahap pertama untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tahap ketiga.22
Menurut Sunata model treffinger adalah suatu strategi pembelajaran yang dikembangkan dari model pembelajaran kreatif yang bersifat develop mental dan mengutamakan segi proses. Strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh treffinger yang berdasarkan kepada model belajar kreatifnya.23
Model treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkatan dalam mendorong belajar kreatif. Dalam pembelajaran ini, penyajian materi dilakukan melalui permainan, diskusi, bermain peran, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan siswa tidak semata-mata dituntut untuk belajar sesuatu materi dari suatu bahan ajar. Dampak dari hal tersebut di atas adalah memotivasi kreativitas siswa dan pada akhirnya siswa akan mendapatkan rasa senang, puas dan pengalaman terbaik dalam hidupya.
Model treffinger sebenarnya tidak berbeda jauh dengan model pembelajaran yang digagas oleh Osborn. treffinger ini juga dikenal dengan Creative Problem Solving. Keduanya sama-sama berupaya untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam menghadapi masalah, namun sintak yang diterapkan antara Osborn dan Treffinger sedikit berbeda satu sama lain. Singkatnya, model CPS treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja CPS yang dikembangakn oleh Osborn. Treffinger memodifikasi enam tahap Osborn menjadi tiga komponen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Idea, dan Preparing for Action.
Menurut Treffinger, digagasnya model CPS treffinger adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu cara agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan menghasilkan solusi yang tepat. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata.24
Menurut Sarson, karakteristik yang paling dominan dari pembelajaran treffinger ini adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk memecahakan permasalahan. Artinya, siswa diberi keleluasaan untuk berkreativitas menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki. Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditempuh oleh siswa ini tidak keluar dari permasalahan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran treffinger adalah model pembelajaran yang mengajak siswa berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk diimplementasikan secara nyata. Model ini lebih menekankan pada aspek kognitif dan afektif siswa dalam pembelajaran.
Langkah-langkah Model Treffinger
Treffinger menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Idea, dan Preparing for Action, yang kemudian dirinci ke dalam enam tahapan. Penjelasan mengenai model ini adalah sebagai berikut:25
Komponen I – Memahami Tantangan (Understanding Challenge)
- Menentukan tujuan: Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajarannya.
- Menggali data: Guru mendemonstrasikan/ menyajikan fenomena alam yang dapat mengundang keingintahuan siswa.
- Merumuskan masalah: Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan.
Komponen II – Membangkitkan Gagasan (Generating Idea)
Memunculkan gagasan: Guru memberi waktu dan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji.
Komponen III – Mempersiapkan Tindakan (Preparing for Action)
- Mengembangkan solusi: Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
- Membangun penerimaan: Guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa dan memberikan permasalahan yang baru namun yang lebih kompleks agar siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh.
Model Treffinger menurut Munandar, model Treffinger terdiri dari langkah-langkah berikut:26
Tahap I: basic tools
Basic tool atau teknik kreativitas meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Adapun kegiatan pembelajaran pada tahap I dalam penelitian ini, yaitu (1) guru memberikan suatu masalah terbuka dengan jawaban lebih dari satu penyelesaian, (2) guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan gagasan atau idenya sekaligus memberikan penilaian pada masing-masing kelompok.
Tahap II: pratice with process
Pratice with process, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang telah dipelajari pada tahap I dalam situasi praktis. Pada tahap II ini hanya merupakan satu tahap dalam proses gerak kearah belajar kreatif dan bukan merupakan tujuan akhir tersendiri. Kegiatan pembelajaran pada tahap II dalam penelitian ini, yaitu (1) guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan memberikan contoh analog, (2) guru meminta siswa membuat contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap III: working with real problems
Working with real problems, yaitu menerapkan keterampilan yang dipelajari pada dua tahap pertama terhadap tantangan pada dunia nyata. Di sini siswa menggunakan kemampuannya dengan cara-cara yang bermakna bagi kehidapnnya. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berpikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model treffinger lebih menekankan pada aspek kognitif dan afektif siswa dalam pembelajaran. Peneliti harus lebih optimal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model treffinger, sehingga meminimalisir terjadinya kekurangan-kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran.
Kelebihan dan Kekurangan Model Treffinger
Menurut Huda manfaat yang bisa diperoleh dari menerapkan model ini antara lain:27
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan.
- Membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
- Mengembangkan kemampuan berpikir siswa karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri.
- Mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan untuk memecahkan suatu permasalahan.
Menurut Huda, kelemahan dari menerapkan model treffinger antara lain:28
- Perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah
- Ketidaksiapan siswa untuk menghadapi masalah baru yang dijumpai di lapangan.
- Model ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak atau kelas-kelas awal sekolah dasar.
- Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap di atas.
Menurut Shoimin, kelemahan model treffinger yaitu butuh waktu yang lama. Namun model treffinger memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut:29
- Mengasumsikan bahwa kreativitas adalah proses dan hasil belajar
- Dilaksanakan kepada semua siswa dalam berbagai latar belakang dan tingkat kemampuan
- Mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif dalam pengembangannya
- Melibatkan secara bertahap kemampuan berpikir konvergen dan divergen dalam proses pemecahan masalah
- Memiliki tahapan pengembangan yang sistematik, dengan beragam metode dan teknik untuk setiap tahap yang dapat diterapkan secara fleksibel
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari model treffinger yaitu lebih menekankan aspek kognitif dan afektif siswa. Melalui model treffinger siswa diberi kesempatan untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan, siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, dikembangkannya kemampuan berpikir siswa dan kemampuan menyelesaikan permasalahan, serta siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam situasi baru. Kekurangan dari model treffinger yaitu memerlukan waktu yang lama, sehingga untuk meminimalisir kekurangan tersebut maka guru perlu memperhatikan perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah dan kesiapan siswa untuk menghadapi masalah dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka
22Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hal. 218-219
23 Ibid., hal. 219
24 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran Dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis Dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 318
26Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hal. 219-221
27 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran Dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis Dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 320
29Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hal. 221-222
30Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), hal. 203-204
31Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 117
Sekian dulu penjelasan singkat tentang Pengertian Model Pembelajaran Treffinger semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung