Pengertian Metode Pembelajaran Inisiasi Debat – Pengetian inisiasi berasal dari kata bahasa Latin, initium, yang berarti masuk atau permulaan, secara harfiah berarti masuk ke dalam. Sedangkan, di dalam bahasa Inggris, inisiasi berasal dari kata initiate, yang berarti memulai suatu kegiatan.
Pengertian debat menurut Tarigan (2008:92) adalah, “Debat merupakan suatu argument untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif”. Sedangkan Wiyanto (2003:4) juga menjelaskan, “Debat merupakan silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal melaui dialog formal yang terorganisasi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Abidin (2012:212) lebih memperkuat bahwa “debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara antar pribadi atau pihak. Kegiatan ini diadakan dengan tujuan mengemukakan bahwa gagasan atau konsep yang dikemukakan oleh satu pihak lebih baik, lebih benar, dan lebih tepat dibandingkan gagasan pihak lain”.
Pada dasarnya metode inisiasi debat, menurut Abidin (2014:206) adalah :
Metode pembelajaran berbicara yang menuntut siswa terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuanya berlogika dan kemahiranya bertutur santun ketika debat. Dalam praktiknya, metode ini sebaiknya melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung dan kelompok penyanggah.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode inisiasi debat adalah metode permulaan dalam debat yang dimulai dari tahap praberbicara, kemudian kegiatan berbicara hingga pascabicara dengan melibatkan dua kelompok peserta didik, yaitu kelompok peserta didik pendukung (pro) dan kelompok peserta didik penyanggah (contra) dalam memecahkan suatu masalah.
Alasan Implementasi Metode Inisiasi Debat
Semua metode pembelajaran belum tentu cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung. Semua metode pembelajaran memiliki kekhasan sendiri- sendiri dan relevan dengan tujuan pembelajran tertentu, tetapi tidak cocok untuk tujuan dan keadaan lain. Dengan kata lain, semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan.
Menurt Azzam (2008:72), mengatakan bahwa :
Artinya guru yang ingin peserta didiknya berlatih keterampilan berdebat tidak perlu menunggu untuk membentuk tim debat atau menghadiri turnamen. Mereka dapat segera mengintegrasikan unsur berdebat ke dalam kelas mereka membuat argument dan menyangkal argument. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatan bahwa penerapan metode inisiasi debat tidak perlu terlalu sulit. Inti dalam metode ini adalah peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya dan mempertahankannya sehingga dapat menyangkal yang tidak sesuai dengan pendapatnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Abidin (2013:212) mengatakan bahwa, “Debat membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian para hadirin. Metode ini lebih tepat dipakai untuk kelompok besar”.
Azzam (2008:72) juga mengatakan bahwa, “Debate can help bring that living truth back into the classroom, along with the exhilaration students experience when, in a social and they make those truths their own”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa debat dapat membantu menghidupkan suasana aktif dalam kelas dengan pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik dan mereka dapat menyampaikan hal yang dialaminya.
Implementasi metode inisiasi debat dalam membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik di kelas X pada materi ancaman terhadap negara Indonesia diharapkan dapat efektif dan efisien diterapkan dalam pembelajaran. Metode inisiasi debat dikatakan efektif karena termasuk aktivitas komunikatif yang paling mudah diselenggarakan. Metode ini tidak dibatasi oleh topik-topik tertentu, tetapi semua topik yang bermanfaat untuk dipikirkan dan dijadikan dasar bagi perbincangan yang dapat menjadi bahan aktivitas komunikatif. Melalui implementasi metode ini setiap peserta didik diharapkan dapat berbicara menyampaikan pendapatnya masing- masing menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Sedangkan, metode inisiasi debat dikatakan efisien karena proses pembelajaran tersebut di padukan dengan materi ancaman terhadap negara Indonesia sehingga karakter yang dikembangkan dalam pembelelajaran ini dapat membangun semangat kebangsaan peserta didik. Hal ini dapat dilihat dengan memasukan isu- isu yang provokatif dan kejadian- kejadian yang masih faktual ke dalam pembelajaran sehingga menciptakan suasana mental pada diri peserta didik yang berfokus pada sesuatu yang ingin mereka sampaikan.
Adanya dua kelompok yaitu kelompok pro dan contra menambah rasa berani peserta didik dalam menyampaikan pendapatnya. Karakter semangat kebangsaan yang dihasilkan bukan dari hasil debat melainkan dari proses saat debat berlangsung dengan memasukan tema debat yang berkaitan dengan materi yaitu ancaman terhadap negara Indonesia.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Inisiasi Debat
Metode Inisiasi Debat memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
- Kelebihan metode inisiasi debat sebagai berikut: memantapkan pemahaman konsep peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diberikan, melatih peserta didik untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan, melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat, suasana kelas menjadi lebih bersemangat, melatih sikap menghargai pendapat, melatih peserta didik dalam memecahkan masalah melalui diskusi, menstimulasi diskusi kelas, dan melatih peserta didik percaya diri dalam membujuk yang lain agar menyetujui atau mendukung pendapatnya.
- Kelemahan metode inisiasi debat sebagai berikut: peserta didik gagal memahami masalah, terjadinya perselisihan antara kelompok yang berdiskusi, dapat memicu kemarahan peserta didik, dan memerlukan waktu yang lama dalam penerapannya.
Tujuan Metode Inisiasi Debat
Setiap peserta debat berusaha mempengaruhi dan meyakinkan orang lain agar menerima usulannya. Diterimanya usul itulah yang menjadi tujuan umum debat. Selain tujuan umum, ada tujuan khusus berkaitan dengan jenis debat yang dilakukannya. Tujuan khusus itu antara lain seperti berikut: (1) terpilihnya menjadi pemimpin; (2) mengambil kebijaksanaan; (3) menentukan kegiatan; dan (4) mengelak dakwaan.
Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua debat berakhir dengan suatu kesimpulan. Sebab, ada debat yang mengutamakan pelaksanaan debatnya dari pada kesimpulannya. Debat yang demikian ini biasanya dilaksanakan di sekolah. Adapaun tujuannya sebagai berikut.
- Peserta didik dapat mengalahkan pendapat peserta didik lain yang menjadi lawan debatnya.
- Melatih kepekaan peserta didik dalam berolah pikir, terutama dalam mengemukakan usul dan mempertahankannya dengan berbagai argumentasi.
- Mempertajam keterampilan melihat kelemahan dan kekurangan suatu usul dengan disertai berbagai argumentasi pula.
- Meningkatakan ketajaman menganalisis suatu masalah bagi peserta debat.
Langkah- Langkah Metode Inisiasi Debat
Metode inisiasi debat pada dasarnya merupakan metode pembelajaran berbicara dengan mengandalkan kemampuan berlogika dan kemahirannya bertutur santun ketika debat. Dalam praktiknya metode ini sebaiknya melibatkan dua kelompok peserta didik yakni kelompok pendukung dan kelompok penyanggah.
Tahapan aktivitas pembelajaran metode inisiasi debat menurut Abidin (2014: 206) adalah sebagai berikut :
Tahap prabicara
- Guru menyajikan permasalahan yang bersifat problematik tentang ancaman terhadap negara Indonesia dengaan tema “alat pemersatu bangsa yang kian memudar”. Guru juga membagi peserta didik ke dalam dua kelompok yakni kelompok pro dan kelompok kontra untuk setiap masalah yang akan di perdebatkan.
- Peserta didik menyusun uraian tentang masalah yang disajikan guru sesuai dengan kedudukanya sebagai kelompok pro atau kontra. Sebaiknya peserta didik ditugaskan untuk berada dalam dua posisi tersebut sehingga mereka bukan hanya terampil dalam satu kondisi pro atau kontra.
Tahap berbicara
Pada tahap ini peserta didik mulai melakukan debat dengan panduan pelaksanaan debat yang telah disusun oleh guru. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada kelompok pro untuk menyajikan pandangannya dalam waktu 2 menit. Selanjutnya kelompok kontra diberikan waktu yang sama untuk menyajikan gagasanya. Setelah kedua kelompok menyajikan gagsan, kelompok pro dan kontra diberikan waktu satu menit untuk melakukan pembelaan, sanggahan, penguatan dan penjelasan tambahan atas apa yang di bahasnya.
Pola pertukaran peran ini bisa berlangsung dalam 5 kali penyampaian gagasan. Setelah selesai satu kelompok debat, guru menugaskan kelompok lain untuk melaksanakan kegiatan debat dengan panduan pelaksanaan yang sama. Jika waktu memungkinkan, dalam satu putaran debat, peran peserta didik dapat ditukar misalnya yang pro menjadi kontra dan sebaliknya.
Tahap pascabicara
- Diskusi konsep dan penampilan. Pada tahap ini peserta didik dan guru mendiskusikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan debat yang telah dilakukan peserta didik. Diskusi ini lebih bersifat pelurusan, penambahan, pengetahuan, dan penyempurnaan kegiatan debat yangtelah dilakukan .
- Tidak lanjut. Pada tahap ini peserta didik diberikan tugas untuk menentukan sendiri masalah, menentukan kelompok dan posisi, menyusun naskah, dan menampilkan kemampuanya berbicara di lain waktu dengan teknik kompetisi sehingga peserta didik akan bersungguh- sungguh mengerjakan tugas tindak lanjut ini.
Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Rineka Cipta.
Abidin, Y. (2013). Desain Sistem Pembelajaran, dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Rineka Cipta.
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran, dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Rineka Cipta.
Ahmadi, A. &Prastya, T. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Arifin & Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosada
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakterk. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmanai, Ma’Mur. & Jamal. (2012). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Yogyakarta: Buku Biru.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azzam, A, M. (2008). Class ! The World of Debate. Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD). Jakarta: Versi Bahasa Indonesia.
Barnawai & Arifin, M. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
BPPK ( Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum). (20120. Karakter. Jakarta: Kemendiknas.
Budimansyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.
Danial, E, & Warsiah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboraterium Pendidikan Kewarganegaraan.
Depdiknas. (2006). Mata Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas.
Fathurohman, P. & Sutikno, M, S. (2014). Strategi Belajar Mengajar, Strategi Perwujudan Pembelajaran Bermakna melalui Pemahaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: Rafika Aditama.
Ginting, A. (2008). Esensi Praktis dan Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia.
Gunawan, H. (2014). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta.
Iskandar, A. (2011). Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: Gudang Persada Press.
Kansil, C. S. T. (2011). Empat pilar Berbangsa dan bernegara. Jakarta: Rineka Cipta.
Kardiman, Y. dkk. (2014). Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. (2014). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Kemendikbud.
Kusuma, D. dkk. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lickona, T. (2012). Educating for Character. Jakarta: Versi Bahasa Indonesia oleh Bumi Aksara.
Moleong, L. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Muclich, M. (2011). Pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Na’im & Ngainun. (2012). Character Building, Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmudan Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Rohman, M. (2012). Kurikulum Berkarakter. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rosdy, R. (2003). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Samani, M. & Haryanto. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: Bumi Aksara.
Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bnadung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Suyanto. (2012). Pendidikan Karakter dalam Persfektif Teori dan Praktik . Yogyakarta: UNY Press.
Tarigan. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Usman, N. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Yogyakarta: Bintang Pustaka.
Wiyanto, A. (2003). Terampil Diskusi. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana.
Wuryan, S, & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civic). Bandung: Laboraterium Pendidikan Kewarganegaraan, UPI.
Yamin. (2007). Strategi Pelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gudang Persada Press.
Ernawati, N. (2013). Penanaman Karakter Nasionalisme pada Siswa. Diakses dari laman web tanggal 13 Maret 2016 dari: http://nurernawatii.blogspot.com/2013/12/penanaman-karakter- nasionalisme.html?m=1
Demikian ulasan singkat tentang Pengertian Metode Pembelajaran Inisiasi Debat semoga dapat menjadi referensi bagi anda dan jika ulasan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share ulasan berikut. terima kasih telah berkunjung