Pengertian dan Hakikat Berpidato – Berpidato adalah bentuk berbicara di muka umum, termasuk di dalamnya berceramah dan berkhotbah. Berpidato mengungkapkan pikiran yang dibentuk dengan kata-kata dan ditujuakan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Seni berpidato sering disebut dengan retorika, dalam bahasa Inggris Rhetorica yang berarti ilmu bicara. Rhetorica berarti keterampilan berbahasa secara efektif atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. Titik tolak retorika adalah berbicara, berbicara berarti mengungkapkan kata atau kalimat kepada seseorang/kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Retorika juga berarti kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknis. Menurut Socrates, yang juga seorang ahli filsafat memberi pengertian bahwa retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berpidato adalah seni berbicara di depan umum untuk mengemukakan pendapat, gagasan dan menyampaikan informasi dengan tujuan tertentu.
Sifat dan Tujuan Berpidato
Secara rinci Gorys Kraf membagi maksud dan tujuan pidato sebagai berikut:Tujuan Umum Realisasi Yang iinginkan Sifat dan Jenis Uraian Mendorong Membangkitkan emosi, inspirasi Persuasif Meyakinkan/ mengajak/membujuk/ mendesak (To persuade) Kesesuaian pendapat intelektual, keyakinan Persuasif Bertindak Tindakan/perbuatan tertentu dari pendengar, keyakinan Persuasf Memberitahukan Melaporkan (To Inform) Pengertian yang tepat mengenai sesuatu hal Instruktif Menyenangkan/Meng hibur/Menjamu (To Intertain) Minat dan kegembiraan Rekreatif
Dalam penelitian ini kemampuan berbicara yang diharapkan untuk dikuasai siswa adalah berpidato. Berpidato dalam pengertian disini adalah:
- Mampu menyusun garis besar kerangka pidato/ceramah/khotbah.
- Mampu berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas (Faktor kebahasaan dan non kebahasaan).
Metode Berpidato
Berpidato berdasarkan metode penyampaiannya dapat digolongkan dalam empat jenis , pidato dengan metode mendadak (impromtu), metode tanpa persiapan naskah lengkap (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode menghafal.
Metode Impromtu:
Terjadi bila seseorang tiba-tiba diminta untuk berbicara, khalayak tidak boleh menuntut uraian yang mantap dan berbobot dari pembicara.
Metode tanpa persiapan naskah lengkap (ekstemporan):
Pembicara masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang harus disampaikan. Pembicara yang mahir akan menggunakan banyak variasi dalam hal pemilihan kata sehingga tidak membosankan. Pembicara yang belum berpengalaman tidak akan menggunakan metode ini secara
maksimal, membuat pembicara loncat-loncatan ide, kering dan tidak menarik.
Metode membaca naskah:
Pembicara menyampaikan pidato dengan membacakan naskah yang telah ditulis, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Metode membaca naskah paling banyak digunakan bagi pembicara yang belum berpengalaman.
Metode menghafal:
Pembicara menghafalkan teks pidato yang telah disusun
Cara Memperoleh Kecakapan Berpidato
Beberapa hal yang harus dilakukan agar seseorang memiliki kecakapan berpidato adalah:
- Peminat sebaiknya membaca buku-buku teori pidato
- Senang memperhatikan pidato yang dilakukan orang yang sudah ahli.
- Bila ada kesempatan hendaknya memberanikan diri untuk mencoba.
- Peminat hendaknya menambah keterampilan berbahasa.
- Hendaknya selalu merasa belum puas dengan kemampuan berpidato yang telah dimiliki.
Struktur Berbicara di Muka Umum / Berpidato
Sebuah pidato/ ceramah/ khotbah memiliki tiga bagian utama, yaitu pendahuluan (pembukaan), isi ( pembahasan), dan penutup. Fungsi ketiga bagian itu adalah sebagai panduan agar penyampaian pikiran lebih sistematis (berurutan). Struktur yang perlu diperhatikan dalam berpidato/ berceramah/ berkhotbah:
Pendahuluan Sapaan:
Orang yang disapa Bentuk Sapaan
- Raja, Duta Besar, Presiden Yang Mulia
- Pejabat, orang yang dihormati Yang terhormat
- Orang yang lebih muda atau sebaya Yang tercinta
- Orang yang sebaya Rekan-rekan tercinta
Salam
- Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
- Salam sejahtera untuk kita semua
- Selamat pagi/siang/sore/malam
- Salam Olahraga
- Salam pramuka!
- Merdeka!
Ucapan Puji Syukur
Menyampaikan ucapan rasa syukur, masih diberi kesempatan untuk bertatap muka, diberi umur panjang, diberi kesehatan dan sebagainya.
Pembukaan
Dalam berpidato, berceramah , berkotnah atau berbicara di depan umum ada istilah yang disebut dengan pembukaan, atau yang disebut dengan istilah opening, ada sepuluh jurus jitu opening (Makalah Seminar.2008)
- Visual Impact (langsung tertarik), misal dengan permainan, sulap dan lain sebagainya dengan tujuan pidato menjadi lebih menarik
- Powerfull opening statement, misalnya dengan semangat, menanyakan khabar ( apa kabar segenap hadirin? Alhamdulillah luar biasa sehat )dan lain sebagainya dengan tujuan audien mengikuti pidato dengan semangat.
- Achalanging Question (pertanyaan tantangan, misal: siapa yang menginginkan pendidikan ini gratis?)
- Angkat tangan
- Audience participation (misal perkenalan kanan,kiri audien)
- Make a promise (buat janji, misal: keluar dari sini pasti anda bisa berbicara)
- Kata bijak (misal: bernyanyi, berpuisi dan sebagainya)
- Anekdot
- Empat hal kontradiktif (misal: 1. punya waktu /tidak banyak uang, 2.tidak punya waktu/banyak uang, 3.tidak punya waktu/tidak banyak uang, 4.punya waktu/banyak uang)
- Smile, silence deep breath.
Isi
Hendaknya isi pidato/ khotbah/ ceramah disampaikan dengan penalaran yang baik (logis) agar dipahami pendengar, dapat dengan menggunakan gaya bercerita (naratif) yaitu memberi informasi, gaya induktif ( sebab akibat),gaya deduktif, gaya analogi.
Penutup (Closing Statement)
Bagian akhir pidato/ ceramah/ khotbah disebut penutup atau kesimpulan, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
- Repreat the opening statement;
- kata bijak, pepatah, puisi, lagu;
- berikan pertanyaan yang menggugah;
- simpulkan poin intinya ;
- berdoa berkomitmen untuk melakukan sesuatu hal.
- tinggalkan audiens dengan gembira, tertawa, terharu, menangis, harapan.
- Jangan mengeluh, merasa kurang, tidak puas dihadapan audiens saat akan meninggalkan/mengakhiri pidato.
- Pancing aplause.
Ucapan terima Kasih
Ucapan terima kasih diutarakan sebagai penghargaan, karena orang telah bersedia mendengarkan apa yang kita sampaikan, juga ucapan maaf disampaikan untuk menghindari kemungkinan adanya ucapan yang menyinggung perasaan pendengar, dapat juga menggunakan pantun, contoh: atas perhatian rekan-rekan saya ucapkan terima kasih, saya mengucapkan terima ksih atas perhatian teman-teman dan mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, benang basah mohon dikeringkan, jarumnya disimpan di dalam peti kata yang salah mohon dimaafkan, jangan disimpan di dalam hati, biji selasih dapat dimakan, pohon dadap pelindung lahan, terima kasih saya ucapkan, mohon maaf jika ada kesalahan.
Salam
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh; selamat pagi/siang/sore/malam; salam sejahtera untuk kita semua; salam.
Mempersiapkan Naskah Pidato
Mempersiapkan naskah pidato adalah salah satu aspek penting yang harus dilakukan sebelum berpidato. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa berpidato di hadapan audiens (pemirsa/pendengar) dapat dilakukan dengan empat cara: membaca naskah, menghafal, spontanitas, dan menguraikan kerangka. Sebagai pembicara, bisa memilih salah satu teknik yang dikehendaki, yang disesuaikan dengan selera, kemampuan, tujuan, dan situasi yang akan dihadapi. Dale Carnagie ( dalam Carles Bonar Sirait), sebuah cara yang sederhana dan efektif untuk menata pidato. Metode yang paling baik dalam berpidato adalah dengan membagi pidato ke dalam tiga bagian , yakni pembukaan (mukodimah) yang efektif, isi yang terdiri dari tiga poin, dan penutup yang mengesankan.
Dengan pendekatan tiga langkah sederhana ini, audiens akan dapatdengan mudah mengikuti alur pikiran seorang pembicara. Penataan pidato seperti ini dapat menghindarkan seorang pembicara dari kesalahan.
Penilaian Berbasis Kelas
Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan.
Hakikat Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Depdiknas,2002:19) Penilaian menurut Grifin & Nix (Dalam Depdiknas,2005), adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu, interppretasi dan deskripsi pencapaian belajar siswa atau peserta didik.
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum. Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang janggal, jika terjadi adanya kegiatan pengajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian, tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil belajar siswa secara objektif. Burhan (Penilaian dalam Pengajaran Bahasa. 1998:4)
Istilah penilaian yang dipergunakan secara bergantian dengan istilah evaluasi (evaluation) dan sering disamakan dengan tes- menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, diperlukan suatu alat atau kegiatan yang disebut penilaian.
Penilaian sebagai suatu proses untuk mengukur pencapaian tujuan. sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.
Penilaian Berbasis kelas (Classroom-based assessment)
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informai dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar. Penilaian berbasis kelas dapat dilaksanakan di dalam dan atau di luar kelas seperti di laboratorium maupun di lapangan.
Penilaian berbasis kelas sebagai penilaian internal yang dilakukan oleh guru merupakan bagian integral dari penilaian eksternal yang dilakukan oleh pihak lain seperti ujian nasional. Penilaian eksternal diharapkan akan merujuk pada hasil penilaian internal. Objektivitas penilaian eksternal akan sangat bergantung kepada hasil penilaian internal.
Penilaian berbasis kelas menitikberatkan pada aspek perbaikan mutu pengajaran bagi guru dan pebelajar, hasil penilaian berbasis kelas akan sangat beragam dari satu penilai dengan penilai lain, sehingga setiap penilai dalam melakukan perbaikan mutu pembelajaran berbeda satu dengan yang lain, hal yang demikian bahwa perbaikan mutu pendidikan khususnya dapat dilakukan berbagai cara. Hasil akhir (berupa angka) bukan merupakan tujuan akhir. Apabila memandang mutu pendidikan hanya dari segi hasil (berupa angka misalnya), maka pendidikan akan berada pada tahapan membangun rumah di atas pasir. Sumarna (Rosda.2004:9)
Selanjutnya Masnur Muslich (2007:92), dalam praktiknya, penilaian berbasis kelas sangat beragam. Jenis dan model mana yang dipakai amat tergantung pada jenis kompetensi dan indikator hasil belajar yang ingin dicapai, tipe materi pembelajaran, dan tujuan penilaian itu sendiri.
Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, beberapa prinsip dasar yang harus dipergunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi, menurut Sumarna (2004:12-13) sebagai berikut:
- Motivasi, artinya usaha perencanaan terhadap perbaikan kegiatan proses belajar mengajar secara terus menerus, akan lebih memotivasi, hasil penilaian berbasis kelas akan objektif, tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
- Validitas, artinya hasil penilaian berbasis kelas harus menjamin tercapainya SKKD maupun indikator yang dituntut kurikulum. Kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan akan meningkatkan validitas.
- Adil, artinya penilaian berbasis kelas menekankan adanya perlakuan yang adil kepada semua peserta didik. Artinya, semua peserta didik harus mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi budaya dan jenis kelamin.
- Terbuka, artinya menekankan adanya keterbukaan, dimana semua pihak perlu mengenali kemampuan masing-masing, jenis penilaian,maupun format penilaian yang akan digunakan.
- Berkesinambungan, artinya penilaian berbasis kelas harus dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik untuk melihat kesinambungan pencapaian antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lain.
- Bermakna, artinya penilaian berbasis kelas akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi semua pihak dalam melihat perkembangan kemampuan peserta didik.
- Menyeluruh, artinya penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
- Edukatif, artinya penilaian berbasis kelas harus mampu memberi informasi tentang berbagai macam umpan balik tentang efektiviatas mengajar dan keberhasilan pencapaian peserta didik.
Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas
- Pendekatan pembelajaran: suatu cara yang dikembangkan tentang apa dan bagaimana guru mengajar dan peserta didik belajar. Guru merencanakan KBM secara maksimal agar transformasi nilai atau sikap, kemampuan, dan keterampilan serta nilai-nilai dapat diterima peserta didik secara maksimal.
- Pendekatan Penilaian: yaitu teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana kemampuan , keterampilan, dan nilai-nilai (sikap) pada diri individu dan atau kelompok peserta didik telah tercapai. Informasi hasil belajar peserta didik antara lain portofolio, kinerja,projek, produk, dan penilaian tertulis (paper and pencil).
Pengumpulan informasi dan bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa yang dilakukan dengan berbagai cara, baik dalam suasana formal (tes) maupun non formal (nontes) yang tetap berpegang teguh pada delapan prinsip dasar penilaian kelas, akan memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Dalam penelitian ini informasi, data, dan bukti-bukti pencapaian hasil Pembelajaran siswa yang akan dikumpulkan dan dinilai adalah keterampilan berbicara. Kompetensi Dasar yang ditentukan dalam penelitian “Berpidato” dengan indikator yang harus dicapai “Mampu berpidato berdasarkan kerangka pidato dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas.”
Dengan indikator tersebut hasil yang diharapkan dan harus dicapai siswa adalah mampu berpidato dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas.
Tujuan Penilaian
Secara umum penilaian bertujuan:
- Memberi umpan balik kepada guru dan siswa untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pertanyaan bagi siswa serta menempatkan siswa pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.
- Memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya dalam rangka memperbaiki atau mendalami dan memperluas pelajaran.
- Menetukan nilai hasil belajar siswa antara lain diperlukan untuk pemberian laporan kepada orang tua siswa, menentukan kenaikan kelas, dan kelulusan siswa.
Penilaian harus memperhatikan tiga ranah yang ingin dicapai, yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah psikomotorik, (3) ranah afektif. Ketiga ranah ini harus dikembangkan pada diri siswa, sehingga setelah lulus akan memiliki kemampuan dan berperilaku yang diharapkan (Depdiknas,2004:10).
Pembelajaran bahasa menitikberatkan pada pengembangan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu penilaian harus menitikberatkan pada penilaian terhadap keterampilan berbahasa siswa seperti berbicara yaitu berpidato.
Aspek-aspek yang harus dinilai dalam pembelajaran keterampilan berbicara /berpidato meliputi dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (1) pengucapan, (2) penggunaan nada, irama, (3) pilihan kata, (4) Variasi kata, (5) ragam bahasa. Sedangkan faktor non kebahasaan meliputi: (1) Kelancaran, (2) suara, (3) pandangan mata, (4) gerak gerik mimik, (5) Penguasaan topik.
Faktor Kebahasaan
Tabel Format bentuk penilaian berpidato
(Non Tes / digunakan untuk mengamati kemampuan berpidato)No Faktor Kebahasaan Jumlah siswa Baik Jumlah siswa Kurang baik 1 Pengucapan 2 Penggunaan nada, irama 3 Pilihan kata 4 Variasi kata 5 Ragam bahasa
Tabel Format bentuk penilaian berpidato Faktor Non Kebahasaan
(Non Tes / digunakan untuk mengamati kemampuan berpidato)No Faktor Non Kebahasaan Jumlah siswa Baik Jumlah siswa Kurang 1 Kelancaran 2 Volume Suara 3 Pandangan Mata 4 Gerak-gerik mimik 5 Penguasaan topik
Penilaian Berbasis Portofolio
Penilaian berbasis portofolio merupakan salah satu prosedur penilaianberbasis kelas. Salah satu prinsip dalam penilaian berbasis kelas adalah penilaian harus dilakukan secara komperhensif, adil, berkesinambungan. Salah satu prosedur yang memenuhi kriteria itu adalah penilaian berbasis portofolio (Sumarna,2007:3)
Lebih lanjut Sumarna, (2007: 5) menjelaskan penilaian portofolio merupakan salah satu jenis penilaian yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas dan memiliki makna optimal dalam melihat ketercapaian kompetensi belajar peserta didik.
Barton & Collins (1997) dalam (Sumarna,2007: 25), semua objek portofolio atau evidence dibedakan menjadi empat macam yaitu:
- Hasil karya peserta didik (Artifacts), yaitu hasil kerja peserta didik yang dihasilkan di kelas.
- Reproduksi (reproduction) yaitu hasil kerja peserta didik yang dikerjakan di luar kelas.
- Pengesahan (attestations) yaitu pernyataan dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pihak lainnya tentang peserta didik
- Produksi (productions) yaitu hasil kerja peserta didik yang dipersiapkan khusus untuk portofolio
Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Portofolio
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam portofolio di sekolah (Sumarna,2007: ) antara lain: (1) saling percaya antara guru dan peserta didk, (2) kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik, (3) milik bersama antara guru dan peserta didik, (4) kepuasan memberi dorongan kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan diri, (5) kesesuaian, hasil kerja sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum, (6) penilaian menerapkan prinsip proses dan hasil, 7) penilaian portofolio tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Hubungan dengan penilaian ini adalah untuk mengetahui dengan penilaian ini adalah untuk mengetahuikembangan atau peningkatan kemampuan berbicara siswa penilaian yang paling tepat adalah penilaian portofolio. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan siswa dalam periode tertentu. Dengan demikian guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan melakukan perbaikan
Penilaian portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa hal dibandingkan dengan tes, terutama lebih objektif, dilihat dari hasil kerja siswa yang sesungguhnya, lebih terbuka karena siswa ikut menilai pekerjaannya. Portofolio merupakan kumpulan dokumen yang di dalamnya termasuk hasil tes, sehingga portofolio tidak bisa berdiri sendiri tanpa tes.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Prof.Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Asdi Mahasatya
Aziez MPd., Furqanul.Drs. Dr.A Chaedar Alwasilah, MA.1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Badudu, JS. 2002. Pintar berbahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Bonar Sirait, Charles.2007. The Power Of Publik Speaking. PT. Gramedia
Johnson, Elaine, PH.D. Pengantar Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah. 2002.
Contextual Teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc
Depdiknas. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: BNSP Pustaka Utama
Depdiknas, 2005. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dharma Bakti
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarta: Dharma Bhakti
Depdiknas. 2002. CTL Pendekatan Cotextual Teaching and Learning. Jakarta Depdiknas.2007. KTSP. Jakarta: BP Dharma Bhakti.
Dipodjojo. Asdi.S. Drs. 1982. Komunikasi Lisan. Jogjakarta : PD Lukman
Guntur Tarigan, Henry. DR. 1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Angkasa
Hopkins, David. 1993. Ateacher Guide To Classroom Research. Buckingham- Philadelphia : Open University Press
King, Larry. 2007. Seni Berbicara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Lyons, John. 1997. Semantics. London-New York-Melbourne: Cambridge University Press Cambridge.
Martian, Ryan. 2008. Makalah Seminar How To Instanly Speak With Confident. Purwokerto: Kayyisu
Medsker, Karen L and Kristina M Holdsworth.2001. Models and Strategies for Training design.
Mujiman, Haris. 2007. Belajar Mandiri. Surakarta: Seri Buku Teks
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara
Mulyasa, E,MPd.Dr. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Rosdakarya: Bandung. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa Sastra. Yogyakarta : BPFE
Parera, JD. 2004. Teori Semantik.. Jakarta: Erlangga
Silberman, Mel. 1999. Active Learning. Tokyo: Allyn and Bacon
Suparno, Paul DR. Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan 1996. Boston : Kanisius
Subyantoro, dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi. 2004. Jakarta:
Surapranata, Sumarna.Dr. Dr. Muhammad Hatta. 2007. Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004 Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sunarto. 2007.“Meningkatkan Kemampuan dan Minat Menulis Cerita dengan Pendekatan Kontekstual”. Tesis S-2. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS. Surakarta: PPs UNS
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sekian dulu pembahasan singkat tentang Pengertian dan Hakikat Berpidato semoga postingan ini dapat menjadi referensi bagi anda, jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.