Scroll untuk baca artikel
PembelajaranPendidikanPerkuliahanTips

Pengertian dan Cara Menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

×

Pengertian dan Cara Menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Sebarkan artikel ini

Pengertian dan Cara Menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) – Dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor itu sangat mempengaruhi perkembangan proses belajar siswa tiap individu. Sehingga sangat menentukan kualitas nilai belajar anak dalam meraih prestasi.

Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Scroll untuk melihat konten
Faktor Fisiologis

Faktor ini berhubungan dengan kondisi fisik individu,dan faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan ini umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak, apabila kondisi fisik sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif dalam kegiatan belajar anak dan sebaliknya. Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama dalam proses belajar berlangsung, peran daripada fungsi fisiologis sangat memengaruhi hasil belajar terutama panca indra.

Faktor Psikologis

Faktor ini berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Terdapat beberapa faktor psikologis yang utama adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.

Kecerdasan (intelegensia) siswa

Kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor sangat penting dalam proses belajar siswa dan menentukan kualitas belajar siswa.

Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah dan menjaga perilaku. Motivasi dibagi menjadi dua. Pertama motivasi intrinsik, merupakan faktor yang berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Kedua motivasi ekstrinsik, merupakan faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.

Minat

Berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang , peristiwa, dan lain-lain, baik secara positif maupun negatif.

Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor eksternal dibagi menjadi menjadi 2, yaitu:

Lingkungan Sosial

Lingkungan yang terdiri dari: lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga.

  1. Lingkungan sosial sekolah, seperti: guru, administrasi, dan teman-teman sekelas. Disamping dapat mempengaruhi prose belajar siswa, hubungan yang harmonis ketiganya juga dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk meningkatkan belajar yang lebih baik di sekolah.
  2. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat terutama tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
  3. Lingkungan sosial keluarga, hubungan antar anggota keluarga yang terdiri dari orang tua, anak, kakak, adik yang hubungannya harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan sebaik mungkin.
Lingkungan Nonsosial
  1. Lingkungan yang terdiri dari: lingkungan alamiah, faktor instrumental dan materi pelajaran.
  2. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar dan suasana yang sejuk serta ketenangan dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
  3. Faktor instrumental, perangkat belajar yang terdiri dari hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain-lain. Serta software seperti kurikulum sekolah, peraturan sekolah, buku panduan dan silabi.
  4. Faktor materi pelajaran, apa yang di ajarkan ke siswa hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

Faktor Internal Pembelajaran Mempengaruhi GLS, Minat baca siswa perlu ditumbuhkan agar mereka mencintai pengetahuan. Kemampuan membaca siswa perlu ditingkatkan bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan siswa Indonesia yang terpuruk pada peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes Programme of International Student Assessment (PISA); tapi juga untuk menjadikan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Meningkatkan kemampuan literasi siswa menjadi cara yang efektif untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional. Salah satu faktor yang melibatkan GLS adalah dukungan publik. Pelibatan publik dalam gerakan literasi sekolah perlu menjadi bagian penting dari visi dan misi sekolah. Pelibatan publik dapat dilakukan melalui antara lain; program-program keayahbundaan (parenting), menyinergikan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, memperkuat komunikasi dan jejaring sekolah dengan pihak eksternal, menggalakkan program relawan, melibatkan elemen masyarakat dalam perencanaan kegiatan-kegiatan literasi sekolah, serta meningkatkan kolaborasi antarsekolah, alumni sekolah, dan komunitas pegiat literasi.

Program keayahbundaan bertujuan meningkatkan kapasitas orangtua sebagai figur teladan literasi. Rumah perlu menjadi lingkungan yang literat dengan figur orangtua dan anggota keluarga yang suka membacakan cerita, bercerita, membaca, berdiskusi dengan anak, dan mendengarkan pendapat mereka. Selain itu, kebijakan pelibatan keluarga dalam sekolah anak perlu mendapatkan dukungan melalui kebijakan-kebijakan yang ramah keluarga.

Dalam hal ini pengaruh internal pembelajaran sangat mempengaruhi perkembangan GLS. Telah dijalaskan mengenai faktor internal berupa faktor fisiologis dan psikologis. Maka seorang siswa yang terhambat keadaan psikologis serta fisiologisnya akan terhambat pula proses literasi dalam pembelajarannya. Karena pembelajaran sangat mempengaruhi gerakan literasi seorang siswa.

Tahapan GSL (Gerakan Literasi Sekolah)

Ada beberapa tahapan yang bisa dilaksanakan oleh sekolah yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam proses peningkatan gerakan literasi sekolah berupa tahapan pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Tahapan ini efektif untuk peningkatan GLS, apalagi jika dilaksanakan secara berkesinambungan dan istiqomah oleh seluruh pelaku pembelajar, peserta didik, guru dan sudah tentu Kepala Sekolah sebagai pimpinan dan pemangku kebijakan.

Dalam Gerakan Literasi Sekolah, 3 tahapan yang bisa diimplementasikan yang terdapat pada buku panduan Gerakan Literasi Sekolah, diantaranya adalah:

  1. Tahapan pembiasaan, pada tahapan pembiasaan yang bertujuan menumbuhkan rasa cinta membaca di kalangan peserta didik, yaitu melakukan pembiasaan membaca selam 15 menit sebelum pembelajaran secara konsisten. Walau prinsipnya tidak ada tagihan secara akademik, tetapi sekolah menyiapkan jurnal siswa atau berupa reading Log untuk diisi secara jujur dan berkelanjutan dalam setiap membaca buku, dan menyuburkan pohon Gerakan Litersi Sekolah (pohon GeuLiS) dengan daun-daun yang telah ditulisi nama, judul buku dan pengarang. Sudah terbukti di beberapa sekolah hal pembiasaan ini sudah bisa tertanam di keseharian peserta didik. Dan jika terus berlanjut akan berdampak positif untuk peserta didik tersebut.
  2. Tahapan Pengembangan pada tahapan pengembangan yang bertujuan pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi secara digital dan non digital, Dalam tahap ini, peserta didik sudah bisa kita tantang selain membaca juga sudah terbiasa membuat reviu buku yang telah dibacanya. Terlebih setelah ada berbagai chalenge diluncurkan dari berbagai lembaga terkait, akan membuat peserta didik antusias dan semakin semangat. Di lingkungan sekolah sendiripun kepala sekolah dalam hal ini sebagai Leader bisa membuat/tantangan untuk para peserta didik, dengan penghargaan yang bisa membuat semangat peserta didik di lingkungan sekolah dalam hal literasi semakin semangat dan meningkat. Dan dengan adanya tantangan ini betul-betul bisa memberikan efek percepatan (akselerasi) dalam Gerakan Literasi Sekolah.
  3. Tahap Pembelajaran, dalam tahap pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran dengan menggunakan bahan pengayaan baik secaa digital atau non digital. Sekolah dan guru sebagai fasilitator harus bisa menerapkan pemanfaatan berbagai strategi literasi dalam pembelajaran, sehingga literasi yang sebagai ‘basic tool pembelajaran’ benar-benar melekat dan tidak bisa terpisahkan. Selain itu karena prinsipnya pada tahap ini juga ada tagihan akademik, literasi dalam tahap pembelajaran ini sudah dipergunakan dan sangat cocok dengan Kurikulum 2013.
Faktor Pendukung GSL

Keberhasilan Literasi di tak lepas dari beberapa pihak dan Wadah diantarannya:

  1. Man Power
  2. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah sebagai pemimpin tertinggi di lingkungan Sekolah merupakan sosok yang sangat berperan dalam kemajuan Literasi di sekolah. Karena Gerakan ini memerlukan berbagai kebijakan dan arahan yang sangat dibutuhkan dan menentukan kemajuan gerakan ini. Kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan harus bisa membuat gebrakan dan berkomitmen untuk menggalakkan Literasi Sekolah yang berorientasi pada kemajuan anak bangsa lewat kebijakannya, sehingga peningkatan gerakan literasi lewat tahapan-tahapannya bisa terlaksana dengan baik dan berkesinambungan.

Guru sebagai garda depan dalam memberikan bimbingan dan motivasi untuk peserta didik dalam literasi, guru-guru di sekolah harus konsisten tanpa henti dalam kegiatannya berliterasi baik dalam tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Dan tidak lupa semua gurupun membaca dan beberapa membuat review bukunya, sehingga bisa dijadikan teladan oleh peserta didiknya.

Dengan dilaksanakan pelatihan Literasi oleh lembaga dan dinas yang terkait bisa menambah ilmu para guru untuk mengembangkan literasi di sekolahnya masing-masing. Begitupun dengan wadah-wadah literasi yang bisa menampung berbagai ide dan aspirasi yang beranggotakan para guru dapat lebih meningkatkan Literasi khususnya di kota Bandung itu sendiri. Pelatihan-pelatihan dan wadah tersebut dapat membuat semangat para guru sebagai perintis literasi dalam menuju ketercapaian literasi yang lebih masiv dan terarah semakin kentara.

Perpustakaan merupakan ‘Jantung Sekolah’ itu merupakan slogan yang sering kita dengar, untuk itu pengembangan Perpustakaan di lingkungan sekolah harus betul-betul diperhatikan. Dan hal ini sangat membutuhkan dana dan terutama dukungan dari Kepala Sekolah sebagai pimpinan dan pemangku kebijakan.

Salah satu contoh perpustakaan yang berbasis sekolah negeri tapi sudah disentuh secara maksimal baik dalam hal pelayanan dan sarana yaitu perpustakaan SDN Margahayu Raya Blok I, merupakan perpustakaan SD Negeri pertama yang sudah on line dan berbasis Website, sehingga memudahkan dalam hal pelayanan dan sirkulasi untuk semua peserta didik dan komunitas sekolah dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan perpustakaan.

Kegiatan yang bisa menstimulasi dalam peningkatan literasi di sekolah diantaranya :

Keikutsertaan dalam tantangan yang dilakukan oleh para pemimpin, diantaranya kepala sekolah, camat, walikota, bahkan gubernur seperti West Java Leaders Reading Challenge (WJLRC) ataupun kegiatan lomba duta baca kota Bandung.

Tantangan di sekolah untuk jumlah pengunjung perpustakaan terbanyak atau jumlah reviu buku terbanyak dengan reward berupa pin dan berbagai penghargaan lain bisa memotivasi peserta didik untuk berliterasi. Melaksanakan kegiatan Readathon secara berkala, yaitu membaca senyap secara bersama-sama semua komunitas sekolah tanpa kecuali selama 42 menit. Kita agendakan setiap 2 bulan sekali.

Dan memberi pengaruh positif dalam mengembangkan budaya baca di lingkungan sekolah. Mengunjungi perpustakaan besar secara berkala. Ajaklah peserta didik untuk field trip ke perpustakaan, dengan biaya minim tanpa tiket masuk tetapi peserta didik bisa berekspolasi membaca buku dan menambah pengalaman.


Demikian sekilas pembahasan tentang Pengertian dan Cara Menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) semoga dapat menjadi referensi bagi anda, dan jika pembahasan ini dirasa bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan postingan ini di media sosial anda. Terima kasih telah berkunjung.

Respon (2)

  1. Pengertian LITERASI dan cara menumbuhkan GLS , sangat bermanfaat , Khususnya kami sbg Pengawas SD ,lebih jelas lagi memahaminya . Hatur nuhun .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.