Hasil belajar merupakan suatu kombinasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar menunjukan suatu perubahan tingkah laku dalam diriseorang siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah “kemampuan-kemapuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.’’ Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar.
Dalam proses belajar terdapat kegiatan belajar yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan imformasi-imformasi yang diterima sehingga timbul pemahaman dan penguasaan terhadap mental yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses pembelajaran maka siswa telah mengalami suatu perubahan dari yang semula tidak diketahui, perubahan inilah yang disebut hasil belajar.
Nawawi dalam Darmadi (2005: 24) menyebutkan bahwa “Kesiapan belajar menyangkut hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor, yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Masidjo (2007: 13) mengatakan bahwa “Sebelum seorang guru menilai hasil belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran, ia harus mengukur hasil belajar siswa dalam penguasaan mata pelajaran tersebut. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dari suatu mata pelajaran dilakukan melalui ulangan, ujian, tugas dan sebagainya”.
Bertolak dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebagai bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar. Bukti belajar tersebut dapat diperoleh bilamana siswa telah mengikuti ujian atau tes tertentu.
Menurut Asep dan Haris (2000: 16) hasil belajar dikelompokan kedalam tiga katagori dominan, yaitu:
- Kognitif
Yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
- Afektif
Dalam hal ini berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, penghargaan, organisasi dan internal
- Psikomotorik
Yaitu berhubungan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari lima aspek yaitu gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan intervatif.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar yang menggunakan alat pengukuran yang dikelompokan kedalam tiga katagori dominan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian dalam penelitian ini hasil yang hendak diukur adalah ranah kognitif siswa yang terbagi dalam enam tingkatan yaitu:
- Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan menuntut siswa untuk mampu mengingat informasi yang pernah dipelajari dan diterima sebelumnya serta diingat kembali.
- Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman berhubungan dengan kemampuan dalam menjelaskan pengetahuan, menterjemahkan dan menyebutkan informasi mata pelajaran yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri.
- Penerapan (Aplication)
Merupakan kemampuan dalam menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru serta memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
- Analisis (Analysis)
Merupakan kemampuan dalam mengidentifikasi, memisahkan, membedakan, serta memilah dalam bagian atau komponen-komponen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa, atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi atau menyelesaikan sesuatu yang kompleks kebagian yang lebih sederhana sehingga strukturnya mudah difahami.
- Sintesis (Synthesis)
Sintesis dapat di artikan sebagai kemampuan seseorang dalam meletakan, mengaitkan dan menyatukan, berbagai elemen atau unsur pengetahuan dalam bentuk pola yang menyeluruh.
- Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
- Belajar
Menurut Cronbach, dalam Abror (1993: 66) ‘’Learning is shown by a change in behavior as a result of experience’’. Jadi menurut Cronbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Maksudnya bahwa setiap kita belajar itu tidak bisa diwakilkan ataupun ataupun tidak terlibat, disetiap kegiatan pembelajaran hendaknya kita terlibat baik mengemukakan pendapat atau pun dalam hal memecahkan masalah dalam proses belajar, dan tentunya jika kita ikut berpartisipasi dalam pembelajaran kita mengaktifkan semua panca indra untuk mengikuti dan memahami materi pembelajaran.
Menurut Berelson dan Stainer, dalam Abror (1993: 66) mengemukakan: ‘’Learning: Change in behavior result from previous behavior in similar situation’’. Belajar dalam pengertian yang lebih luas mengacu kepada akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pengalaman, baik secara langsung mapun secara simbolik, terhadap tingkahlaku berikutnya.
Belajar merupakan suatu proses pembentukan diri siswa yang belajar untuk menjadi bisa dari yang tidak bisa, menjadi terbiasa dari yang tidak biasa, demikian juga halnya dengan tingkahlaku. Tingkahlaku akan mengalami perubahan seiring proses pembelajaran berlangsung karena melalui belajar tingkah laku terbentuk dan menjadi biasa.
Menurut Hilgard, dalam Abror (1993: 66) menyatakan: ‘’Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by faktor not attributable to training.’’ Yaitu, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Menurut Kimbel dan Gelmazy, dalam Abror (1993: 67) ‘’Learning is relatively permanen change in behavioral tendency is the result of reinforced practice.’’ Lebih lanjut dijelaskan oleh kimble dan garmazy bahwa praktek yang diperkuat (reinforced practice) merupakan sebab belajar, jadi belajar benar-benar terjadi antara sebab dan akibat (hasil): kecendrungan tingkah laku (behavioral tendency) dimaksudkan untuk menunjukan perbedaan antara belajar dan perbuatan (performance). Jadi seorang dikatakan telah belajarjika kemudian ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya.
Dari beberapa pengertian belajar seperti tersebut di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti, tingkah laku, kapasitas) yang relatif tetap
- Bahwa perubahan itu pada pokoknya, membedakan antara keadaan sebelum individu berada salam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar
- Perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha dan praktek yang disengaja dan diperkuat.
2. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Agus Supriyono, dalam bukunya cooperative learning, teori dan aplikasi paikem, (2011: 4) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:
- Prinsip belajar adalah perubahan prilaku. Perubahan prilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari
- Kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya
- Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
- Positif atau berakumulasi
- Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
- Permanen atau tetap
- Bertujuan dan terarah
- Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
- Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organic. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
- Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari intereaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sagala (2005: 53) mengatakan bahwa setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain :
- Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya
- Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individu
- Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar
- Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral
- Belajar adalah proses interaksi
- Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
Walgito dalam Darmadi (2005: 24) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan/hasil belajar siswa adalah: “faktor anak atau individu yang belajar, faktor lingkungan tempat tinggal anak dan faktor bahan atau materi yang dipelajari”. Faktor individu anak yang belajar dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis.
- Faktor Fisik
Faktor fisik anak yang belajar berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Seorang siswa yang sehat fisiknya akan dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dibandingkan dengan seorang siswa yang tidak sehat fisiknya.
- Faktor Psikis
Faktor psikis berhubungan dengan rohaniah dan kejiwaan. Faktor psikis berkaitan dengan motif, perhatian intelegensinya, daya ingat, rasa aman dan sebagainya. Kendatipun seorang siswa memiliki fisik yang kuat tetapi psikisnya lemah, maka cenderung seorang siswa sulit mencapai prestasi yang baik.
- Faktor Lingkungan Tempat Tinggal
Di samping faktor individual yang belajar meliputi faktor fisik dan psikis, masalah tempat tinggal/lingkungan juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Tempat tinggal yang nyaman dan aman akan sangat mendukung kegairahan belajar. Kegairahan belajar yang berlangsung terus-menerus akan berpengaruh positif terhadap kondisi kesiapan belajar seseorang, termasuk faktor fisik dan psikis yang pada akhirnya akan menciptakan kesiapan belajar yang mantap dan hasil belajar yang gemilang.
- Faktor Bahan atau Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang terlampau sukar akan membuat siswa malas belajar dan malas berusaha. Jika kondisi demikian berlangsung terus-menerus akan berakibat fatal, tidak saja merugikan dirinya sendiri tetapi juga sekolah dan target pencapaian hasil belajar. Sedangkan materi pelajaran yang terlampau mudah akan mengundang siswa menanggap gampang, malas belajar dan berinisiatif. Oleh sebab itu, seorang guru dituntut mampu memantau situasi dan kondisi belajar siswa, baik dalam evaluasi belajar harian maupun evaluasi belajar formatif dan sumatif.
Demikian artikel tentang Pengertian Belajar, Prinsip Belajar dan Hasil Belajar semoga dapat dijadikan referensi bagi anda, dan jika artikel ini dirasa bermanfaat bagi anda, silahkan share artikel ini. Terima kasih