Scroll untuk baca artikel
BeritaBerita TerbaruMedia PembelajaranMetode PembelajaranMetodologi PenelitianModel PembelajaranPembelajaranPendekatan PembelajaranPendidikanPendidikan KejuruanPenelitianPerkuliahanStrategi Pembelajaran

Modul Hybrid Lerning

×

Modul Hybrid Lerning

Sebarkan artikel ini

Modul Hybrid Lerning – Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan merupakan satu kesatuan program yang dirancang dapat melaksanakan dan mengukur tujuan. Modul dalam ranah pendidikan khususnya proses pembelajaran merupakan salah satu jenis bahan ajar yang diperlukan untuk mengajar.

Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya “Teknik Belajar Dengan Modul” (2002:5) menjelaskan bahwa modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk “self-instruction”, yang berarti bahan belajar yang disusun dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan terbatas dari guru atau orang lain. Modul dalam konteks pembelajaran khususnya pada bidang formal masih perlu bantuan guru walau porsinya tidak banyak. Guru tersebut berguna sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Scroll untuk melihat konten

Modul merupakan suatu paket bahan pembelajaran yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran, bahan bacaan atau materi pelajaran, dan alat-alat evaluasi pembelajaran (Vembriarto,1975:22). Modul yang digunakan dalam pembelajaran merupakan usaha penyelenggaraan pengajaran yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pengajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya secara mandiri dengan porsinya masing-masing. Modul membentuk pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam pengindraan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar itu. Siswa diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatannya masing-masing. Modul juga dapat merangkum adanya perbedaan-perbedaan individual.

Penjelasan yang lebuh baru dari Sukiman (2011: 131) yang menyatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang  dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya.  Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, siswa yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-bagian yang belum dipahami sampai paham.

Pendapat Sukiman tentang modul tersebut tepat menjadi alasan kenapa modul diperlukan, walau sudah adanya bimbingan oleh guru, yaitu modul dapat beguna merespon tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam memahami materi, siswa yang tertinggal dalam penyampaian materi oleh guru dapat belajar sendiri secara mandiri menggunakan modul dan dapat dilakukan berulang kali. Keterbatasan waktu yang tersedia bagi pelajaran seni rupa juga membuat modul sangat dibutuhkan untuk pembelajaran jarak jauh.

Pendapat tentang modul juga dikemukakan oleh Meyer (1978:2), sebagai suatu unit bentuk pembelajaran yang isinya relatif singkat dan spesifik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Modul juga mempunyai susunan kegiatan pembelajaran yang dikoordinasi dalam materi, media, dan evaluasi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Modul dapat digunakan secara mandiri baik perorangan atau kelompok, tanpa peran guru yang mendominasi.

Beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis yang mengandung unsur kompetensi dasar dan kompetensi inti berupa materi hingga evaluasi, dan dikemas dalam media yang mudah dipahami oleh anak didik agar dapat digunakan secara mandiri. Kemajuan teknologi memberikan kemudahan dalam kehidupan khususnya pada penyampaian informasi. Penggunaan teknologi dalam pendidikan mendorong berbagai inovasi dalam proses pembelajaran.

Dewasa ini mucul fenomena daring yaitu beberapa kegiatan manusia yang dapat dilakukan menggunakan jaringan internet, tidak terkecuali dalam pembelajaran dengan munculnya pembelajaran jarak jauh dengan teknologi daring. Ciri pembelajaran tatap muka dan daring juga termasuk dalam bentuk pembelajaran blended learning, yang menurut Soekarwati dalam Husamah (2014:107) menjelaskan bahwa blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar dengan perangkat komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa.

Pembelajaran dengan sistem blended, memerlukan sebuah modul yang dapat berguna untuk dua situasi pembelajaran yaitu tatap muka dan jarak jauh. Modul yang menampung dua sistem pembelajran tersebut disebut modul hybrid. Istilah hybrid dalam bahasa Indonesia adalah hibrida dan bentuk kata tidak bakunya adalah hibrid, berasal dari bidang ilmu biologi untuk menyebutkan sebuah turunan atau generasi baru hasil persilangan atau perkawinan antara dua jenis yang berbeda jenisnya dari hewan atau tumbuhan (www.kbbi.kemendikbud.go.id).

Hal yang sama disebutkan dalam kamus Oxford yang mengatakan bahwa “Hybrid in biology, the offspring of two plants or animals of different species or varieties, such as a mule” Pengertian kedua kata hybrid yang bersifat lebih umum adalah “a thing made by combining two different elements; a mixture”. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat dipahami kembali bahwa arti kata hybrid adalah gabungan dari dua buah elemen yang berbeda untuk menjadi sebuah produk baru. Menurut O‟Byrne dan Pytash (2015:137),    hybrid learning adalah pendekatan pedagogis yang menggabungkan   instruksi   tatap  muka  dengan instruksi yang diperantarai komputer berbasis daring.

Hybrid learning adalah model pembelajaran yang mengitegrasikan inovasi dan kemajuan teknologi melalui sistem pembelajaran yang dapat dilakukan secara daring dengan interaksi dan partisipasi dari model pembelajaran tradisional seperti tatap muka (Kaye Thorne, Kogan Page, 2003:14). Pembelajaran daring dapat diakses siswa dengan bentuk hybrid module sebagai sumber belajar mandiri. Hybrid module tergolong modul yang terkoneksi dengan internet dan digunakan secara interaktif dengan sistem daring. Hybrid module dalam pembelajaran adalah suatu modul pembelajaran yang merupakan kombinasi antara instruktsi langsung dan pembelajaran digital yang fleksible dan interaktif dengan sistem daring yang didukung koneksi internet sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang optimal   bagi siswa (Kaye thorne (2003:36).

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul hybrid learning memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis website, tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dapat dikatakan kembali bahwa hybrid learning adalah perpaduan antara pembelajaran konvensional dimana guru bertemu langsung dengan siswa dalam kegiatan tatap muka di kelas dengan pembelajaran daring yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Teknologi terus berkembang, hal ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah kebutuhan hidup manusia yang terus mengejar sistem sederhana dan mempermudah pekerjaan manusia. Era informatika saat ini, teknologi semakin cepat berkembang, hal ini disebabkan sistem digital dan informasi yang mudah diakses. Manusia dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan serta mekanis dunia kerja saat ini banyak menggunakan sistem daring atau informasi yang diakses melalui sambungan internet, salah satunya adalah website.

Website diciptakan oleh pengembang web untuk mempermudah serta mempercepat penyampaian informasi secara luas, dan dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh siapapun yang mendapatkan akses internet. Menurut Sibero (2013:11), website adalah suatu sistem yang berkaitan dengan dokumen digunakan sebagai media untuk menampilkan teks, gambar, suara dan multimedia lainnya, pada jaringan internet. Kustiyahningsih dan Devie (2011:4), menjelaskan website adalah salah satu layanan yang didapat oleh pemakai komputer yang terhubung dengan fasilitas hypertext untuk menampilkan data berupa teks,gambar,suara,animasi dan multimedia lainnya.

Bekti (2015:35) menyimpulkan bahwa website merupakan kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara,dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait, yang masingmasing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman.

Berdasarkan dari teori tersebut, dapat dijelaskan kembali bahwa website adalah fasilitas hypertekt untuk menampilkan data dan berisikan dokumen- dokumen multimedia yang berupa teks, gambar, suara, animasi dan lainnya dengan mengunakan browser sebagai perangkat lunak untuk mengaksesnya. Dunia teknologi yang pesat ini diperlukan sebuah jaringan yang bisa mempermudah serta mempercepat penyampaian informasi secara luas, dan dapat dengan mudah dan cepat oleh siapapun yang mendapatkan akses internet. Salah satu bentuk wadah informasi yang dapat diakses dalam internet adalah website.

Ippho Santoso dalam Rahmadi (2013:1) membagi website menjadi golongan kanan dan golongan kiri. Dalam website dikenal dengan sebutan website dinamis dan website statis. Website statis adalah website yang mempunyai halaman konten yang tidak berubah-ubah. Website dinamis merupakan website yang secara struktur ditujukan untuk update sesering mungkin. Pada pengembangan modul pembelajaran berbentuk website pada penelitian ini, website berbentuk dimanis karena didalamnya akan ada aktifitas interaktif antara siswa dan guru dalam proses pembeajaran secara daring, yang memungkinkan informasi dalam website akan terus berkembang dan terbarui.

Karakteristik Modul

Karakteristik modul sesuai dengan pedoman penulisan modul yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional (Lestari, 2013:2-3), sebagai berikut:

  • Self  Instructional;  yaitu  mampu  digunakan  siswa secara mandiri dalam belajar. Untuk memenuhi karakter self instruksional, modul harus memenuhi syarat berikut:
  1. Berisi rumusan tujuan yang jelas.
  2. Berisi materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit yang spesifik untuk memudahkan belajar.
  3. Menampilkan contoh dan ilustrasi sebagai pendukung kejelasan  materi
  4. Menyediakan soal atau tugas dan sejenisnya sebagai respon pengguna dalam mengukur penguasaan materi.Materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya.
  5. Bahasa komunikatif dan mudah dipahami
  6. Terdapat rangkuman materi pembelajaran
  7. Terdapat instrumen penilaian
  8. Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga mengetahui tingkat penguasaan materi, dan tersedia informasi tentang pengayaan.
  • Self Contained; seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari, terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pembelajar mempel-  ajari materi pembelajaran secara tuntas tanpa terputus atau terpisah, karena materi dikemas dalam satu kesatuan yang utuh.
  • Stand alone (berdiri sendiri); modul tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain

untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

  • Adaptive; modul hendaknya dapat beradaptasi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Prinsip adaptif adalah jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Modul yang adaptif adalah jika media modul dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu dengan pembaharuan yang mudah.
  • User Friendly; modul mudah digunakan oleh pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan dapat dipahami jelas oleh pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan simbol, ilustrasi dan bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti.

Selain itu, ciri-ciri modul menurut Daryanto (2012: 83) sebagai berikut:

1) Terdapat pernyataan sasaran belajar. 2) Materi dan tampilan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat mengaktifkan partisipasi anak didik. 3) Memuat sistem penilaian sesuai dengan materi. 4) Memuat bahan pelajaran dan tugas pelajaran yang selaras. 5) Satu modul dapat dapat memberikan hasil belajar yang tuntas. Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan dimana saja secara mandiri. Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung Jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik.

Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah mengoptimalkan sumber belajar dengan tetap memberikan perhatian kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran pendidik bergeser dari pemberi informasi  menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang semangat belajar, memberi peluang untuk menguji/mempraktekkan hasil belajarnya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar dan membantu bahwa apa yang dipelajari akan berguna dalam kehidupannya.

Strategi Analisis dan Kualitas Modul

Kualitas modul dapat mengacu pada kualitas menurut Nieveen (1999:27) yang menyatakan “kita telah menunjukkan mutu produk pendidikan dari sudut pandang pengembangan materi pembelajaran. Tetapi kita juga perlu mempertimbangkan tiga aspek mutu (validitas, kepraktisan, dan keefektifan) yang dapat digunakan pada rangkaian produk yang lebih luas”. Validitas, kepraktisan dan keefektifan dalam penelitian pengembangan meliputi validitas isi dan validitas konstruk, seperti yang dikatakan Van den Akker (1999: 10) sebagai berikut: “Validity refers to the extent that design of the intervention is based on state-of-the art knowledge („content validity‟) and that the various components of the  intervention  are  consistently  linked  to  each  other  („construct  validity‟)” Validitas mengacu pada tingkat desain yang berdasar pada konten validitas dan berbagai macam komponen dari intervensi yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Validitas modul ditentukan validator yang berkompeten untuk menilai modul dan memberi masukan atau saran untuk menyempurnakan modul yang telah dikembangkan. Beberapa validator dapat diperlukan untuk menilai modul yang dikembangkan, seperti dari ahli materi dan ahli media yang menilai mulai dari isi materi, bahasa, susunan materi, dan tampilan.pada penelitian selain ahli materi dan ahli media, validasi juga dilakukan pada ahli instrumen pengembangan yang menilai tentang instrumen-instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai bahan pengambangan modul.

Berkaitan dengan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999:10) menyatakan: “Practically refers to the extent that user (or other experts) consider the intervention as appealing and usable in „normal‟ conditions”.Artinya: “Kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (pakar-pakar lainnya) saat mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal”.

Pada penelitian pengembangan ini, peneliti mengukur tingkat kepraktisan modul dengan melihat apakah pendidik menyatakan bahwa modul dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik dan tingkat keterlaksaannya. Pembelajaran menggunakan modul termasuk kategori baik dengan melihat apakah komponen-komponen modul untuk pembelajaran dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Tingkat keterlaksaan pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan dapat dilihat dari hasil angket respon anak didik setelah melakukan pembelajaran atau dan wawancara terhadap pendidik dan anak didik sebagai pihak pengguna modul.

Berkaitan dengan keefektifan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999: 10) menyatakan:“Effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the intervention are consistent with the intended aims”. Artinya:“Keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud”.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk menyatakan bahwa modul yang dikembangkan sudah valid dan siap digunakan, dapat dilihat dari komponen-komponen: (1) instrumen yang digunakan dalam mencari data dalam penelitian pengembangan modul; (2) materi yang terkandung dalam modul; (3) Media yang digunakan sebagai modul. Peneliti juga mengukur pengaruh modul terhadap hasil belajar dan kreativitas siswa, sebagai uji keberhasilan modul dalam proses pembelajaran.

Daftar Pustaka

Abdullah Idi, (2011). Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik.  Ar-Ruzz Media, Jogjakarta.

Adjat Sakri (1994). Masalah Pendidikan Seni Rupa.Yogyakarta: Aquarius Offse Adrisijanti, Inajati. (2000) . Arkeologi Perkotaan Mataram Islam. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Agus Suprijono, (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

A.J Suhardjo, (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Disain Universitas Malan.

Akker, J. Van den. (1999). Principles and Method of Development Research. London: Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (pnyt.)”. Design approaches and tools in educational and training .Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Alexander F.K. Sibero, (2013) . Web programming power pack. MediaKom, Yogyakarta.

Andre Halim, Rahadian Prajudi (2017). The Meaning of Ornaments in the Hindu and Buddhist Temples on the island of Java (Acient Middle- Late Classical Eras) Jurnal RISA (Riset Arsitektur) ISSN 2548-8074, www.unpar.ac.id Volume 01, Nomor 02, edisi April 2017; hal 170-191

Arief S. Sadiman, dkk. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Arifin. (2011). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arsyad, A. (2015). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Bahari, Nooryan. (2008). Kritik Seni Wacana: Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin & Wahyuni, E. N. (2015). Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Bekti, Bintu Humairah. (2015). Mahir Membuat Website dengan Adobe Dreamweaver CS6, CSS dan Jquery. Yogyakarta: ANDI

Blanka Frydrychova Klimovaa, Jaroslav Kacetla (2015). Hybrid Learning and its Current role in the teaching of foreign languages. Procedia- Social ab Behaviour Sciences: Volume 182, 13 May 2015, Pages 477-481

Borg, W.R., & Gall, M.D. (2003). Education researc: an introduction. New York: Longman Inc

Budiharjo, Eko (1997), Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Jakarta: Djambatan,

Burhan Nurgiantoro(1988). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta:BPFE

Campbell, D. T., & Julian C. (2002). Experimental and quasi experimental  disigns for researc. Chicago: Ran McNally Publishing Company

Chaplin, J.P.. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Dakung, S. (1998) Arsitektur Tradi sional Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Dalyono. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. (2012), Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya (2002). Teknik Belajar Dengan Modul. Jakaerta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Dewantara, Ki Hajar. (1977). Pendidikan Bagian Pertama. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Djamarah, Syaiful Bahri, (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Djono, Tri Prasetyo Utomo, Slamet Subiyantoro (2012). Nilai Kearifan Lokal Rumah Tradisional Jawa. Vol 24, No 3 hal. 269-278

Dwi Retno Sri Ambarwati (2015) Kontinuitas dan Perubahan Vastusastra pada bangunan Joglo. Yogyakarta: Jurnal Staf UNY

Eko Kuntarto (2017). Kefektifan Model Pembelajaran Daring Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia Diperguruan Tinggi” Journal Indonesian Language Education and Literature / ILE&E/Vol.3 No. 1

Endang (2015). Kepemimpinan di DIY dalam Perspektif Gender dari Aspek Budaya. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Lumbung Pustaka Universitas Negeri Yogyakarta

Endraswara, Suwardi (2005). Tradisi Lisan Jawa : Warisan Abadi Budaya Leluhur. Yogyakarta : Narasi.

Fisher, Joseph. (1994). The Folk Art of Java. New York: Oxford University Press. Fraenkel, J. P. & Wallen N. E (2008). How to Design Evaluation Reaserch in Education. Boston: McGraw-Hill Companies, Inc

Fred Schultz. (2008). Annual Edition Education Thirty Fifth Edition. University of Akron.

Frick (1997). Pola Struktur dan Teknik Bangunan di Indonesia (Suatu Pendekatan Arsitektur Indonesia melalui Pattern Language secara Konstruktif dengan contoh Arsitektur Jawa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Goldstein, H. (1960). Art in Everyday Life”. New York: The Macmillan Company.

Graham, R.C., Woodfield, W. & Harrison, B. (2013). Aframework for istitution adoption and impeletation of blended learning in higher education. Journal of internet and higher education 18 pp. 4-14.

Hajar Pamadi, Dwi Retno S.A, Mardiyatmo (2018). Moral Message in the Ornaments of Masjid Gedhe Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal UNY Press

Hamalik, Oemar (2010). Proses Belajar Mengajar Jakarta: PT Bumi Aksara Hamzah B. Uno (2012). Perancangan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Handikusuma, Hilman (1999). Hukum Waris Adat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H.(2010). Theories of Learning. Jakarta: Kencana PRenada Media Group.

Herusatoto (1987) . Simbolis dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hadinita Graha Widia

Husamah (2014). Pembelajaran Bauran (blended learning). Jakarta : Prestasi Pustakara.

Ika Lestari (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:Akademia Permata.

Indah Kosmiyah (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.

Ivatul Laily Kurniawati, (2015). Pengembangan Modul Pembelajaran Hibrid Leraning pada Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas X dalam Materi Hidrokarbon. Universitas Darussalam Ambon

John W. Santrock (2007) . Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.

Joko Budiwiyanto (2013) . Makna Penataan Interior Rumah Tradisional Jawa.

Journal Seni Budaya No. 9, Vol. 1

Joko Budiwiyanto (2016). Rumah Tradisional Jawa dalam Sudut Pandang Religi Vol. 10, No. 1 Hal 1-20

Juan Frank Hamah Sagrim (2010). Kisah Tuhan dalam Agama Suku. Jakarta: Majav

Kafit. M. (2009), Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Computer untuk Meningktkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas VIII MTs NU Hasyim Asy‟ari 03 Honggosoco Jekulo Kabupaten Kudus. Kartasura: UNS PRES.

Kaye Thorne (2003) Blended Leraning: How to Itegrate Online and Traditional Learning. Kogan Page Publisher, .

Kenneth Cushner, dkk. (2006), Human Diversity in Education An Integrative Approach. New York: Teacher Collect Press Kent State University..

Lisa Anggraini (2012). Rumah TradisionaL Bentuk Joglo di Kotagede. Yogyakarta: UNY.

Mangunwijaya, Y.B. (1992) Wastu Citra Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur Sendi-sendi Filsafatnya Beserta Contoh-contoh Praktis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Marsh, c. (2005). Teaching Studies of Society and Environtment, Australia: Edition Fourth Pearson Eduction..

Miles. M. B, Huberman. A. M, & Saldana,J.(2014). Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook. Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi. Jakarta: UI-Press

Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan Kedua Puluh Sembilan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA

Mutadi (2007) Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nasution. S (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazarudin, (2007). Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.

Nurdin dan Usman, (2011). Implementasi Pembelajaran. Yogyakarta: Rajawali Pers.

O‟ Byrne, W. I & Pyatsh, K.E (2015). Hybrid and Blended Learning. Journal of Adolescent & Adult Literacy, VOL. 2, No. 59, 137-141

Pa Papalia, dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Parker, Deborah, (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Philip Kotler, dan Kevin Lane Keller, (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta:Indeks.

Pitana, T.S. (2001). Javanese Cosmology and Its Influence on Javanese Architecture. Thesis Submitted for the Research Degree of Master of Tropical Architecture. Australia: James Cook University.

Poerwadarminta W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka,.

Prijotomo, J. 1992. Petungan: Sistem Ukuran dalam Arsitektur Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rahmadi, Moch. Luthfi. (2013). Tips Membuat Website tanpa Coding & Langsung Online. Yogyakarta: Andi.

Robert F. McNergney, Carol A. Carrier. (1981), Teacher Development, University of Virginia, USA.

Ronald, A. (1988) Manusia dan Rumah Jawa.  Yogyakarta:  Penerbit  JUTA UGM.

——————  (2008)       Nilai-nilai      Arsitektur Rumah Tradisional Jawa.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Rusman, (2012) . Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung,:Alfa beta. Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Sastroatmojo, S. (2006). Citra diri orang Jawa.Yogyakarta: Narasi

Sawyer, John R dan de Francisco, Italo Luther . 1971. Elementary School Art for Clasroom Teacher. New York: Harper and Row.

Siddiq (2002). Simbolisme dalam Budaya Jawa . Yogyakarta : Hanindita Graha Widia.

Slameto (2010). Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Smaldino, S. E., Lowther , & Deborah L. (2008). Instructional Technology and Media for Learning (Ninth Edition). NJ: Pearson Education Inc.

Soedarso, Sp. (1990) Tinjauan seni, sebuah pengantar untuk apresiasi seni”

Yogyakarta: Saku Dayar Sana

Soemardjan, Selo. (1962). Social Changes in Yogyakarta. Ithaca: Cornel University Press.

Stjepanovic, Zoran; Jevsnik, Simona; dan Rudolf Andreja (2016) E-Learning Module On Vvirtual Protoyping of Garments Withing The E-Learning Course For Innovative Textile Fileds. The International SCIENTIFIC Conference elearning and Software for Education; Vol. 3, 564-571: Bucharest: “Carol I” National Defence University

Subiyantoro, Rumah Tradisional Joglod dalam Estetika Tradisi Jawa. Jurnal bahasa dan seni, Vol 39, No.1 (2011)

Suciati, dkk. (2007). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana Nana, (2000) Dasar-dasar Proses Belaja rMengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Sugihartono (2007) Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono, (2010) Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta.

Sukiman, (2011). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Sulistyo, Basuki (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Penaku

Sumalyo Yulianto, (1997). Arsitektur Modern Akhir Abad XIX Dan XX Universitas Gajah Mada

Sumiati & Asra (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Sunarmi (2007). Arsitektur dan Interior Nusantara Versi Jawa. Surakarta: ISI &

UNS PRESS

Suptandar, Pamudji. (1995). Manusia dan Ruang dalam Proyeksi Desain Interior.

Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Tarumanegara.

Suryadi. (2009). Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Sarana Panca Karya.

Suryosubroto. (1990). Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Susilana, Rudi. Riyana, Cepi. (2009). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.

Trianto (2009) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya:Kencana

Vembriarto, ST. (1975). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu (2013). Semiotika Komunikasi. Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media

Wina Senjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yeni Kustiyahningsih, Devie Rosa Anamisa, (2011). Pemograman Basis Data Berbasis Web Menggunakan PHP & MySQL. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zulkifli, (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zuyinatul Latifah, (2018). Pengembangan Laboratorium Virtual Kimia (VICH- Lab) Terintegrasi dalam Pembelajaran Hibrid pada Materi Minyak Bumi. Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Wawancara

Retno Dwi. Sri Ambarwati, M, Sn. wawancara pada November 2018 di Fakultas Bahasa Dan Seni Uiversitas Negeri Yogyakarta.

Nono, penjaga museum Omah UGM, wawancara pada November 2018 di Omah UGM Kotagede Yogyakarta.

Sentot, pemilik rumah joglo Dalem Sopingen, wawancara pada November 2018 di Dalem Sopingen Yogyakarta.

Rini, pemilik rumah joglo di daerah Kotagede Yogyakarta, wawancara pada November 2018 di Kotagede Yogyakarta.

Demikian ulasan singkat tentang Modul Hybrid Lerning semoga dapat menjadi referensi bagi anda dan jika artikel ini dirasa bermanfaat silahkan bagikan/share artikel ini. Terima kasih telah berkunjung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.