Model-Model dalam Supervisi Pendidikan – Dalam supervisi pendidikan Ada beberapa model yang berkembang dalam supervisi pendidikan antara lain (Sahertian, 2000 : 34 – 44) :
Model Konvensional atau Tradisional.
Model ini merupakan model yang mula-mula dilakukan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan karena dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat dalam suasana kekuasaan yang otoriter dan feodalistik. Model ini menjadikan kegiatan supervisi sebagai cara mencari-cari kesalahan dan memata-matai bawahan, perilaku ini disebut dengan snoopervision. Supervisi yang dilakukan dengan model ini menimbulkan perilaku guru yang acuh tak acuh untuk mencari solusi dan inovasi kemajuan pendidikan atau malah melawan supervisornya.
Model Ilmiah.
Supervisi model ini dilaksanakan berdasarkan data yang dikumpulkan sebelumnya secara obyektif, misalnya data hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas, data hasil prestasi belajar peserta didik, data kinerja personal guru, dan lain sebagainya.. Supervisi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, memakai prosedur dan tehnik yang telah ditentukan.
Model Klinis.
Yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah model supervisi yang difokuskan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui siklus rutin, sistematis, dan terencana dengan pengamatan, analisis, dan evaluasi tindak lanjut. Sasaran kongkrit supervisi model ini adalah meningkatnya kualitas penampilan mengajar yang nyata dalam rangka memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Supervisi klinis mempunyai ciri-ciri antara lain; inisiatif terhadap apa yang akan disupervisi timbul dari pihak guru bukan dari supervisor, supervisi dilakukan dengan penuh keakraban dan manusiawi, hubungan anatara supervisor dengan supervisee merupakan hubungan kemitraaan, dan lain sebagainya.
Model Artistik.
Dalam supervisi pada hakekatnya menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others), dari sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model artistik.
Selanjutnya pelaksanaan supervisi akan menyangkut masalah tehnik apa yang digunakan dalam melaksanakan supervisi. Teknik merupakan penjabaran dari metode, maka lebih spesifik, taktis dan lebih operasional, dari tehnik inilah akan tahu apa yang dikerjakan oleh pengawas dalam melakukan supervisi.
Seorang supervisor dituntut mampu menggunakan tehnik yang tepat dalam melaksanakan supervisi. Adapun teknik supervisi yang banyak digunakan orang selama ini adalah (Mulyasa, 2003 : 160 – 162) : a.Kunjungan dan Observasi Kelas.
Kunjungan dan observasi kelas dilakukan dalam rangka mencari informasi mengenai bagaimana proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas menyangkut hal-hal seperti bagaimana penggunaan metode mengajar, penggunaan alat atau media dalam pembelajaran, penguasaan guru di kelas dan hal lain yang bersangkut-paut dengan proses pembelajaran, yang selanjutnya hasil dari observasi tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan dalam memotivasi, mengarahkan, membina, dan membimbing guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan prestasi relajar siswa.
Pembicaraan individual
Pembicaraan individual adalah pembicaraan antara supervisor dengan supervisee dalam proses supervisi. Pembicaraan ini dapat dilakukan dengan didahului kunjungan dan observasi kelas atau tanpa didahului dengan kunjungan dan observasi kelas. Pembicaraan dapat terjadi karena inisiatif supervisor, atau permintaan supervisee jika ia memerlukan bantuan atau pemecahan suatu masalah.
Diskusi Kelompok.
Adalah forum pertemuan yang melibatkan banyak orang untuk membicarakan sesuatu melaui tukar fikiran dan informasi dalam upaya memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Diskusi dapat dilakukan dalam skala besar seperti diskusi panel, lokakarya, workshop, dan lain sebagainya, juga dapat dilakukan dalam skala kecil seperti rapat guru, pertemuan guru mata pelajaran sejenis dan lain sebagainya.
Demonstrasi Mengajar.
Demontrasi mengajar dilakukan dengan mendatangkan guru yang baik dalam mengajar untuk disaksikan guru lainnya sehingga guru lainnya itu dapat mengambil pelajaran dan manfaat dari cara mengajar yang telah dilihatnya. Demonstrasi mengajar juga dapat dilakukan oleh supervisor itu sendiri sebagai contoh bagaimana sebaiknya cara mengajar yang tepat, setelah domonstrasi dilakukan hendaknya guru diberi kesempatan untuk menganalisis dari apa yang telah dilihatnya.
Perpustakaan Profesional.
Pelaksanaan supervisi pendidikan akan berkait langsung dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dalam hal ini guru, sehingga guru akan menjadi profesional, guru yang profesional harus selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya melalui kegiatan membaca buku-buku, oleh karenanya perlu diwujudkan perpustakaan yang menyediakan buku-buku berkualitas yang penting dan menunjang pelaksanaan tugas guru.
Demikian penjelasan singkat tentang Model-Model dalam Supervisi Pendidikan semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika tulisan ini di rasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.