Model Hybrid Learning – Model diartikan sebagai konsep yang berfungsi merepresentasi sesuatu hal. Model pembelajaran ialah sebuah pola perencanaan sebagai petunjuk dalam pembelajaran di kelas atau tutorial untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk buku, video, kurikulum, dan lainnya sehingga dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran menurut Soekamto ialah rancangan konseptual sebuah tahapan pembelajaran secara sistematis guna mengorganisasikan pengalaman belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dan berfungsi sebagai petunjuk pengajar dalam merencanakan kegiatan belajar. Sedangkan pengertian model pembelajaran menurut Arends ialah pendekatan pembelajaran terutama tujuan, perilaku, lingkungan, dan sistem pengelolaanya.1
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah sebuah desain pembelajaran secara utuh yang direncanakan pengajar untuk menyampaikan materi supaya peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri umum dari model pembelajaran antara lain, sebagai berikut:
Prosedur yang utuh
Penggunakan model pembelajaran harus sesuai prosedur yang utuh untuk memodifikasi perilaku dan karakter pada diri peserta didik. Perilaku peserta didik didasarkan pada pemikiran- pemikiran tertentu.
Hasil belajar
Setiap model yang dipakai dalam mengajar menentukan tujuan khusus yang ingin dicapai dari keberhasilan peserta didik. Keberhasilan itu berupa pemahaman menyelesaikan persoalan yang ada dalam bentuk unjuk kerja yang diamati.
Kondisi lingkungan
Kesesuaian keadaan lingkungan secara khusus menentukan dalam pengambilan model pembelajaran. Lingkungan dapat mendukung proses pembelajaran. Apabila lingkungan belajar menyenangkan maka peserta didik mudah menerima materi.
Tingkat keberhasilan
Penjelasan dan praktek dalam mengajar membantu pemahaman peserta didik sehingga berdampak pada hasil belajar yang baik. Dibutuhkan model yang sesuai dalam mengajar untuk membentuk perilaku baik peserta didik di kehidupan sehari- hari.
Interaksi
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat memengaruhi peserta didik dalam melakukan interaksi dan bereaksi pada lingkungan sekitar. Proses interaksi inilah yang mengembangkan pengetahuan peserta didik.
Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa mengetahui tingkat kecerdasan, keadaan peserta didik, dan tempat memengaruhi perilaku kebiasaan baik buruk. Sehingga guru dapat memilih model yang tepat untuk pembelajaran.
Hybrid Learning
Pada tahun 2000 hybrid learning mulai digunakan di beberapa negara diantaranya Amerika Utara, Inggris, dan Australia. Adanya hybrid learning dapat membantu orang belajar di bangku perguruan tinggi dan pelatihan. Istilah hybrid learning berasal dari kata “hybrid” artinya (kombinasi atau campuran) sedangkan learning artinya belajar. Jadi hybrid learning adalah sebuah pembelajaran yang mengkombinasikan basis komputer dengan pertemuan langsung.
Hybrid learning ialah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan peserta didik melalui daring dan luring. Pada rangkaian pembelajaran, peran guru menjadikan peserta didik dapat menjadi partisipasi aktif dalam belajar supaya pembelajaran tidak berpusat pada penyampaian satu arah yaitu dari guru.2
Arti hybrid learning menurut Klimova & Kacetl ialah sistem belajar dengan interaksi melalui teknologi dan bertatap muka. Kegunaan hybrid learning dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif, fleksibel, informasi yang didapatkan selalu terbaru, dan berorientasi pada keterampilan komunikasi. Model hybrid learning dapat memengaruhi kompetensi peserta didik.3 Sedangkan menurut Surjono mendefinisikan hybrid learning ialah proses belajar guru dan peserta didik dengan menggabungkan daring, live, dan luring.4
Sedangkan menurut Thorne tentang hybrid learning ialah proses belajar mengajar secara langsung dan tak langsung antara guru dengan peserta didik yang dilaksanakan secara bebas tanpa terikat waktu dan tempat. Saling berhubungan satu sama lain mengenai masalah materi dengan cara diskusi atau tanya jawab.5 Sebuah model hybrid learning memerlukan aksi dari guru maupun peserta didik dengan dibantu sarana prasarana dan sumber belajar yang mendukung pembelajaran supaya materi yang dijelaskan dapat dipahami peserta didik dengan baik. Campuran daring dan luring membutuhkan persiapan yang perlu dipikirkan mengenai strategi penyampaian, tugas yang harus dinilai, rencana pelaksanaan pembelajaran yang harus dimantapkan, pemilihan situasi waktu dan objek pembelajaran yang tepat. Karena model pembelajaran bertujuan membuat kegiatan belajar menjadi luwes dan berdampak pada penerima.6
Komposisi model hybrid learning dapat dikatakan memiliki perbandingan 50/50 dengan maksud penggunaan model daring dan luring sama dalam pembagian waktu belajar. Ada pula yang mendefinisikan dengan persamaan 75/25 yang diartikan bahwa penggunaan waktu untuk belajar dalam model daring lebih banyak daripada model luring. Bisa diibaratkan belajar online dilakukan lima hari sedangkan belajar tatap muka satu hari dalam satu pekan. Sebelum menerapkan model hybrid learning dengan berbagai perbandingan waktu pelaksanaan perlu dipertimbangkan dari kemampuan peserta didik, tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar, kesiapan fisik dan psikologi peserta didik yang perlu diperhatikan, dan fasilitas yang mendukung dalam menerapkan mode hybrid learning.
Pertimbangan utama menyusun komposisi pembelajaran ialah ketersediaan sumber belajar yang sesuai untuk peserta didik supaya pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, efisien, menarik, dan bermanfaat. Pemilihan hybrid learning dengan akses pembelajaran online bisa berbasis web dengan memanfaatkan teks, audio, video, dan multimedia yang bisa dikerjakan selama daring.7
Pembelajaran hybrid learning dijalankan supaya memudahkan dalam proses pembelajaran. Maksud dari hybrid learning menurut Pradnyana dijelaskan bahwa:8
- Proses belajar dapat berinovasi sesuai gaya belajar dan kecenderungan belajar peserta didik.
- Dapat dilakukan secara mandiri, berfaedah, meluas pada ruang gerak guru dan peserta didik yang mudah dan nyata.
- Campuran pembelajaran daring dan luring meningkatkan proses yang luwes untuk peserta didik.Belajar luring peserta didik dapat berinteraksi secara aktif. Sedangkan belajar daring memberikan pengetahuan yang luas dan dapat dilaksanakan dimana saja selama mempunyai akses internet.
- Masalah pembelajaran dapat diselesaikan dengan pemilihan metode yang inovatif.
Model hybrid learning mengembangkan empat dimensi dengan teori Hery & Budhi, yaitu:9
Pembelajaran face to face
Pembelajaran face to face atau luring dilakukan di kelas, laboratorium, auditorium atau lainnya. Kegiatan pembelajaran luring meliputi pengajar menjelaskan materi sesuai yang telah ditentukan, menguji tingkat pengetahuan dapat dengan latihan atau ujian, menambah pengetahuan dan wawasan bisa dilakukan dengan diskusi bertukar pemikiran dan melakukan uji coba secara langsung.
Synchronous virtual collaboration
Scynchronous virtual collaboration ialah pengajaran daring dengan cara berkomunikasi atau bertukar pengetahuan pada waktu bersamaan bisa dilakukan guru dengan peserta didik atau dosen dengan mahasiswa. Pengajarannya bisa menggunakan instant messaging atau chat. Bentuk pembelajaran dapat berupa pertanyaan, sanggahan atau kritik yang disertai solusi.
Asynchronous virtual collaboration
Asynchronous virtual collaboration ialah pengajaran daring yang dilakukan pada waktu berbeda. Dapat menggunakan platform online discussion board, email atau yang lainnya. Pelaksanaan dapat dilakukan secara bebas dengan persetujuan sebelumnya karena kegiatan belajar tanpa terikat waktu.
Self pace asynchronous
Self pace asynchronous ialah pembelajaran mandiri yang pelaksanaannya dalam waktu berbeda, dimana peserta didik mempelajari materi yang diberikan pengajar dalam bentuk bahan ajar atau link. Bisa juga dengan pemberian latihan soal yang dikerjakan secara daring.
Berdasarkan kategori model hybrid learning yang dapat pelaksanaannya berbeda-beda dapat disimpulkan bahwa penggunaan model hybrid learning dapat diterapkan sesuai dengan kesepakatan antara guru dan peserta didik. Sebab hybrid learning merupakan model pembelajaran campuran yang memudahkan penggunanya.
Kombinasi pembelajaran daring dengan luring berhasil memadukan model hybrid learning. Adanya hybrid learning mengusahakan penggunaan media dengan bimbingan dan keterlibatan peserta didik. Berikut ciri-ciri model hybrid learning, yaitu:10
Petujuk pelaksanaan
Model hybrid learning dapat menggunakan fasilitas yang nyaman untuk bertemu langsung antara guru dan peserta didik. Praktikum pembelajaran dapat uji coba secara mandiri. Begitu juga dengan pengumpulan materi dan tugas lebih fleksibel. Pada belajar mandiri dapat dikirim secara daring. Sedangkan pembelajaran luring dan praktikum dapat dikirim saat itu juga.
Sistem belajar
Sistem belajar daring dan mandiri dapat dilaksanakan secara individual. Pada sistem belajar berkelompok dapat digunakan saat praktikum atau kerja kelompok. Sedangkan pembelajaran luring guru dapat menjelaskan materi secara lengkap dan mendalam sehingga dapat menumbuhkan ikatan emosional antara guru dengan peserta didik.
Pengajaran
Pemakaian waktu dalam pengajaran berbeda-beda seperti pembelajaran laboratorium dan belajar mandiri dapat menggunakan dimensi asynchronous. Sedangkan saat pembelajaran berpusat pada guru dan praktikum dapat menggunakan synchronous.
Objek pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan efektif menjadi tugas pengajar. Seperti pengajaran laboratorium dapat menggunakan simulasi. Pembelajaran berpusat pada guru dan praktik dapat menggunakan media video. Sedangkan saat belajar mandiri dengan audio yang dapat didengarkan setiap saat.
Penerapan model hybrid learning dapat dilakukan apabila teknologi digital dan koneksi internet mendukung dalam pembelajaran jarak jauh sehingga peserta didik dapat belajar dengan mudah. Selain itu, penggunaan pembelajaran jarak jauh belum lengkap jika belum menerapkan pembelajaran luring. Pengajar harus memikirkan desain dalam menerapkan model hybrid learning yang mengkombinasikan pembelajaran daring dan luring.
Desain model hybrid learning dapat membantu peserta didik dalam belajar dengan menggunakan teknologi atau dari pengajar. Penggunaan teknologi dapat membantu mengembangkan pengetahuan peserta didik. Menurut Felder dan Soloman ada empat gaya belajar peserta didik yang harus dipahami, diantaranya:11
Dimensi kepekaan (sensing/intuitive)
Peserta didik lebih menyukai pelajaran yang bersifat fakta dan senang berpikir abstrak teoritis. Dalam hal imajinasi dan berinovasi membantunya memahami teori lebih rinci. Seorang pengajar bisa menggunakan studi kasus dan eksperimen untuk luring dan pemberian materi tentang teori melalui daring.
Dimensi penglihatan (visual/verbal)
Peserta didik menggunakan media informasi untuk mendapatkan pengetahuan. Dalam model hybrid learning melalui media gambar, ilustrasi, grafik membantu peserta didik menerima materi. Lebih baik jika materi di kombinasikan dengan gaya verbal atau visual akan meningkatkan pemahaman peserta didik.
Dimensi pendengaran (active/reflective)
Peserta didik aktif dalam mencoba sesuatu yang baru dan membantu kelompok kerja. Peserta didik lebih bergantung pada pendengaran atau nada daripada penglihatan. Untuk model hybrid learning dalam kelompok besar, peserta didik mudah mencapai dengan pembelajaran luring dengan media video.
Dimensi keseluruhan (sequential/global)
Proses pembelajaran yang menyangkut keseluruhan. Peserta didik perlu mengetahui secara detail materi sebanyak mungkin sebelum memberi simpulan. Proses pembelajaran dari gambaran kecil hingga gambaran besar. Peserta didik akan memiliki banyak kreativitas. Model hybrid learning dapat menggunakan diskusi online atau debat.
Berdasarkan macam-macam gaya belajar yang dapat diterapkan pada model hybrid learning maka sebagai guru dapat mengenali gaya belajar masing-masing peserta didik supaya materi yang diajarkan dapat dipahami. Pada saat menerapkan model hybrid learning, guru dapat memberikan pertanyaan secara acak kepada peserta didik saat luring. Guru juga dapat mengetahui tugas yang telah dikerjakan peserta didik saat pembelajaran daring dan guru berhak mengevaluasi kesulitan dan kendala peserta didik.
Kerangka Hybrid Learning
Desain kerangka hybrid learning menggunakan lima komponen yaitu inisiatif, interaksi, kemandirian, insentif, dan peningkatan. Atau lebih dikenal 5i (initiative, interaction, independent, incentive, dan improvement). Berikut pembahasan kelima komponen tersebut:12
Inisiatif (Initiative)
Kebiasaan pembelajaran luring membuat peserta didik mengalami masalah pada penerapan pembelajaran daring. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat menggunakan model hybrid learning dengan mengkombinasikan pembelajaran luring dan daring. Keaktifan peserta didik dapat diinisatif saat pembelajaran luring. Sedangkan untuk menambah pengetahuan dan menemukan teori dapat menggunakaan pembelajaran daring.
Interaksi (Interaction)
Sebuah interaksi guru dengan peserta didik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pembelajaran daring dan model hybrid learning. Pada pembelajaran daring memberikan kesempatan berinteraksi dengan sesama teman dan guru. Sedangkan model hybrid learning dapat mengetahui gaya belajar peserta didik dan menjadikan guru tidak harus berdiri menjelaskan di atas panggung, tetapi guru sebagai fasilitator. Maka penggunaan model hybrid learning dapat diterapkan pada peserta didik dengan pembelajaran luring dan mode pengiriman tugas secara daring.
Kemandirian (Independent)
Peserta didik berpikir secara mandiri pada pembelajaran daring dan hybrid learning. Pembelajaran daring menekankan interaksi antar kelompok, sedangkan hybrid learning guru mempunyai peran untuk kecepatan belajar peserta didik. Model hybrid learning dirancang untuk belajar secara mandiri. Peserta didik menerapkan pengetahuan yang didapat saat pembelajaran luring dan setelah itu mengerjakan tugas secara mandiri.
Insentif (Incentive)
Penerapan dua mode pembelajaran harus membuat peserta didik menjadi termotivasi. Pendekatan intensif perlu dilakukan supaya peserta didik terpengaruh dengan desain hybrid. Mode daring dapat digunakan untuk mengekspresikan ide dan luring untuk menjalin komunikasi berdiskusi.
Peningkatan (Improvement)
Rancangan model hybrid learning harus diketahui peserta didik supaya dapat meningkatkan hasil belajar dan kemajuan belajar. Guru dapat memberikan kemudahan peserta didik dalam berdiskusi dengan teman sejawat. Sehingga sikap positif dalam diri peserta didik akan lebih cerdas dalam mengoreksi kesalahannya.
Tahapan Hybrid Learning
Proses hybrid learning terjadi dari tahapan yang telah direncanakan dan desain penerapan dan pengujian. Berikut tahapan dari siklus hybrid learning yaitu:13
Perencanaan
Seorang guru harus membuat rencana program pembelajaran terlebih dahulu. Pada tahapan perencanaan hybrid learning dapat menetapkan strategi, metode, media dan lainnya dalam menyampaikan materi secara daring dan luring. Penyusunan rencana program pembelajaran nantinya akan berdampak pada tujuan yang ingin dicapai.
Pengumpulan dan analisis
Setelah melakukan proses perencanaan, guru dapat mengumpulkan materi pelajaran pada model hybrid learning. Guru menggunakan alat bantu dalam proses pengajaran. Pada saat melakukan pembelajaran daring, guru dapat menggunakan managemen e-learning dan menganalisis hasil belajar peserta didik.
Pengujian
Tahapan ini menguji sistem pembelajaran berbasis elektronik. Guru dapat memastikan penggunaan aplikasi e- learning dapat berjalan sesuai yang diinginkan. Dan peserta didik dapat menggunakan dengan baik.
Penilaian
Umpan balik dari penggunaan e-learning dapat disampaikan oleh peserta didik dan penggunanya. Terdapat kendala, kesalahpahaman, kelebihan dan kekurangan dari aplikasi tersebut. Dari komentar tersebut, guru dapat menilai seberapa efektif dan keberhasilan menggunakan aplikasi tersebut.
Peningkatan
Adanya penilaian mengenai hybrid learning pada pemakaian e-learning membuat guru dapat meningkatkan program pembelajaran. Guru dapat merekam proses pembelajaran apa yang dirasa kurang maksimal.
Kelebihan dan Kekurangan Model Hybrid Learning
Perkembangan teknologi yang semakin pesat dapat membawa pengaruh positif dan negatif pada pembelajaran. Penerapan model hybrid learning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional dengan penanganan efektif, efisien, dan daya tarik. Berikut kelebihan dan kekurangan model hybrid learning:15
Kelebihan model hybrid learning
- Dapat memperluas pengetahuan dari berbagai sumber
- Pelaksanaan menjadi lebih mudah
- Efisiensi biaya dan waktu
- Hasil yang diperoleh bisa optimal
- Dapat menyelaraskan kebutuhan
- Meningkatkan rasa ketertarikan dalam pembelajaran.
Kekurangan dari model hybrid learning
- Terkendala pada konektivitas jaringan
- Penentuan gaya belajar peserta didik
- Kurang memahami materi
- Merusak kesehatan mata
- Mengetahui pembelajaran secara detail
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model hybrid learning menjadi solusi pembelajaran di era perkembangan teknologi yang semakin pesat. Model hybrid learning menerapkan pembelajaran daring atau jarak jauh dengan pembelajaran luring. Model ini memudahkan pengajar dan peserta didik tidak hanya belajar di sekolah tetapi bisa belajar di media sosial secara bebas. Seorang pengajar dapat menggunakan strategi, metode, teknik, dan media sedemikian rupa untuk melaksanakan model hybrid learning. Perlu digaris bawahi bahwa model hybrid learning juga memiliki kelemahan dan bisa disempurnakan dengan pembelajaran luring.
Daftar Pustaka
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progesif, dan Konstekstual, (Jakarta: Kencana. 2017), 23
2 Heny Hendrayati dan Budhi Pamungkas, “Implementasi Model Hybrid Learning pada Proses Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II di Prodi Manajemen FPEB UPI”, Jurnal, Universitas Pendidikan Indonesia, 2020, 182.
3 Suwarno Dwijonagoro dan Suparno, “Pranatacara Learning: Modelling, Mind Mapping, E-Learning or Hybrid Learning”, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta 38, no. 1, (2019), 158. doi: 10.21831/cp.v38i1.23034.
4 Ary Purmadi, dkk, “Pengembangan Kelas Daring dengan Penerapan Hybrid Learning Menggunakan Chamilo pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan”, Jurnal Edmotech 3 no. 2, (2018), 136
5 Fauzun dan Fatkhul Arifin, “Hybrid Learning sebagai Alternatif Model Pembelajaran”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), 249
6 Joseph Fong, dkk, Hybrid Learning and Education, (Hongkong: Caritas Francis Hsu College, 2008), 82. Diakses dari http://gen.lib.rus.ec.
7 Verawati dan Desprayoga, Solusi Pembelajaran 4.0: Hybrid Learning,
(Palembang: Universitas PGRI Palembang, 2019), 188.
8 Yane Hendarita, “Model Pembelajaran Blended Learning dengan Media Blog”, (Jakarta: Kemendikbud, 2020), 6
9 Heny Hendrayati dan Budhi Pamungkas, “Implementasi Model Hybrid Learning pada Proses Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II di Prodi Manajemen FPEB UPI”, 182
10 Joseph Fong, dkk, “Hybrid Learning and Education”, 83. Diakses dari http://gen.lib.rus.ec.
11 Kamolbhan Olapiriyakul dan Julian M. Scher, “A Guide to Escablishing Hybrid Learning Courses: Employing Information Technology to Create A New Learning Experience, and A Case Study”, Jurnal Internet and Higher Education 9, (2006), 298
12 Anthony Tik Tsuen Wong, 5i: A Design Framework for Hybrid Learning, (Hongkong: Caritas Francis Hsu College, 2008), 149.
13Won Kim, A Proposal for a Lifecycle Process for Hybrid Learning Programs, (Korea: Sungkyunkwan University: 2008), 2016
14Muhammad Abdur Razaq, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Kudus: Menara Kudus, 2010), 328
15 Verawati dan Desprayoga, Solusi Pembelajaran 4.0: Hybrid Learning
Sekian dulu penjelasan singkat tentang Model Hybrid Learning semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.