Scroll untuk baca artikel
Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

×

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Sebarkan artikel ini

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) – Metode pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya.

Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu (Roestiyah, 2001: 156).

Scroll untuk melihat konten

Kemudian Slavin (2001: 12) menjelaskan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

  1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan sacara bersama.
  2. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
  3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompokpun terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
  4. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.

Menurut Arends (2007: 111-112) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama, yaitu:

  1. Pencapaian akademik

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang materi atau bahan ajar; sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik dalam belajar.

b.   Penerimaan atau perbedaan

Efek atau dampak yang kedua dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas terhadap orang lain yang berbeda ras, kebudayaan, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan.

c.   Mengembangkan kemampuan sosial

Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk bekerjasama. Roger dan David Johnson dalam Lie (2004: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

  1. Tanggungjawab perseorangan
  2. Tatap muka
  3. Komunikasi antar anggota
  4. Evaluasi proses kelompok

Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang  lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan masalah (Nurhadi, 2004: 200)

Mohamad Nur (2005: 15) menyebutkan lima metode kooperatif yaitu:

  1. Students Teams-Achievements Divisions (STAD)
  2. Teams Games Tournaments (TGT)
  3. Jigsaw
  4. Team Accelerated Instruction (TAI)
  5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Menurut Slavin (2001: 2) metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, diantaranya:

  1. Meningkatkan kemampuan siswa.
  2. Meningkatkan rasa percaya diri.
  3. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
  4. Memperbaiki hubungan antar kelompok.

Menurut Slavin (2001: 2) metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain:

  1. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan.
  2. Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.
  3. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.
  4. Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar

2.   Teams Games Tournaments (TGT)

Menurut Slavin (2005: 163)  menjelaskan bahwa :

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lainnya yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka

Menurut Nur (2005: 23) komponen pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) yaitu:

  1. Presentasi kelas

Bahan ajar dalam Teams Games Tournaments (TGT) mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri. Presentasi kelas dalam Teams Games Tournaments (TGT)  berbeda dari pengajaran biasa, hanya pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit Teams Games Tournaments (TGT)  tersebut. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka dalam turnamen/pertandingan dengan baik dan skor turnamen mereka menentukan skor timnya.

  1. Tim

Setiap tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogennitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, status sosial, dan suku. Petunjuk yang dapat digunakan untuk menetapkan anggota tim adalah sebagai berikut:

  1. Meranking siswa.

Setelah daftar siswa dalam kelas diperoleh dicari informasi tentang kemampuan siswa yang dapat diperoleh dari skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau raport siswa sebelumnya. Siswa diurutkan dengan meranking dari yang berkemampuan tinggi ke kemampuan rendah. Jika sulit meranking dengan tepat maka digunakan informasi apapun yang dimiliki termasuk pendapat sendiri dan memilih hal terbaik yang dapat diperbuat.

  1. Menentukan banyaknya tim.

Pedoman yang dapat digunakan dalam menentukan banyaknya tim adalah memperhatikan banyaknya anggota setiap tim dan banyak siswa dalam kelas.

  1. Penyusunan anggota tim.

Penyusunan anggota tim berdasarkan daftar siswa yang sudah diranking. Diupayakan setiap tim terdiri dari siswa yang tingkat kemampuannya tinggi, sedang, rendah sehingga antara tim yang satu dengan tim yang lain rata-rata kemampuannya seimbang. Penyebaran siswa pada setiap tim juga harus memperhatikan jenis kelamin dan kinerja siswa. Dengan demikian keseimbangan antara anggota tim dapat tercapai.

 Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih spesifik untuk mempersiapkan semua anggota tim supaya dapat mempelajari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan mengerjakan soal-soal dalam turnamen dengan baik. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila anggota tim membuat kesalahan. Aturan dasar yang berkaitan dengan bagian bekerja sama dalam tim adalah sebagai berikut:

  • Siswa tetap berada dalam tim.
  • Mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru.
  • Memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu tim.
  • Berbicara dengan pelan dan sopan.
  • Kerja tim tersebut merupakan ciri terpenting Teams Games Tournaments (TGT). Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan tim yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh yang berarti pada hasil belajar. Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan tim. Turnamen adalah saat dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau unit setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah berhasil dengan lembar kegiatan siswa. Dalam turnamen 4 atau 5 siswa yang setara dan mewakili tim yang berbeda bersaing dalam turnamen. Persaingan ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria tertentu diberikan penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain.

    Pada tahap pertama yaitu presentasi kelas, guru menekankan pada apa yang akan dipelajari oleh siswa agar lebih siap dalam mempelajari konsep materi sekaligus menekankan pada siswa bahwa pada pembelajaran kooperatif, belajar adalah memahami arti bukannya menghafal. Presentasi kelas dalam metode pembelajaran TGT berbeda dengan pengajaran biasa. Dalam hal ini guru hanya beberapa saat memberi penguatan selanjutnya siswa harus penuh perhatian, karena apa yang dipelajarinya akan diterapkan dalam kuis, dan skor kuis mereka akan memberikan skor kelompoknya.

    Pada tahap kedua yaitu pembagian kelompok dilanjutkan dengan kegiatan kelompok, empat atau lima orang siswa belajar di dalam kelompok (yang merupakan gabungan dari berbagai tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan etnis) setelah guru menyampaikan pelajaran (bahan bacaan). Siswa bekerja di dalam kelompok dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, disini siswa harus tetap berada dalam timnya, mengajukan pertanyaan kepada tim sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru, memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu tim dan berbicara dengan pelan dan sopan. Selanjutnya dalam turnamen tiga atau siswa yang setara dan mewakili kelompok berbeda bersaing dalam turnamen. Ranking teratas kelompok satu bertanding dengan ranking teratas kelompok yang lain, demikian juga dengan ranking kedua sampai terendah, dengan demikian setiap siswa berkesempatan meraih sukses karena lawan tandingannya sepadan. Dari kompetisi antar kelompok ini masing-masing anggota kelompok dapat menyumbangkan angka kepada kelompoknya. Kelompok yang mengumpulkan skor terbanyak keluar sebagai juara dan berhak mendapatkan penghargaan.

    Metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Tujuan utamanya adalah kerjasama antar sesama anggota kelompok dalam satu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.

    Metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki kelebihan dibandingkan model pembelajaran kooperatif lainnya yaitu mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran seperti kartun, DVD, kartu bridge, dan sebagainya. Kelebihan yang lain yakni meningkatkan rasa percaya diri siswa, terjalin kekompakan hubungan antar anggota dalam kelompok, waktu kegiatan belajar-mengajar lebih singkat dan keaktifan siswa lebih optimal.

    Sebaliknya metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki kekurangan yaitu masih jarang diterapkan dalam pembelajaran dikarenakan belum banyak guru yang menguasai metode tersebut, sukar dimengerti oleh peserta didik jika penerapan hanya beberapa kali, dan memakan waktu yang cukup lama.

    1. Permainan
    2. Turnamen/Kompetisi/Pertandingan
    3. Penghargaan
  1. Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

Pada tahap pertama yaitu presentasi kelas, guru menekankan pada apa yang akan dipelajari oleh siswa agar lebih siap dalam mempelajari konsep materi sekaligus menekankan pada siswa bahwa pada pembelajaran kooperatif, belajar adalah memahami arti bukannya menghafal. Presentasi kelas dalam metode pembelajaran TGT berbeda dengan pengajaran biasa. Dalam hal ini guru hanya beberapa saat memberi penguatan selanjutnya siswa harus penuh perhatian, karena apa yang dipelajarinya akan diterapkan dalam kuis, dan skor kuis mereka akan memberikan skor kelompoknya.

Pada tahap kedua yaitu pembagian kelompok dilanjutkan dengan kegiatan kelompok, empat atau lima orang siswa belajar di dalam kelompok (yang merupakan gabungan dari berbagai tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan etnis) setelah guru menyampaikan pelajaran (bahan bacaan). Siswa bekerja di dalam kelompok dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, disini siswa harus tetap berada dalam timnya, mengajukan pertanyaan kepada tim sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru, memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu tim dan berbicara dengan pelan dan sopan. Selanjutnya dalam turnamen tiga atau siswa yang setara dan mewakili kelompok berbeda bersaing dalam turnamen. Ranking teratas kelompok satu bertanding dengan ranking teratas kelompok yang lain, demikian juga dengan ranking kedua sampai terendah, dengan demikian setiap siswa berkesempatan meraih sukses karena lawan tandingannya sepadan. Dari kompetisi antar kelompok ini masing-masing anggota kelompok dapat menyumbangkan angka kepada kelompoknya. Kelompok yang mengumpulkan skor terbanyak keluar sebagai juara dan berhak mendapatkan penghargaan.

  1. Manfaat dan tujuan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

Metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Tujuan utamanya adalah kerjasama antar sesama anggota kelompok dalam satu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.

  1. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

Metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki kelebihan dibandingkan model pembelajaran kooperatif lainnya yaitu mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran seperti kartun, DVD, kartu bridge, dan sebagainya. Kelebihan yang lain yakni meningkatkan rasa percaya diri siswa, terjalin kekompakan hubungan antar anggota dalam kelompok, waktu kegiatan belajar-mengajar lebih singkat dan keaktifan siswa lebih optimal.

Sebaliknya metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki kekurangan yaitu masih jarang diterapkan dalam pembelajaran dikarenakan belum banyak guru yang menguasai metode tersebut, sukar dimengerti oleh peserta didik jika penerapan hanya beberapa kali, dan memakan waktu yang cukup lama.

Sekian artikel tentang Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) semoga dapat menjadi referensi bagi anda, dan jika artikel ini dirasa bermanfaat silahkan share artikel ini. Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.