Jenis-jenis Pola Asuh – Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Ada banyak jenis-jenis pola asuh orang tua yang sering menjadi pedoman bagi siapa saja yang ingin mencetak generasi paripurna untuk diandalkan bagi kemajuan bangsa ke depannya. Jenis-jenis pola asuh orang tua ini masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda sehingga tergantung bagaimana anda mempraktikkannya sebagai teknik dan pedoman untuk merawat anak dengan pendekatan berbeda pula (Ilahi,2013).
Authotariaan atau otoriter
Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menuntut kepada orang tua. Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain, dan mudah stress (Septiari,2012).
Pola asuh orang tua otoriter atau dictator dimana orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yan dituntun untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan.
Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka, dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawanan dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil keputusan. Pesannta adalah “Lakukan saja karena saya mengatakan begitu” (Wong,2008).
Hukuman tidak selaku berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati-hati sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, yang cenderung untuk menjadi sensitive, cepat lelah dan tunduk. Mereka cenderung menjadi sopan, setia, jujur dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan kekuasaan dictator orang tua disertai dengan supervise ketat dan kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, penggunaan kekuasaan dictator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan menentang dan anti sosial (Wong,2008).
Pola asuh otoriter (Authoriativve Parenting) merupakan gaya pengasuhan, menghukum, memaksa anak mengikuti aturan dan control yang ketat. Orang tua menuntut anak mengikuti perintah-perintahnya, sering memukul anak, memaksakan aturan tanpa penjelasan dan menunjukkan amarah (Soetjiningsih,2012)
Profil perilaku anak : mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, tidak bersahabat (Yusuf,2004). Anak sering murung, sedih, takut, gelisah, mudah marah atau kesal, licik dan bermusuhan, penarikan diri, rentan terhadap stress (Parke dan Virginia,1999)
Permisif atau laissez-faire
Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannnya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak agresif tidak patuh orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri (Septiari,2012)
Pola asuh yang membiarkan (permissive indulgent) merupakan gaya pengasuhan yang mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menetapkan sedikit batas, tidak terlalu menuntut, dan tidak mengontrol mereka. Orang tua membiarkan anak melakukan apa saja yang mereka inginkan sehingga anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu mengharapkan kemauannya dituruti (Soetjiningsih,2012)
Pola asuh permisif atau laissez-faire adalah orang tua memiliki sedikit control atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini kadang-kadang bingung antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksakan standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan merupakan model peran (Wong,2008).
Jika peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan mereka dalam proses pembuatan keputusan. Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak yang merusak rutinitas di rumah. Orang tua jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku di anggap dapat di terima. Anak- anak dari orang tua yang submisis sering kali tidak mematuhi, tidak menghormati, tidak bertanggung jawab, dan secara umum tidak mematuhi kekuasaan ( Wong,2008)
Profil perilaku anak : Bersikap impulsive dan agresif, suka memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasinya rendah (Yusuf,1999). Cepat marah tetapi cepat untuk memulihkan suasana, sedikit mandiri, hidup tanpa tujuan, patuh dan mudah marah (Parke dan Virginia,1999).
Authoritative atau demokratik
Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentinngan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai control diri, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi (Septiari,2012)
Pola asuh otoritatif atau demokratis adalah gaya pengasuhan yang mendorong anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan anak. Jadi orang tua masih melakukan control pada anak tetapi tidak terlalu ketat. Umumnya, orang tua bersikap tegas tetapi mau memberikan penjelasan mengenai aturang yang ditetapkan dan mau bermusyawarah atau berdiskusi (Soetjiningsih,2012)
Pola asuh authoritative atau demokratik adalah orang tua mengombinasikan praktik pengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan dan secara negative menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individialitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsisten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan.
Kontrol difokuskan pada masalah, tidak ada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. Orang tua ini membantu “pengarahan diri pribadi” suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Standar realistis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain (Wong,2008).
Demikian penjelasan singkat tentang Jenis-jenis Pola Asuh semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika berkenan silahkan bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.