Pengertian Kesulitan Belajar – Menurut Abu Ahmadi dalam buku Psikologi belajar, (1999: 74) mengatakan bahwa “dalam keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar”. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 201), kesulitan belajar adalah “suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar”. Selanjutnya Gozali dalam Psikologi Belajar, (1999: 38), mengatakan bahwa “kesulitan belajar adalah kesukaran mendapat perubahan tingkah laku yang di inginkan meskipun latihan telah dilakukan.
Menurut Sasmita (1989: 64) mengatakan bahwa kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang di tandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk memperoleh hasil belajar. Hambatan-hambatan yang timbul itu mungkin disadari dan mungkin tidak disadari oleh orang yang mengalaminya dan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Murid yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada dibawah yang seharusnya atau kemampuannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditegaskan oleh peneliti bahwa; Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam proses pembelajaran yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar terjadi karena adanya ancaman, hambatan-hambatan dan gangguan dalam belajar. Kesulitan belajar terjadi karena kesukaran mendapat perubahan tingkah laku (siswa yang bandel atau nakal). Kesulitan belajar terjadi karena hambatan-hambatan dalam usaha memperoleh hasil belajar, seperti siswa yang malas belajar serta tingkat IQ rendah.
Kemudian hambatan-hambatan tersebut bisa disadari dan bisa tidak di sadari oleh orang yang mengalaminya, hal ini biasanya terjadi pada anak yang mengalami depresi atau tekanan yang disebabkan ada masalah pribadi dalam keluarga. Hambatan-hambatan tersebut dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis. Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, sehingga prestasi yang diperoleh berada dibawah yang seharusnya/kemampuannya.
Menurut Dajamarah (2008: 234), Kesulitan belajar yang dirasakan oleh peserta didik bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :
- Dilihat dari jenis kesulitan belajar terdapat adanya kesulitan yang berat dan sedang.
- Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari, ada yang sebagian mata pelajaran dan ada yang sifatnya sementara.
- Dilihat dari sifat kesulitannya, ada yang sifatnya menetap dan ada yang sifatnya sementara.
- Dilihat dari segi faktor penyebabnya, ada yang karena faktor intelegensi dan ada yang disebabkan karena faktor non-intelegensi
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Gejala-gejala Kesulitan Belajar
Gejala-gejala kesulitan belajar dapat diperlihatkan siswa secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Hardjosuwarno, (1989: 65) mengatakan bahwa gelaja-gejala tersebut adalah :
- Menunjukan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai kelompoknya.
- Lamban dalam mengerjakan tugas-tugas dan selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang disediakan
- Memperhatikan sikap-sikap yang kurang wajar, yaitu sikap acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, berbohong.
- Memperlihatkan gejala-gejala emosional yang kurang wajar, yaitu seperti pemurung, tersinggung, pemarah, kurang gembira, ,malas, suka ngobrol saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa seseorang (siswa) yang mengalami kesulitan belajar dapat dilihat dari tujuan yang akan dicapai dalam mata pelajaran tertentu memperlihatkan hasil atau nilai yang diperolehnya berada dibawah rata-rata nilai yang diperoleh kelompoknya, selalu memerlukan waktu yang relatif lama dbandingkan dengan teman-temannya menyelesaikan tugas-tugasnya dan kepribadian atau tingkah laku yang menyimpang.
Kriteria Kesulitan Belajar
Hadisuparto (1984: 45) mengatakan bahwa berdasarkan gelaja-gejala saja belum dapat dipastikan apakah siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Maka dari itu untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar diperlukan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dimaksud adalah :
Tujuan pendidikan
Setiap mata pelajaran memiliki tujuan. Adapun tujuan yang telah digariskan tersebut diharapkan dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu. Apabila ada siswa yang tidak dapat mancapai tujuan pembelajaran sebagaimana waktu yang telah ditentukan dapat digolongkan sebagai siswa yang mengalami kesuitan belajar.
Menurut Hadisaputro (1984: 46) mengatakan bahwa: “suatu masalah belajar itu ada kalau seseorang siswa itu jelas tidak memenuhi harapan-harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan-harapan yang tercantum sebagai tujuan-tujuan formil dari kurikulum maupun pandangan atau tanggapan dari para guru dan kepala sekolah”. Jadi siswa yang gagal memenuhi tujuan formal menurut sekolah dianggap sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kedudukan dalam kelompok
Masing-masing siswa dapat memperlihatkan suatu prestasi yang berbeda. Menurut Hadisaputro (1984: 46) siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila prestasinya dibawah sebagian besar prestasi teman-teman sekelasnya. Dengan demikian dapat disebut berada dibawah rata-rata kelas, baik untuk mata pelajaran ataupun dalam mata pelajaran tertentu, misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Kemampuan
Menurut Partowisastro dan Hadisaputro (1984: 46) kemampuan adalah tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang , kecerdasan setiap siswa dalam satu kelas berbeda ada yang diatas normal, ada yang normal dan ada yang dibawah normal. Seorang siswa daapat mengalami kesulitan belajar apabila ia tidak dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tingkat kemampuan atau kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah (dalam syaiful Bahri Djamarah, 2002: 201), mengatakan bahwa “Faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangan mampuan psiko-fisik anak didik”, yakni:
- Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik
- Yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti apabila emosi dan sikap.
- Yang bersifat psikomotori (ranah karsa), antara lain terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga), “sehubugan dengan itu, maka dapat dikatakan siswa yang pandai pun dapat mengalami kesulitan belajar jika prestasi belajarnya hanya sama dengan prestasi rata-rata kelasnya.
Kepribadian
Tujuan pendidikan disekolah tidak hanya sekedar berharap terbentuknya siswa-siswa yang cakap dan cerdas, melainkan juga membentuk siswa yang memiliki kepribadian yang utuh, moral yang tinggi dan mamiliki prilaku sosial yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rogers (dalam M. Asrori, 2003: 174) mengatakan bahwa, “moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitanya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang. Prilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban dan keharmonisan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepribadian, moral yang tinggi dan prilaku sosial yang baik sangat menunjang siswa dalam prestasi belajarnya.
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak sudah para ahli mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang yang berbeda sesuai dengan cara pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjaunya dari sudut intern anak didik dan ekstern anak didik.
Menurut Djamarah, (2008: 235) melihat kesulitan belajar dari dua aspek, yaitu dari sudut intern dan ekstern. Menurut faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangan psiko-fisik anak didik, yakni sebagai berikut :
Faktor intern meliputi:
- Yang sifatnya kognitif (ranah cipta), antara lain rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi
- Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap
- Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Faktor ekstern meliputi:
- Lingkungan keluarga, misalnya ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan kehidupan ekonomi keluarga.
- Lingkungan perkampungan/masyarakat, misalnya daerah kumuh dan teman sebaya atau sepermainan yang nakal.
- Lingkungan sekolah, misalnya kondisi sarana prasarana sekolah yang tidak memadai atau berkualitas rendah serta letak sekolah yang dekat dengan pasar sehingga terjadi kebisingan dan mengganggu proses belajar mengajar disekolah.
Faktor penyebab kesulitan belajar menurut Sumardi Suryabata (1996: 249) sebagai berikut ;
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
- Faktor-faktor non sosia, dan
- Faktor-faktor sosial
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Slameto (2010 :54)
- Faktor-faktor fisiologis dan jasmaniah, dan
- Faktor-faktor psikologis
Adapun faktor-faktor tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri manusia, disebut faktor yang terbagi dua kelompok yaitu :Faktor non sosial atau Faktor lingkungan yaitu faktor yang tidak saja berhubungan dengan manusia. Sebagai contoh sesuatu berkenaan dengan :
- Tempat belajar kurang tenang, penerangan yang kurang memadai, lingkungan kurang bersih, ventilasi kurang baik dapat membuat suasana belajar kurang nyaman.
- Waktu belajar yang tidak teratur dan tidak terencana, sehingga menimbulkan kejenuhan, kelelahan dan terganggunya proses pembelajaran.
- Alat pembelajaran yang kurang lengkap, seperti buku paket IPS, gambar-gambar para pahlawan.
Faktor-faktor sosial, yaitu faktor ada hubungan dengan sesama manusia yang meliputi :
- Keluarga
Keadaan keluarga dapat menjadi penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa, seperti :
- Sikap orangtua yang terlalu banyak membebani anak dengan tugas-tugas rumah membuat anak lemah semangat dalam belajar. Perhatian yang kurang, anak kurang mendapat dorongan untuk berprestasi, lepas kasih. Larangan orangtua tidak sesuai dengan kemampuan anak juga dapat menyebabkan kesulitan belajar, karena anak terbebani.
- Suasana rumah
Suasana rumah yang selalu ramai, gaduh dan kacau, hubungan keluarga yang kurang akrab sehingga suasana rumah menjadi tidak nayaman, hal ini akan menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan tenang dirumahnya sendiri.
Keadaan sosial-ekonomi
Kondisi sosial-ekonomi sangat mempengaruhi anak dalam belajar, karena ekonomi yang kurang memadai dapat menyebabkan lemah semangat belajarnya terutama kurang terpenuhinya kebutuhan belajar siswa
Sekolah
Menurut Slameto (2010 :64) kondisi lingkungan sekolah dapat menjadi penghambat dalam belajar, yang termasuk didalamnya adalah :
- Interaksi guru dan murid
- Hubungan guru-murid yang kurang akrab, dapat menyebabkan siswa malu dan enggan dalam bertanya sehingga kurang semangat dalam proses pembelajaran.
- Alat atau media yang kurang memadai, alat pengajaran kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang kurang baik, hal ini menyebabkan siswa mereka-reka dan binggung.
- Guru kadang kala merasa tenganggu , karena mengajar yang lebih dari dua mata pelajaran.
- Hubungan antara siswa
Suasana yang kurang harmonis diantara siswa, dan suasana kelas yang kurang akrab seperti adanya group atau kelompok yang saling bersaing secara tidak sehat atau sama lain, hal ini sangat menghambat dalam proses belajar mengajar.
Perpustakaan kurang berfungsi
Perpustakaaan kurang berfungsi dan kurang memadai, misalnya buku-buku kurang lengkap, pelayanannya kurang memuaskan, tata ruangan kurang nyaman.
Suasana sekolah yang kurang menyenangkan
Suasana bising karena kelas lain sering kosong, kelas bau karena letak kelas dibelakang WC siswa menyebabkan sulit bernafas.
Bimbingan dan Konseling yang tidak berfungsi
Bimbingan dan konseling tidak berfungsi dengan baik
Waktu sekolah dan disiplin yang kurang
Waktu belajar yang sering terganggu bahkan ditiadakan, karena kegiatan-kegiatan selalu diadakan pada hari sabtu serta ketidakdisiplinan siswa, seperti lamban mengerjakan tugas, lonceng sudah berbunyi tetapi siswa masih berkeliaran dikantin dan tidak segera masuk kelas, hal ini merupakan fenomena yang merugikan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Masyarakat
Unsur-unsur masyarakat dapat menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada siswa. Suasana belajar dilingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi perkembangan siswa, misalnya bila lingkungan rajin belajar akan mendorong siswa untuk rajin belajar. Teman bergaul mempengarunhi kepribadian dan sosialisasi siswa, namun tidak jarang lingkungan dan teman bergaul membawa pengaruh yang negatif fan hal ini akan menjadi penghambat belajar bagi siswa.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa, disebut faktor intern, yaitu meliputi :
Faktor psikologis adalah faktor yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Slameto (2010: 55). Adapun yang termasuk dalam faktor psikologis antara lain adalah :
Perhatian
Perhatian menurut Gazali dalam Slameto (2010: 56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Dalam hal belajar agar dapat berhasil baik, maka diperlukan adanya perhatian yang serius terhadap materi pelajaran, tanpa perhatian yang serius tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan.
Minat
Minat menurut Slameto (2010: 57) adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Selain itu minat juga merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. (Djamarah, 2008: 191). Setiap orang memiliki minat yang berbeda walaupun kadang sama. Siswa yang kurang berminat belajar tidak akan tertarik dan hal ini dapat membawa kegagalan dalam belajar.
Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard dan Slameto (2010: 57) adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat merupakan unsur yang mendukung keberhasilan belajar siswa. Pengembangan bakat yang baik akan membawa seseorang berhasil dalam belajarnya, proses belajar akan menjadi lancar jika ada kemungkinan bagi individu untuk mengembangkan bakatnya dan memperoleh keberhasilan, sebaliknya jika siswa kurang/tidak memiliki bakat maka akan mengalami kesulitan belajar.
Emosi
Emosi mempunyai peranan dalam proses belajar seseorang. Kegiatan belajar memerlukan kestabilan emosi. Siswa yang mengalami ketidakstabilan emosi, akan mempengaruhi proses belajar dan dapat mengalami kesulitan belajar.
Faktor fisiologi
Menurut Djamarah (2008: 189) kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, hal ini secara langsung berhubungan dengan keadaan jasmani individu, yang meliputi antara lain :
Kesehatan
Agar dapat belajar dan berkonsentrasi secara optimal terhadap pelajaran diperlukan keadaan kesehatan yang baik. Gangguan penyakit dapat menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan baik, kekurangan gizi akan menyebabkan seseorang lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar menerima pelajaran.
Cacat badan
Keadaan jasmani yang cacat, sangat mempengaruhi orang dalam belajar yang menimbulkan kesulitan dalam belajarnya, seperti kondisi panca indra terutama mata dan telinga, karena sebagian besar proses pembelajaran melalui belajar langsung dengan membaca, melihat contoh, mendengarkan guru menjelaskan, mendengarkan ceramah dalam diskusi.
Demikian postingan singkat tentang Pengertian Kesulitan Belajar semoga dapat menjadi referensi bagi anda dan jika postingan ini bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.
TERIMAKASIH ILMUNYA,SANGAT MEMBANTU SEKALI