Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op – Co-op Co-op adalah sebuah bentuk Group Investigation yang cukup familiar. Metode ini menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya (seperti namanya) untuk mempelajari sebuah topik di kelas (Slavin, 2005: 229).
Co-op Co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya. Metodenya sederhana dan fleksibel. Begitu guru bisa memegang filosofi Co-op Co-op, maka mereka bisa memilih sekian macam cara untuk mengaplikasikan pendekatan ini dalam kelas yang mereka ajari. Walaupun demikian, bila mengikuti sembilan langkah spesifik meningkatkan kemungkinan sukses dari metode ini.
- Langkah ke-1 : Diskusi Kelas Terpusat pada Siswa
Pada awal memulai unit pelajaran di kelas di mana Co-op Co-op digunakan, doronglah pada siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka sendiri terhadap subjek yang akan dicakupi. Serangkaian kegiatan membaca, menyampaikan pelajaran, atau pengalaman dapat dilakukan untuk tujuan ini. Lalu lakukan diskusi kelas yang terpusat pada siswa. Tujuan dari diskusi ini haruslah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran unit pelajaran dengan membuka dan memancing rasa ingin tahu mereka, bukan untuk mengarahkan mereka kepada topik khusus untuk dipelajari. Diskusi harus mengarah pada sebuahpemahaman di antara guru dan semua siswa mengenai apa yangingin dipelajari dan dialami oleh para siswa sehubungan dengan topik yang akan dicakupi.
Waktu yang dibutuhkan untuk langkah pertama ini tergantung pada bagian yang diperluas yang merupakan bagian berbeda disebabkan oleh perbedaan ketertarikan terhadap topik. Pentingnya diskusi terpusat pada siswa yang pertama ini tidak bisa dipandang rendah; Co-op Co-op berpotensi menjadi tidak sukses bagi tiap siswa yang tidak memiliki ketertarikan aktif terhadap topik yang berhubungan dengan unit pelajaran dan yang tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang topik tersebut.
Langkah ke-2: Menyeleksi Tim Pembelajaran Siswa dan Pembentukan Tim
Apabila para siswa belum mulai bekerja dalam tim, aturlah mereka ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota seperti dalam STAD. Gunakan latihan pembentukan tim seperti yang digambarkan dalam Bab 7 atau buatlah mereka mengerjakan unit-unit pelajaran selama beberapa minggu dengan menggunakan STAD atau Jigsaw II sebelum memulai unit-unit pelajaran menggunakan Co-op Co-op. Para siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan kepercayaan yang terbangun sebelum memulai Co-op Co-op.
Langkah ke-3: Seleksi Topik Tim
Biarkan siswa memilih topik untuk tim mereka. Apabila pemilihan topik tim tidak langsung diikuti dengan diskusi kelas berpusat pada siswa, ingatkan siswa (melalui papan tulis, OHP, atau selebaran) topik yang mana yang merupakan topik paling banyak menarik perhatian seluruh kelas. Tunjukkan bahwa tim dapat bekerja sama paling baik dalam menyadari tujuan-tujuan kelas apabila merekamemilih topik yang berhubungan dengan topik yang paling menarik bagi kelas. Doronglah para siswa untuk mendiskusikan beberapa macam topik di antara mereka sendiri supaya mereka dapat memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim mereka.
Sembari tim-tim tersebut mendiskusikan ketertarikan mereka dan mulai menentukanpilihan topiknya, berkelilinglah diantara mereka dan bertindaklah sebagai fasilitator. Apabila dua tim mulai menentukan pilihan pada topik yang sama, anda bisa menunjukkan dan mendorong tim tersebut mencapai kompromi, baik dengan membagi topik tersebut ataupun dengan membuat salah satu anggota tim memilih topik lain yang menarik bagi mereka. Jika tidak ada anggota tim yang memilih topik yang menurut seluruh kelas penting, anda juga bisa menunjukkan hal ini dan mendorong agar siswa merespon kebutuhan tersebut.
Apabila langkah ke tiga dari Co-op Co-op ini sudah diselesaikan dengan baik, maka tiap tim akan mempunyai topiknya masing-masing dan merasa cocok dengan topik tersebut. Selanjutnya guru bisa memfasilitasi kesatuan kelas dengan menunjukkan bagaimana tiap topik tersebut dapat memberikan kontribusi penting kepada tujuan kelas, yaitu menguasai unit pelajaran yang sedang dipelajari.
Langkah ke-4: Pemilihan Topik Kecil
Begitu kelas sebagai sebuah keseluruhan membagi unit pelajaran ke dalam bagian-bagian untuk menciptakan pembagian tugas di antara tim-tim yang ada di kelas, tiap tim membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas diantara anggota tim. Tiap siswa memilih topik kecil yang mencakup satuaspek dari topik tim. Topik kecil ini mungkin saja tumpang tindih, dan anggotatim didorong untuk saling berbagi referensi dan bahanpelajaran, tetapi tiap topik kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha tim.
Keterlibatan gurudalam pemilihan topik kecil bisa bervariasi, tergantung pada tingkat kemampuan siswa. Guru boleh saja meminta supaya topik kecil tersebut sesuai dengan persetujuannya untuk memastikan bahwa topik-topik tersebut sesuai dengan tingkat ketertarikan siswa atau bahan-bahan pendukung yang diperlukan memang ada.
Karena perbedaan dalam kemampuan dan ketertarikan, maka merupakan sesuatu yang natural dan dapat diterima bagi sebagiansiswa untuk berkontribusi lebih besar dari yang lainnya untuk usaha yang dilakukan tim, tetapi semua anggota tim perlu memberikan kontribusipenting. Guru dapat menyelesaikan masalah ini dengan (1) membiarkan siswa mengevaluasi kontribusi dari teman satu timnya; (2) memberikan tugas atau proyek individual kepada siswa yang berkaitan dengan topik kecil mereka; dan (3) memonitor kontribusi individual. Apabila topik kecil telah dipilih dengan benar, tiap siswa akan dapat memberikan kontribusi yang unik kepada usaha kelompoknya, dan oleh sebab itu akan mendapat dukungan temannya untuk menguasai topik kecil mereka.
Langkah ke-5: Persiapan Topik Kecil
Setelah para siswa membagi topik tim mereka menjadi topik-topik kecil, mereka akan bekerja secara individual. Mereka masing-masing tahu akan tanggung jawabnya terhadap topik kecil mereka dan bahwa kelompok tersebut tergantung pada mereka untuk menemukan aspek penting dari usaha yang dilakukan tim.
Topik kecil memiliki beberapa macam bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat pelajaran unit di kelas yang akan dipelajari. Persiapannya bisa saja melibatkan penelitian kepustakaan, pengumpulan data melalui wawancara atau eksperimen, menciptakan proyek individual, atau sebuah kegiatan ekspresif seperti melukis atau menulis. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam ketertarikan yang semakin kuat karena para siswa tahu mereka akan membagi hasil karyanya dengan teman satu timnya dan bahwa hasil kerja mereka akan memberikan kontribusi terhadap presentasi tim.
Langkah ke-6: Presentasi Topik Kecil
Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual mereka mempresentasikan topik kecil mereka kepada teman satu timnya. Tahap ini sama seperti laporan tim Jigsaw. Presentasi topik kecil di dalam tim haruslah bersifat formal. Yaitu tiap anggota tim diberikan waktu khusus, dan berdiri ketika mempresentasikan topik kecilnya.
Presentasi dan diskusi topik kecil di dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat membuat semua teman satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh masing-masing anggota tim. Mengikuti presntasi tersebut, anggota tim mendiskusikan topik tim seperti sebuah panel para ahli. Para siswa tahu bahwa topik kecil tersebut, bagaikan sepotong bagian teka-teki, dan harus ditempatkan secara bersama-sama dalam sebuah keseluruhan yang koheren untuk menghasilkan presentasi tim dihadapan kelas yang baik. Interaksi dengan sesama teman dalam mengerjakan topik yang sama menciptakan sebuah kesempatan munculnya sebagain inti pembelajaran yang paling penting.
Selama presentasi topik kecil, pembagian tugas di dalam tim bisa didorong supaya ada satu anggota tim yang mencatat, yang lainnya hanya mengkritik, yang lain lagi memberi dukungan, dan yang lain lagi memeriksa poin-poin yang mencapai titik temu dan yang tidak dari informasi yang dipresentasikan. Mungkin saja disediakan waktu khusus untuk memberikan umpan balik; para siswa boleh melaporkan kembali kepada tim setelah mereka meneliti, mengulangi, atau berpikir kembali topik kecil mereka sebagai bentuk respons terhadap umpan balik yang mereka terima dari tim. Anggota tim didorong untuk membiarkan teman satu timnya tahu pertanyaan mana yang berkaitan dengan topik kecil tersebut yang belum menjawab; anggota tim bertanggung jawab terhadap kelompok mereka.
Langkah ke-7: Persiapan Presentasi Tim
Para siswa didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim. Disana harus ada sintesis aktif dari topik-topik kecil tersebut supaya selama diskusi presentasi tim akan menjadi lebih dari sekedar sekumpulan presentasi kelompok kecil. Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis materi topik kecil. Presentasi panel di mana tiap anggota melaporkan topik kecil mereka sangat dianjurkan, karena mungkin saja terdapat kesalahan yang akan membuat gagalnya pencapaian tingkat sistesis kooperatif tertinggi.
Bentuk presentasi tersebut haruslah ditentukan berdasarkan konten materinya. Misalnya, bila sebuah kelompok tidak dapat mencapai kesepakatan, maka bentuk ideal presentasi mereka adalah mempresentasikan debat kehadapan kelas. Format-format yang sifatnya bukan pengajaran langsung seperti memamerkan, mendemonstrasikan, pusat pembelajaran, lakon singkat, dan diskusi kelas yang dipimpin tim adalah contoh-contoh bentuk presentasinya yang dianjurkan. Penggunaan papan tulis, OHP, media-media audio visual, dan selebaran juga dianjurkan.
Langkah ke-8: Presentasi Tim
Selama waktu presentasinya, tim memegang kendali kelas. Semua anggota tim bertanggung jawab pada bagaimana waktu, ruang, dan bahan-bahan yang ada di kelas digunakan selama presentasi mereka; mereka sangat dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya fasilitas-fasilitas yang ada di kelas. Karena tim mempunyai kesulitan dalam mengelola waktu, guru biasanya harus menunjukkan seorang pengatur waktu yang bukan berasal dari anggota tim yang sedang berpresentasi. Pengatur waktu tersebut memegang kartu peringatan apabila waktu yang tersisa hanya tinggal lima menit, satu menit, atau sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa.
Dalam presentasi mereka tim boleh saja memasukkan sebuah periode tanya-jawab dan/atau waktu untuk memberikan komentar dan umpan balik. Sebagai tambahan, mengikuti presentasi tersebut guru mungkin akan merasa perlu memimpin sesi dan/atau mewawancara tim supaya tim lainnya dapat mempelajari sesuatu mengenai apa yang terlibat dalam pembangunan presentasi tersebut. Biasanya tim yang sukses akan dipandang sebagai model. Selama sesi wawancara setelah presentasi ini, guru memberikan strategi yang mungkin berguna bagi tim lainnya dalam unit-unit Co-op Co-op berikutnya.
Langkah ke-9: Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan: (1) pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas; (2) kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh teman satu tim; dan (3) pengulangan kembali materi atau presentasi topik kecil oleh tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa. Mengikuti tiap presentasi, guru boleh saja memandu diskusi kelas mengenai unsur-unsur yang paling kuat dan lemah dalam konten dan format presentasi tersebut. Bentuk-bentuk evaluasi formal kadang kala juga digunakan bagi anggota tim dan kontribusi tim.
Demikian artikel singkat tentang Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op semoga dapat dijadikan referensi bagi anda, dan jika artikel ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan share/bagikan artikel ini. Terima kasih telah berkunjung.