Pengertian Metode Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual), Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru yang alam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang baik diperlukan untuk dapat melakukan proses belajar dengan baik. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengakses informasi salah satunya melalui pendekatan SAVI.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Adapun unsur-unsur pembelajaran SAVI yang dipaaprkan oleh Dave Meier antara lain:
- Somatic : belajar dengan bergerak dan berbuat
- Auditory : belajar dengan berbicara dan mendengar
- Visual : belajar dengan mengamati
- Intelectual : belajar dengan memecahkan masalah
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki peserta didik. SAVI adalah kependekan dari; somatic gerakan tubuh(hands on, aktivitas fisik cara belajar dengan mengalami dan melakukan, auditory yang bermakna belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, menaggapi. Visual yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Dan intelectual yang bermakna belajar haruslah dengan menggunakan kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan.
Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berdasar Aktivitas (BBA). Belajar Berdasar Aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin. Dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar, mengajak seseorang untuk bangkit dan bergerak akan menyegarkan tubuh, meningkatkan pendekatan otak dan dapat berpengarh positif pada saat belajar.
Prinsip Dasar Metode Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)
Dari hasil penelitiannya, Dave Meier mengungkapkan bahwa manusia memiliki empat dimensi yaitu tubuh/somatic, pendengaran/auditory, penghilatan/visual, dan pemikiran/intelectual. Dikarenakan pendekatan SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning. Meier mengungkapkan prinsip-prinsip dasar pembelajaran SAVI antara lain:
Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indera dan sarafnya.
Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh peserta didik melainkan sesuatu yang dicipta oleh peserta didik. Pembelajaran terjadi ketika seorang peserta didik memadukan pengetahuan dan keterampilan baru dan pola interaksi elektronika baru di dalam sistem otak atau tubuh secara menyeluruh.
Kerjasama membantu proses
Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial, kita biasanya belajar lebih banyak berinteraksi denga kawan-kawan dari pada yang kita pelajari dengan cara lain dimanapun. Persaingan diantara peserta didik memperlambat pembelajaran akan tetapi kerjasama diantara mereka dapat mempercepat suatu komunitas belajar selau lebih baik hasilnya dari pada beberapa individu yang belajar sendiri.
Pembelajaran langsung pada banyak tingkatan secara simultan
Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linier, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik dengan melibatkan banyak orang pada tingkatan secara simultan (sadar, dan bawah sadar, mental dan fisik). Dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indera, jalan dalam sistem total otak atau tubuh seseorang.
Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik)
Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit di ingat dan mudah menguap. Pengalaman yang nyata/konkrit dapat menjadi guru yang jauh lebih baik dari pada sesuatu yang masih berupa hipotesa dan abstrak, asalkan di dalamya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, meneruskan dan menerjunkan kembali.
Emosi dan dapat membantu pembelajaran
Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi sampainya hasil belajar dan perasaan positif mempercepat berhasilnya tujuan belajar. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan tidak dapat mengungguli prosentase hasil belajar yang dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, santai dan menarik hati.
Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis
Sistem saraf manusia lebih baik merupakan prosesor citra dari pada prosesor kata. Gambar konkrit jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan dari pada abstraksi verbal, menterjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambaran konkrit akan membuat abstraksi itu lebih cepat dipelajari dan lebih mudah di ingat.
Pelaksanaan Strategi Metode Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)
Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan metode SAVI ini sebagai berikut:
Belajar akan Efektif dalam Keadaan “Fun” (menyenangkan)
Salah satu teori tenteng otak yang banyak dikupas dalam pendidikan adalah apa yang disebut Dave Meier dalam bukunya, The Accelerated Learning Hand Book, sebagai Teori Otak Triune. Teori ini menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu otak reptile, otak tengah (sistem limbik), dan otak berpikir (neokorteks). Jika perasaan peserta didik dalam pembelajaran positif (gembira, senang), maka pikiran peserta didik akan “naik tingkat” dari otak tengah ke neokorteks (otak berpikir). Inilah yang dimaksud dengan belajar akan efektif. Sebaliknya, manakala perasaan peserta didik dalam keadaan negatif (tegang, takut) sebagaimana yang dikisahkan pada awal tulisan ini Pembelajaran Meliteristik maka pikiran peserta didik akan “turun tingkat” dari otak tengah menuju otak reptile. Pada situasi ini belajar tidak akan berjalan dengan lancar atau bahkan berhenti sama sekali.
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif, diantaranya:
- Bermain dengan kata, misalnya tebak kata, nama daerah dan sebagainya.
- Bermain dengan pertanyaan, misalnya: dengan memancing keingintahuan dengan berbagai pertanyaan, setiap kali muncul pertanyaan kejar dengan jawaban, sehingga didapatkan hasil yang paling akhir/kesimpulan.
- Bermain dengan gambar, misalnya: membuat gambar, merancang atau melihat gambar.
- Bermain dengan musik, misalnya: mengubah kalimat ke dalam intonasi musik.
Belajar adalah Berkreasi, Bukan Mengkonsumsi
Sudah bukan waktunya peserta didik belajar dengan disuapi, akan tetapi ia harus mencari dan menciptakan sendiri. Pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru. Oleh karena itu, pada saat merancang pembelajaran, guru harus memikirkan apa yang akan dilakukan peserta didik, bukan apa yang dilakukan oleh guru.
Apabila guru masih mempertahankan pembelajaran konsumtif dengan metode unggulannya ceramah, maka kemampuan siswa menurut Winarno Surakhmad, akan sedikit lebih tinggi dari kemampuan seekor monyet yang pandai. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip mengajar yaitu menyampaikan pengetahuan kepada siswa agar menjadi manusia yang tahu, memahami dan mengaplikasikan ilmunya dengan berprilaku positif berpegang pada konsepsi akademik, menanamkan persaingan antara siswa secara obyektif, dan menguasai kelas.
Belajar yang baik itu bersifat sosial
Belajar dalam suatu kelompok kecil akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan belajar dalam individual (sendiri). Banyak riset yang membuktikan bahwa keefektifan belajar dalam suatu kelompok membuahkan hasil yang signifikan, bahkan keberhasilannya berlipat- lipat jika dilakukan secara berkelompok daripada belajar secara individual.
Belajar yang Baik Juga Bersifat Multi Inderawi
Banyak gaya belajar yang dipilih oleh peserta didik, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Kita tidak dapat memaksakan suatu gaya belajar yang bukan gayanya kepada seorang siswa. Setidaknya ada tiga gaya belajar yang umum yang banyak dipilih oleh seseorang, yaitu gaya visual, gaya auditorial dan gaya kinestetik. Dengan melibatkan seluruh indera dalam pembelajaran, semua gaya belajar itu akan terlayani. Kalau semua peserta didik terlayani dengan baik, maka belajar akan berjalan efektif.
Belajar terbaik adalah dalam keadaan Alfa
Otak manusia bekerja pada gelombang atau frekuensi tertentu, layaknya stasiun televisi dan gelombang radio. Ketika kita dalam keadaan terjaga atau sadar penuh, otak bekerja pada gelombang Beta. Manakala kita sedang waspada relaks, otak bekerja pada gelombang Alfa. Otak kita akan bekerja pada gelombang Theta jika kita mengangguk atau hampir tertidur. Dan pada saat tertidur pulas, otak kita akan bekerja pada frekuensi Delta. Mengapa belajar terbaik itu pada frekuensi Alfa? Karena sebagian besar memori kita disimpan dipikiran bawah sadar. Dan yang dapat menghantarkan memori kepikiran bawah sadar adalah gelombang Alfa. Lalu bagaimana mencapai kondisi Alfa? Dengan meditasi atau dengan mendengarkan musik.
Dengan adanya penerapan ini diharapkan dapat membawa pengaruh bagi kelancaran proses belajar mengajar terutama pada bidang Aqidah Akhlak sehingga dapat mempermudah proses pembelajaran menjadi kreatif dan memberikan pemahaman yang lebih kepada peserta didik saat materi pengajaran diajarkan serta dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, karena pada intinya proses pembelajaran yang bersifat “monoton” akan jauh lebih sulit difahami oleh siswa dari pada pembelajaran yang bersifat “fun” (menyenangkan).
Langkah-langkah Penerapan Metode Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)
Tahapan-tahapan metode pembelajaran SAVI
Berdasarkan prinsip-prinsip SAVI, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode SAVI adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah dalam menyusun kerangka perencanaan pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan dikelompokkan dalam empat tahap yaitu: persiapan, penyampaian, pelatihan dan
penampilan hasil. Kreasi apapun guru perlu dengan matang, dalam keempat tahap tersebut.
Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat peserta didik, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi yang optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut:
- Memberikan sugesti positif
- Memberikan pernyataan yang memberi manfaat pada peserta didik
- Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
- Membangkitkan rasa ingin tahu
- Menciptakan lingkungan fisik yang positif
- Menciptakan lingkungan emosional yang positif
- Menciptakan lingkungan sosial positif
- Menenangkan rasa takut
- Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
- Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
- Merangsang rasa ingin tahu peserta didik
- Mengajak peserta didik ikut terlibat penuh sejak awal
Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru:
- Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
- Pengamatan fenomena dunia nyata
- Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
- Presentasi interaktif
- Grafik dan sarana yang presentasi berwarna-warni
- Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
- Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim
- Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
- Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
- Pelatihan memecahkan masalah.
Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
- Aktivitas pemrosesan peserta didik
- Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
- Simulasi dunia nyata
- Permainan dalam belajar
- Pelatihan aksi pembelajaran
- Aktivitas pemecahan masalah
- Refleksi dan artikulasi individu
- Dialog berpasangan atau kelompok
- Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
- Aktivitas praktis membangun keterampilan
- Mengajar balik.
Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah :
- Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
- Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
- Aktivitas penguatan penerapan
- Materi penguatan persepsi
- Pelatihan terus menerus
- Umpan balik dan evaluasi kinerja
- Aktivitas dukungan kawan
- Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Langkah-langkah metode pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)
- Siswa membaca materi pelajaran yang akan dipelajari dengan suara keras (A)
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, 4-5 anggota pada setiap kelompok (S)
- Siswa / setiap kelompok mengamati media gambar yang diberikan oleh guru dan mendiskusikannya (V)
- Setiap kelompok mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya didepan siswa yang lain sesuai dengan materinya (I)
Daftar Pustaka
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 65
Dave Meier, The accelerated learning…., h. 54-55
M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: Pinus, 2006), h.
153-154
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: RaSAIL Media Group, 20008)
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, h. 65.
Demikian penjelasan singkat tentang Pengertian Metode Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung