Pengertian Kemampuan Berpikir Analitis – Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Sedangkan berpikir adalah melatih ide-ide, dengan cara yang tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah. Berpikir merupakan aktivitas psikis yang intensional dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Dengan demikian, bahwa dalam berpikir itu seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi.
Para ahli logika mengemukakan adanya tiga fungsi dari berpikir, yakni: membentuk pengertian, membentuk pendapat/ opini, dan membentuk kesimpulan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir adalah kecakapan seseorang menggunakan daya pikirnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam proses belajar maupun dalam kehidupan pada umumnya melalui tranformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks.
Kemampuan berpikir yang penting dikuasai oleh siswa salah satunya adalah kemampuan berpikir analitis (analytical thinking). Berpikir secara analitis diperlukan terutama dalam memecahkan suatu masalah. Namun, diperlukan teknik dan kerangka kerja yang sistematis (systematic framework) untuk mempercepat penemuan solusi terhadap masalah tersebut. Analitis adalah sifat dari analisis. Analisis merupakan komponen dari ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: pengetahuan (knowledge); pemahaman (comprehension); dan aplikasi (application; analisis (analysis); sintesis (synthesis); dan evaluasi (evaluation).
Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan, dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Analisis juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu suatu masalah (soal) menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga aspek sebelumnya. Dengan analisis, diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif. Kemampuan analisis diklasifikasikan Benjamin S. Bloom ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) analisis unsur (kemampuan merumuskan asumsi- asumsi, mengidentifikasi unsur-unsur penting dan membedakan antara fakta dan nilai); 2) analisis hubungan (kemampuan mengenal unsur-unsur dan pola hubungannya); 3) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi (kemampuan menganalisis pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi).
Menurut Abd. Rachman Assegaf, kemampuan analisis adalah kemampuan memerinci materi informasi kedalam beberapa komponen memeriksa, dan mencoba untuk mengetahui strutur organisasinya untuk mengembangkan kesimpulan yang berbeda dengan mengidentifikasi motif atau penyebabnya, membuat kesimpulan atau menemukan bukti- bukti yang mendukung generalisasi, merincinya, menghubungkan, membuat diagram, membedakan, memisahkan, mengistimewakan, memfokuskan, menggambarkan, menyimpulkan, membatasi, membuat garis besar, menunjukkan, membuat preoritas, mengenal, dan membaginya.
Kemampuan berpikir analitis digunakan siswa untuk menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasarkan perasaan atau tebakan. Untuk dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.
Langkah-langkah berpikir analitis pada intinya dimulai dari suatu permasalahan yang akan diselesaikan dengan tahapan yang logis dan masuk akal, sistematis, dan berdasarkan bukti dan verifikasi sehingga kesimpulan dari penyelesaian permasalahan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan siswa untuk menguraikan atau memisahkan suatu hal kedalam bagian-bagiannya dan dapat mencari keterkaitan antara bagian- bagian tersebut sehingga situasi atau keadaan menjadi lebih jelas.
Kategori Proses Kemampuan Berpikir Analitis
Tujuan-tujuan pendidikan yang termasuk kedalam kategori menganalisis adalah tujuan-tujuan pengajaran seperti: agar siswa belajar untuk menentukan suatu informasi yang relevan atau penting dari suatu (proses membedakan), agar para siswa dapat menentukan cara pengorganisasian suatu pesan (proses mengorganisasi), dan agar para siswa dapat menentukan tujuan yang mendasari pesan tersebut (proses menghubungakan). Adapun penjelasan dari ketiga kategori proses menganalisis tersebut adalah sebagai berikut, yaitu:
Proses membedakan
Proses membedakan ini merupakan proses membedakan bagian- bagian penyusun dari suatu kesatuan hal. Pembedaan tersebut dilakukan berdasarkan tingkat relevansi dan tingkat pentingnya bagian-bagian tersebut.42 Proses membedakan ini terjadi ketika saat seorang siswa mampu memisahkan informasi yang relevan dari yang tidak relevan, atau yang penting dari yang tidak penting dan kemudian mampu untuk memperhatikan atau berfokus pada informasi yang relevan atau penting saja.
Proses mengorganisasi
Proses mengorganisasi adalah mengidentifikasi elemen-elemen suatu bentuk komunikasi atau situasi dan menggali cara hubungan elemen-elemen tersebut dapat disusun menjadi satu kesatuan struktur yang koheren. Proses mengorganisasi ini biasanya terjadi bersamaan dengan proses membedakan. Para siswa pertama-tama mengidentifikasi elemen-elemen yang penting atau relevan terlebih dahulu dan kemudian menentukan bentuk struktur atau kesatuan keseluruhan dari elemen-elemen tersebut.
Proses menghubungkan
Proses ini terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk menegaskan sudut pandang, penyimpangan, nilai-nilai, atau maksud dari suatu bentuk komunikasi. Didalamnya para siswa menentukan maksud dari peneliti materi yang diberikan kepada siswa tersebut. Berbeda dengan proses mengartikan yang mengharuskan para siswa untuk juga memahami materi yang diberikan kepada mereka, proses menghubungkan ini juga mencakup perluasan diluar kategori memahami guna menduga maksud atau sudut pandang yang terkandung dalam suatu materi yang disajikan.
Klasifikasi Kemampuan Berpikir Analitis
Menurut Shodiq Abdullah, kecakapan-kecakapan yang termasuk klasifikasi kemampuan berpikir analitis adalah:
- Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau pertanyaan- pertanyaan dengan menggunkan kriteria analitik tertentu.
- Dapat meramalkan sifat-sifat khusus terentu yang tidak disebutkan dengan jelas.
- Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.
- Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunkan kriteria seperti relevansi, sebab akibat dan peruntutan.
- Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi yang dihadapinya.
- Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya.
Karakteristik Kemampuan Berpikir Analitis
Memiliki kemampuan berpikir analitis yang baik memang sangat membantu dalam berbagai aspek kehiduan, terutama dalam dunia pendidikan, politik, dan ekonomi. Berpikir analitis itu suatu bentuk pemikiran yang reflektif dengan menekankan pemikiran tentang apa yang harus dipercaya dan dilakukan untuk mambuat suatu keputusan yang tepat. Berikut karakteristik kemampuan berpikir analitis:
- Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis tentang apa yang akan diterima atau apa yang akan dilakukan dengan penalaran logis.
- Standar penilaian sebagai hasil dari berpikir analitis dalam membuat keputusan.
- Menerapkan berbagai strategi terstruktur dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar sebelum melakukan suatu kegiatan.
- Mencari dan mengumpulkan informasi dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai bukti untuk mendukung penilaian yang anda lakukan.45
Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Analitis
Tidak semua orang mampu memiliki kemampuan pemikiran analitis dengan baik, walaupun mereka sama-sama memiliki otak untuk berpikir. Orang yang memiliki kemampuan berpikir analitis dengan baik akan memiliki kepribadian yang baik pula dan sudah diketahui sejak dia masih kecil, seperti rasa ingin tahu, cepat tanggap dan suka membaca. Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir analitis adalah sebagai berikut:
- Menggunakan bukti dengan benar dan seimbang
- Mengatur dan mengekspresikan ide-ide dengan singkat dan jelas
- Membedakan antara kesimpulan logis yang sah dengan kesimpulan yang cacat
- Bisa membuat kesimpulan pada bukti yang cukup untuk mendukung keputusan
- Memahami perbedaan antara pemikiran dan penalaran
- Menghindari kemungkinan konsekuensi dari tindakan
- Memahami tingkat kepercayaan
- Melihat kesamaan dan analogi secara mendalam
- Mampu belajar dan melakukan apa yang mereka inginkan pada mereka sendiri
- Menerapkan teknik diberbagai bidang pemecahan masalah
- Mampu menyusun masalah dengan teknik formal dan menggunakannya untuk memecahkan masalah.
- Dapat mematahkan pendapat tidak relevan dan merumuskan esensi.
- Peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan yang intensitas.
- Menghindari kenyataan bahwa pemahaman seseorang terbatas, bahkan terhadap orang-orang yang tidak bertindak penyelidikan meskipun.
- Untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan bias pendapat satu kemugkinan pendapat dan bahaya yang mendukung pendapat pribadi..
Sekian Postingan singkat tentang Pengertian Kemampuan Berpikir Analitis semoga dapat menambah wawasan anda dalam hal penelitian. Jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.