Pengertian, kelebihan dan kekurangan Peta Konsep – Carrol dalam Trianto (2007:158), mendefinisikan “konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok subjek atau kejadian”.
Lebih lanjut, Martin dalam Trianto (2007: 159) mengatakan bahwa “Peta Konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama”. Jadi, konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam materi tersebut harus ditentukan pokok utamanya (ide utama) dan ide-ide penyunjang (ide sekunder). Ide utama atau pun ide sekunder dalam penelitian ini merupakan masalah yang harus di pecah bersama pada kegiatan belajar mengajar oleh guru dan siswa.
Dalam saat proses pembelajaran berlangsung, hendaknya guru dan siswa terfokus ke masalah (subjek/kejadian) yang telah ditentukan, yaitu materi pembelajaran yang akan dipelajari bersama. Dalam hal ini, materi tersebut adalah Konstitusi di Indonesia dan penyimpangannya. Jadi, agar hasil belajar tersebut sesuai dengan yang diinginkan maka hendaknya dalam memecahkannya harus lebih terarah dan terfokus kepada subjek tersebut (materi pembelajaran yang telah ditentukan, yaitu Konstitusi di Indonesia dan penyimpangannya).
Artinya, kefokusan dalam proses pembelajaran harus terfokus kepada subjek (materi pembelajarannya) saja, dan cakupan materi lain (materi yang tidak ada hubungan dengan materi yang akan disampaikan tersebut) harus diabaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan penggunaan peta konsep dalam penelitian ini adalah bagaimana peneliti (seorang guru) dalam menghubungkan sebuah konsep tunggal (ide pokok) dengan konsep-konsep lainya (ide sekunder).
Artinya, apabila dikaitkan dengan penelitian ini bagaimana seorang peneliti (guru) mengaitkan atau membuat hubungan antara ide utama, yaitu materi “Konstitusi di Indonesia dan penyimpangannya” dengan ide sekunder (ide penyunjang), yaitu semua sub bahasan atau isi yang ada dalam materi Konstitusi di Indonesia dan penyimpangannya.
Ciri-ciri peta konsep
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar dalam Trianto (2007:159), mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
- Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
- Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari suatu bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep.
- Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.
- Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuknya suatu hirarki pada konsep tersebut.
Berdasarkan ciri tersebut di atas maka sebaiknya peta konsep di susun secara hirarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Arti, sebuah konsep yang ada apabila di susun secara hirarki dari ide utama sampai ke ide penyunjangnya, maka konsep tersebut akan terbentuk seperti peta konsep. Ide-ide yang ada akan terhubung dari yang satu ke yang lainnya.
Ada pun penjelasan mengenai muatan yang ada dalam ciri-ciri peta konsep di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:
- Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi. Artinya, subjek (materi pelajaran) yang ingin diajarkan guru kepada siswa dapat berjalan dengan mudah karena telah di perlihatkan dan terlampir terlebih dahulu dalam sebuah peta konsep tersebut. Sebelum siswa membaca isi atau muatan materi pembelajaran tersebut, mereka terlebih dahulu telah mengetahui garis-garis besar materi pembelajaran yang ada dalam peta konsep.
- Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari suatu bidang studi. Artinya, materi yang ada dan ingin disampaikan dalam peta konsep tersebut merupakan suatu gambaran dari materi pelajaran yang sebenarnya. Materi yang telah dituangkan atau dilampirkan dalam peta konsep adalah jiplakan dari materi yang sesungguhnya, karena materi pembelajaran yang ada dalam peta konsep tersebut sudah dimodifikasi oleh pembuat peta konsep tersebut.
- Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Artinya, masalah atau subjek (materi pelajaran) yang ada dalam peta konsep tersebut bobotnya tidaklah sama, karena antara ide utama dengan ide penyunjang (ide sekunder) mempunyai tingkatan yang berbeda. Ide utama merupakan sebuah subjek atau topik yang menjadi dasar (patokan) dalam penjelasan sebuah peta konsep. Sedangkan ide sekunder (penyunjang) merupakan sebuah konsep yang dapat membantu dalam menjelaskan ide utama (topik) pembelajaran yang akan di bahas bersama.
- Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuknya suatu hirarki pada konsep tersebut. Artinya, apabila dalam proses pembelajaran lebih banyak konsep yang ingin disampaikan maka pembuatan peta konsep tersebut harus tersusun secara hirarki menurut tingkatannya. Dalam hal ini, pembuat peta konsep harus mengetahui mana yang ide utama dan mana ide sekunder (penyunjangnya).
Macam-Macam Peta Konsep
Menurut Nur dalam (Trianto, 2007: 161-164), Peta Konsep ada empat macam, yaitu Pohon Jaringan (Network Tree), Rantai Kejadian (Events Chain), Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map), dan Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map).
Pohon Jaringan (Network Tree)
Pohon Jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: menunjukkan sebab-akibat, suatu hirarki, prosedur yang bercabang, dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
Contoh Peta Konsep Pohon Jaringan (Network Tree)
Rantai Kejadian (Events Chain)
Nur dalam Trianto (2007: 162) mengemukakan, bahwa peta konsep Rantai Kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-pertama temukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok memberikan tahap-tahap dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu urutan kejadian.
Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map)
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
Contoh Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map)
Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map)
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) tidak menurut hirarki, (b) kategori tidak paralel, dan (c) hasil curah pendapat.
Contoh Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map)
Keunggulan Peta konsep atau Concept Map
Keunggulan Concept Map terletak pada pemahaman yang terwakili di dalam concept map yang dihasilkan, pada proses pembuatan Concept Map-Concept Map, dan di dalam potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang lebih antara guru dengan siswa.
Concept Map adalah satu teknik pendidikan yang penuh kekuatan karena baik siswa mau pun guru dapat membuat dan berbagai Concept Map-Concept Map agar tercipta berbagai pengertian / pemahaman tentang topik. Dalam realitas, sesorang mungkin berusaha menjelaskan struktur kognisinya dengan banyak cara, termasuk narasi bicara, ringkasan tertulis, dan pembicaraan formal dan informal. Keterbatasan format-format itu terletak pada garis lurus yang membatasi kapasitas untuk menggambarkan secara utuh hubungan-hubungan yang di buat seseorang antara dan di antara konsep-konsep. Dengan sebuah Concept Map, hubungan secara eksplisit dinyatakan dan semua inter-koneksi di antara satu konsep dengan yang lain di dalam peta konsep dapat di lihat pada sekaligus.
Proses aktualisasi pemetaan konsep-konsep menuntut individu untuk menetukan hirarki konsep-konsep, memilih konsep-konsep untuk disaling-hubungkan, dan melukiskan tabiat yang tepat kesaling-hubungan di antara konsep-konsep itu. Sesaat menghasilkan sebuah peta konsep, ini adalah sebuah proses aktual pengkonstruksian peta yang mendororng siswa mengkonstruksikan arti-arti.
Concept Map dapat membantu memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan antara guru (yang lebih berkuasa) dengan siswa (yang kurang berdaya). Dalam pandangan siswa, ada dua potensi penting dalam satu keadaan yang kurang berdaya dari pada guru yang lebih berkuasa:
- Menahan usaha-usaha hegemonitas (sejenis) guru,
- Melepaskan semua tuntutan untuk berkuasa, melepaskan pengawasan (kontrol) dan rasa tanggung jawab hanya semata di tangan guru. Proses pemetaan konsep memberikan siswa sejumlah kemerdekaan. Mengurangi kemungkinan siswa melawan dan mensabotase (tergantung pasif).
Kelemahan Peta Konsep
IMHO (In My Humble Opinion) kelemahan dari peta konsep adalah:
- bila seseorang terlalu banyak menggunakan kata kunci/ gambar kunci (key word/ key image), kode (asosiasi) yang hanya di mengerti oleh si pembuat, maka orang lain akan kesulitan untuk memahaminya. Hal ini memang dianjurkan oleh pakem Mind Map, peta konsep harus di buat sepribadi mungkin dan itu akan menempel kuat di otak sang pembuatnya.
- cara berpikir seseorang akan menjadi divergen dan ini bisa menjadi kelemahan dan juga sekaligus kekuatan. Kelemahan karena ia akan menjadi kurang fokus pada satu masalah. Kekuatan karena ia terus akan menggenerate ide dari apa yang sudah terlihat di kertas dan menambahkan ide-ide baru yang muncul dikepalanya (otak kanan). Perlu di latih agar ia bisa fokus untuk menganalisis (otak kiri): kelogisan ide-ide yang telah muncul, detil dari sebuah cabang peta konsep.memerlukan 2-3 kali penggambaran ulang agar peta konsep bisa terlihat lebih rapih dan artistik (bila menggunakan kertas dan pensil/spidol warna), kecuali pakai bantuan program komputer seperti FreeMind,MindManager.
Fungsi Peta Konsep
Beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan oleh guru dalam memanfaatkan peta konsep antara lain:
- bahan diskusi kelas;
- bahan tanya-jawab secara klasikal;
- untuk presentasi;
- acuan diskusi kelompok;
- latihan berpikir logis;
- menalar hubungan antar konsep;
- acuan penulisan paragraph.
Cara Membuat Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu digabungkan satu sama lain. George Posner dan Alan Rusdnitsky dalam Trianto (2007: 160) menuliskan, bahwa “peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat”. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa di latih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang-kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab- akibat.
Arends dalam Trianto (2007:160), memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut:
- Langkah 1 mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
- Langkah 2 mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
- Langkah 3 tempatkan ide-ide utama di tengah atau puncak peta tersebut.
- Langkah 4 kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah dikemukakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: (1) memilih suatu bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang relevan, (3) mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif, (4) menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”, “menggunakan” dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. (2009). Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Azhari, Akyas. (1995). Psikologi Pendidikan. Semarang: Dina Utama
Daryanto, H. (2007). Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta: Solo
Darmadi, Hamid. (2008). Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta, cv
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman, pupuh dan Sutikno, M. Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan.
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Malta Printindo
Ressi dan Mursidi. (2006). Pendidikan kewarganegaraan untuk SMP/MTs kelas VIII. Solo: CV. Sindhunata.
Masyhuri. (2008). Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Raya
Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nawawi, H. (2001). Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Nugroho, Wahyu. (2009). Pendidikan kewarganegaraan: untuk kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang
Sudjana, Nana. (1985). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Rosdakrya.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, cv
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto dan Hartono, Agung. (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Swardi. (2008). Manajemen Pembelajaran. Surabaya: Tempina Media Grafika
Syah, Darwyan. Supardi. dan Muslihah, Eneng. (2009). Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Rosda Karya
Yamin, Martinis dan Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada (GP Press).
Sumber Skripsi dengan Judul: PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KONSTITUSI DI INDONESIA DAN PENYIMPANGANNYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII
Jika ada pertanyaan silahkan hubungi admin. Terima kasih.
Demikianlah pembahasan singkat tentang Pengertian, kelebihan dan kekurangan Peta Konsep semoga dapat menjadi referensi bagi anda, jika artikel ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan bagikan/share artikel ini. Terima kasih telah berkunjung.