Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Pendidikan Kejuruan

Pendidikan Kejuruan di Jepang

×

Pendidikan Kejuruan di Jepang

Sebarkan artikel ini

Pendidikan Kejuruan di Jepang – Negara yang mungkin terlihat sangat sentralistik adalah Jepang, terutama pada bagaimana sejarah dan tradisi masyarakt Jepang, pemerintah pusat mempunyai kewenangan yang besar mengenai materi pembelajaran pada pendidikan kejuruan yang telah berjalan. Berikut ini ulasan tentang Pendidikan Kejuruan di Jepang.

  1. Teknik penyaringan pekerja di dalam suatu perusahaan juga sangat ketat dan medapatkan perhatian khusus. Hanya pekerja yang benar-benar memiliki kemampuan kerja secara nyata yang akan dipakai didalam perusahaan. Proses penyaringannya pun tidak main-main, karena para calon pekerja sebelumnya harus bersaing secara ketat dengan calon pekerja lain yang datang dari seluruh penjuru jepang. Berbeda dengan Indonesia, perekrutan karyawan bahkan Pegawai Negeri Sipil masih menggunakan system kolusi,korupsi dan nepotieme sehingga karyawana yang terseleksi adalah karyawan yang tidak teruji kompetensi keahliannya.
  1. Di negara Jepang dikenala istilah “pekerjaan sepanjang hayat”, dimana penularan dan pengembangan keterampilan para pekerja di dalam perusahaan benar-benar diperhatikan, misalnya melalui program pelatihan. Program pelatihannya pun sebagian besar dilakukan atas dasar kesadaran dan ditangani oleh perusahaan yang bersangkutan. Sangat kecil sekali ada campur tangan pihak lain dalam pemberdayaan pekerja-pekerja di dalam perusahaan. Di Indonesia, program pelatihan masih kurang terprogram dengan baik. Kesadaran mengelola sumber daya manusia masih rendah dalam meningkatkan kompetensi karyawannya dan masih berupa program pelatihan yang dikerjasamakan dengan pihak luar, hanya sedikit dari internal perusahaan sendiri.
     
  2. Jepang memiliki tuntutan kurikulum yang sangat kompleks dan ditetapkan oleh menteri pendidikan, dan untuk pelaksanaan kurikulum tersebut Jepang harus  menjalankan program pendidikan minimal 240 hari setiap tahun. Akibatnya, siswa harus datang ke sekolah 6 hari dalam 1 minggu selama 40 minggu di dalam 1 tahun dan jelas mereka mengahbiskan banyak waktu di sekolah. Di dalam masa sekolah, anak-anak Jepang mendapat pengetahuan tingkat tinggi melaui bahasa ibu dan matematika dan memperoleh pembiasaan dalam hal kerajinan dan ketekunan, dengan kata lain mereka benar-benar dipsersiapkan sebagai “pekerja masa depan”. Kemudian, untuk memperoleh pendidikan yang favorit, misal perguruan tinggi favorit, maka semenjak duduk di sekolah dasar anak-anak Jepang juga harus berasal dari sekolah yang favorit, kemudian dari sekolah dasar favorit tersebut bisa melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama favorit, lanjutan tingkat kedua favorit, dan kemudian berakhir di institusi pendidikan tinggi favorit pula. Pada sekolah lanjut tingkat pertama, 96% diatur oleh pemerintah lokal/kota, sehingga sekolah yang bersifat privat sangat jarang pada tingkat ini. Jika dibandingkan dengan sistem di Indonesia,  tidak ada aturan mengenai perkembangan anak mengenai jenjang sekolah yang mereka masuki. Pemerintah tidak megnatur kebijakan sebagaimana Jepang melakukannya.
     
  3. Tidak ada ujian secara nasional untuk memasuki perguruan tinggi. Ujian dilaksanakan dan disponsori oleh masing-masing perguruan tinggi yang bersangkutan. Hasil ujian diperiksa secar terkomputerisasi dan dikirmkan langsung kepada orang tua yang bersangkutan agar mereka tahu dimana posisi hasil ujian penyaringan anaknya dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Berbeda dengan Indonesia, konsep Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) masih mengacu peringkat secara umum dan hasil tesnya tidak diberikan secara transparan. DI Indonesia, sangat banyak universitas yang membuat kualitas lulusan perguruan tinggi kurang baik. Di Indonesia, Ujian nasional menjadi hal yang sangat menakutkan bagi siswa SMA dan masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
     
  4. Biaya pendidikan di Jepang bersifat sangat moderat, kecuali di sekolah privat. Di sekolah milik pemerintah, para siswa bisa mendapatkan subsidi. Agar anak-anak mereka tampil optimal di sekolah, para orang tua mengirim anak-anaknya ke tempat les tambahan, dikenal dengan juku dan yobiko. Dalam seminggu les dilaksanakan 2-3 kali pertemuan pada sore hari, dan setiap pertemuan berlangsung maksimal 4 jam. Di dalam akar sistem pembelajaran negara Jepang, baik sekolah umum maupun privat, memiliki aturan bahwa guru adalah dominan dan kurikulum didasarkan pada pembentukan siswa melalui penambahan pengetahuan dan para siswa dapat memberikan hasil yang baik didalam ujian. Sejak awal siswa diberi sosialisasi mengenai karir mereka dimasa depan, mereka jarang bertanya mengenai pandangan-pandangn gurunya, dan mereka dipaksa untuk menghafal fakta dan konsep. Sedangkan di Indonesia, di sekolah milik pemerintah pun masih banyak pungutan dari dari orang tua siswa.
     
  5. Pada sekolah lanjut tingkat kedua terdapat dua tipe, yaitu sekolah umum dan kejuruan. Substansi kejuruan bisa mereka dapat di pelatihan atau pendidikan tinggi setelahnya. Kesimpulannya adalah jalan efektif untuk membentuk pekerja terampil adalah dengan meyakinkan mereka untuk benar-benar memiliki pondasi kuat di pendidikan umum untuk mendongkrak struktur kejuruan di dalam pelatihannya kelak. Di Indonesia, pemahaman anak didik terhadapa masa depan mereka masih sangat rendah sehingga banyak yang beralih jurusan ketika kuliah di pendidikan tinggi.
     
  6. Sistem pendidikan kejuruan terintegrasi dalam Sekolah Menengah Kejuruan. Beberapa SMK menawarkan program eksklusif kejuruan maupun kejuruan umum. Beberapa SMK dilaksanakan paruh waktu, ada juga yang dilakukan selama 4 tahun. Namun, untuk memenuhi kebutuhan siswa, akhirnya SMK dilaksanakan full time dimana siswa memiliki konsentrasi pada seluruh kejuruan. Program tersebut bisa menjadi landasan pelaksanaan Program SMK 4 tahun oleh Pemerintah Indonesia. 
     
  7. Perguruan tinggi teknis yang ada di Jepang, merekrut anak laki-laki lulusan SMP dan menawarkan program 5 tahun dengan memberi jaminan bahwa kualitas pendidikan mereka cukup tinggi untuk mencetak lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis yang berguna dalam pekerjaan mereka. Di perguruan tinggi teknis, siswa juga mendapat mata pelajaran umum sebagai dasar dari kejuruan, dan dibarengi dengan pembaharuan mesin-mesin industri yang diperlukan untuk praktek. Biaya pendidikan kejuruan di Jepang relatif murah karena sebagian besar dana pendidikan ditanggung oleh pemerintah. Di Indonesia, biaya pendidikan SMK sangat mahal sehingga menyusahkan pengelola sekolah dalam meningkatkan kualitasnya.
     
  8. Perguruan tinggi teknis di Jepang telah berhasil mencetak lulusan terampil dan terlatih yang memang diperlukan industri. Namun, dari sisi lain tidak ada rencana pemerintah untuk menambah jumlah mereka, padahal sangat efektif untuk memberi input terampil bagi industri. Selain itu, alasan tidak ditambahnya jumlah perguruan tinggi teknis di Jepang, dikarenakan rendahnya permintaan dari orang tua atau siswa serta adanya berbagai anggapan bahwa masih terlalu muda bagi siswa lulusan kejuruan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi teknis dan menentukan bidang keahlian tertentu. Di Indonesia, pemerintah terus menggenjot pembangunan SMK namun di beberapa daerah ada SMK yang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.
     
  9. Bentuk pendidikan harus tetap berada di bawah pengawasan Departemen Pendidikan, sehingga beberapa dari mereka hanya mementingkan keuntungan daripada penyediaan fasilitas dan pendidik yang memadai. Meskipun demikian, mereka telah memberi kontribusi besar bagi pelatihan tenaga terampil Jepang. Selain dari pemerintah, penyediaan kebutuhan pendidikan kejuruan atau pelatihan juga dibantu oleh pihak swasta. Hal ini perlu ditiru oleh SMK di Indonesia untuk melakukan kerja sama dengan pihak swasta.
     
  10. Secara umum, pembentukan pendidikan pelatihan memiiki 2 prinsip, yaitu bahwa penyediaan kesempatan pelatihan yang cukup harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan pekerja individual pada semua bidang kehidupan pekerjaan mereka, kedua yaitu bahwa penyediaan fasilitas pelatihan harus memperhitungkan perubahan teknologi industri dan kebutuhan pasar, serta harus benar-benar mengevaluasi dan memahami kemampuan pekerja mereka. Di Indonesia, pemerintah sekan tidak memperhitungkan kebutuhan pasar kerja dalam membangun SMK sehingga banyak terjadi alumni SMK yang menganggur.
     
  11. System pelatihan dan pendidikan kejuruan di Jepang  merupakan salah satu satu system pendidikan yang sangat kompleks, dan system pendidikannya merupakan bagian dari masyarakat jepang., hasil dari sikap dan nilai-nilai budaya, beberapa diantara berasala dari sejarah Jepang, dan beberapa diantaranya merupaan hasil pendidikan pada masa perang maupun penglaman setelah perang. Di Indonesia, penerepan nilai-nilai budaya Indonesia kurang terserap dalam dunia kerja.

Demikian Artikel tentang Pendidikan Kejuruan di Jepang, Semoga bermanfaat. dan jika berkenan silahkan share artikel berikut. Terima Kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.