Manusia sebagi mahluk politik artinya bahwa dalam setiap diri manusia telah diberikan bekal oleh Allah SWT yaitu akal pikiran untuk dapat mempertahankan hidupnya dan mencapai cita-cita yang diinginkan dengan merencanakan dan menyusun strategi dalam bertindak untuk merealisasikan keinginan tersebut dan bisa bersaing mengalahkan orang lain dengan caranya sendiri.
Sebagai makhluk berpolitik tentunya kita selalu membutuhkan dan maemerlukan orang lain dalam berpolitik baik sebagia kawan ataupun lawan. Karena tak jarang manusia memiliki keinginan yang sama dengan manusia yang lainnya, makanya untuk mewujudkan keinginan tersebut manusia memainkan perannya sebagai makhluk yang memilih (Makhluk Politik) untuk menentukan strategi dan mewujudkan keinginannya itu, sehingga kehidupan dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan.
Manusia dan Politik merupakn dua jaenis entitas yang tidak dapat dipishkan. Politik adalah sebuah tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh makhluk yang bernama manusia. Dalam kerangka inilah kita seharusnya perlu memahami secara tepat terhadap apa yang oleh filsuf Yunani, Aristoteles, definisikan sebagai Zoon Politikan, manusia adalah binatang yang berpolitik. Aristoteles menggariskan tentang posisi manusia terkait dengan penyelenggaraan kekuasaan demi mencapai kemaslahatan publik.
Disinilah letak perbedaan mendasar antar manusia dengan makhluk lain yang tidak memiliki kapasitas berpolitik, untuk meraih tujuan hidupnya. Oleh karena itu, manusia secara etis dituntut untuk membuktikan bahwa dirinya berbeda dengan makhluk lainnya.